Studi Retrospektif Pasien Akne Vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan

Studi Retrospektif Pasien Akne Vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan

Informasi dokumen

Penulis

Olivia Anggrenni

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Magister Kedokteran Klinik, Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Jenis dokumen Tesis
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.42 MB
  • Akne Vulgaris
  • Tesis
  • Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Ringkasan

I. Adam Malik Medan 2010 2012

Penelitian ini menganalisis prevalensi dan karakteristik acne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Januari 2010 - Desember 2012. Dari 5.573 pasien yang berkunjung ke poliklinik kulit dan kelamin RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2008, 107 pasien (1,91%) didiagnosis acne vulgaris. Penelitian tahun 2010-2012 menemukan proporsi kejadian acne vulgaris sebesar 1,10%, dengan total 182 pasien. Mayoritas pasien adalah perempuan (lebih tinggi dibandingkan laki-laki), berusia 16-20 tahun, berpendidikan SMA, berstatus pelajar/mahasiswa, dengan lesi terutama di wajah, durasi penyakit 1-52 minggu, dan diobati dengan gel klindamisin fosfat 1,2% + tretinoin 0,025%. Tingkat keparahan acne vulgaris terbanyak adalah derajat II (menurut klasifikasi Pillsbury). Data ini memberikan gambaran penting mengenai epidemiologi acne vulgaris di Medan, Indonesia.

1. Prevalensi Acne Vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan 2010 2012

Studi ini meneliti prevalensi acne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan antara Januari 2010 dan Desember 2012. Data rekam medis menunjukkan proporsi kejadian acne vulgaris sebesar 1,10%, dengan total 182 pasien yang berkunjung. Angka ini berbeda dengan data tahun 2008, dimana dari 5.573 pasien yang mengunjungi poliklinik kulit dan kelamin RSUP H. Adam Malik Medan, 107 pasien (1,91%) didiagnosis acne vulgaris. Perbedaan angka ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perbedaan metodologi pengumpulan data, perubahan pola kunjungan pasien, atau faktor-faktor lain yang memengaruhi kejadian acne vulgaris. Data ini penting untuk memahami tren prevalensi acne vulgaris di Medan dan membandingkannya dengan penelitian serupa di daerah lain. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan fluktuasi angka kejadian acne vulgaris dari tahun ke tahun dan menentukan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perubahan ini. Informasi ini berguna untuk perencanaan strategi penanggulangan dan edukasi mengenai acne vulgaris di wilayah tersebut.

2. Karakteristik Demografis Pasien Acne Vulgaris

Analisis demografis pasien acne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan selama periode studi mengungkapkan pola tertentu. Mayoritas pasien adalah perempuan, menunjukkan kecenderungan jenis kelamin dalam kejadian acne vulgaris. Rentang usia terbanyak pasien adalah 16-20 tahun, yang konsisten dengan fakta bahwa acne vulgaris sering muncul pada masa remaja. Tingkat pendidikan tertinggi pasien adalah SMA, dan sebagian besar bekerja sebagai pelajar atau mahasiswa, mencerminkan populasi muda yang rentan terhadap penyakit ini. Lokasi lesi acne vulgaris paling sering berada di wajah. Durasi penyakit umumnya berkisar antara 1-52 minggu. Pengobatan yang paling banyak diberikan adalah gel kombinasi klindamisin fosfat 1,2% dan tretinoin 0,025%. Temuan ini memberikan gambaran profil pasien acne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan, yang dapat digunakan untuk mengembangkan strategi pencegahan dan pengobatan yang lebih efektif dan tertarget.

3. Tingkat Keparahan dan Pengobatan Acne Vulgaris

Penelitian ini juga mencatat tingkat keparahan acne vulgaris pada pasien yang dirawat. Berdasarkan kriteria Pillsbury, tingkat keparahan acne vulgaris terbanyak adalah derajat II. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar kasus yang ditangani di RSUP H. Adam Malik Medan berada pada tingkat sedang. Jenis pengobatan yang paling sering diberikan adalah gel kombinasi klindamisin fosfat 1,2% dan tretinoin 0,025%. Penggunaan terapi ini menunjukkan pendekatan standar dalam pengobatan acne vulgaris di rumah sakit tersebut. Data ini menunjukkan bahwa perawatan acne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan cenderung berfokus pada penanganan kasus-kasus dengan keparahan sedang, menggunakan pengobatan topikal yang umum digunakan. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai strategi pengobatan untuk kasus acne vulgaris dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi dan penggunaan metode pengobatan alternatif lainnya, guna mendapatkan hasil yang optimal.

II. Adam Malik Medan

Karakteristik pasien acne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan pola yang menarik. Sebagian besar pasien adalah perempuan, dengan rentang usia terbanyak 16-20 tahun, mayoritas berpendidikan SMA dan berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa. Lesi acne vulgaris paling sering ditemukan di wajah. Durasi penyakit bervariasi, dengan sebagian besar pasien mengalami penyakit selama 1-52 minggu. Pengobatan yang paling umum diberikan adalah kombinasi gel klindamisin fosfat dan tretinoin. Ini mengindikasikan bahwa acne vulgaris di Medan lebih banyak diderita oleh kelompok usia muda, khususnya perempuan.

1. Jenis Kelamin dan Usia Pasien

Data menunjukkan karakteristik pasien acne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan didominasi oleh perempuan. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan prevalensi berdasarkan jenis kelamin, dengan perempuan lebih banyak mengalami acne vulgaris dibandingkan laki-laki dalam periode penelitian Januari 2010 hingga Desember 2012. Lebih lanjut, kelompok usia 16-20 tahun merupakan kelompok usia terbanyak yang mengalami acne vulgaris. Temuan ini sejalan dengan pemahaman umum bahwa acne vulgaris sering muncul dan mencapai puncaknya selama masa remaja dan dewasa muda, dimana perubahan hormonal berperan besar dalam perkembangan penyakit ini. Data ini penting untuk menentukan strategi pencegahan dan perawatan acne vulgaris yang lebih efektif dan tertarget, khususnya untuk populasi perempuan usia remaja dan dewasa muda di Medan.

2. Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan

Analisis tingkat pendidikan pasien acne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki pendidikan terakhir SMA. Kondisi ini berkaitan dengan rentang usia pasien yang kebanyakan berusia remaja dan dewasa muda. Pekerjaan yang paling banyak dijumpai pada pasien adalah pelajar atau mahasiswa. Korelasi antara tingkat pendidikan, pekerjaan, dan usia menunjukkan bahwa pasien acne vulgaris yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan sebagian besar merupakan individu muda yang masih dalam tahap pendidikan formal. Hal ini penting untuk dipertimbangkan dalam merancang program edukasi dan pencegahan acne vulgaris, khususnya yang menargetkan kelompok pelajar dan mahasiswa. Pemahaman mengenai karakteristik demografis ini dapat membantu penyampaian informasi yang efektif dan relevan mengenai pencegahan dan perawatan acne vulgaris.

3. Lokasi Lesi Durasi Penyakit dan Tingkat Keparahan

Lokasi lesi acne vulgaris paling banyak ditemukan di wajah, menunjukkan predileksi penyakit ini pada area dengan kepadatan kelenjar sebasea yang tinggi. Durasi penyakit terbanyak berkisar antara 1 hingga 52 minggu, menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mengalami acne vulgaris dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Namun, perlu diingat bahwa acne vulgaris merupakan penyakit kronis dengan siklus eksaserbasi, remisi, dan residif. Tingkat keparahan acne vulgaris terbanyak berdasarkan klasifikasi Pillsbury adalah derajat II, mengindikasikan bahwa mayoritas kasus yang ditangani di RSUP H. Adam Malik Medan termasuk dalam kategori sedang. Data ini menginformasikan mengenai karakteristik klinis acne vulgaris pada pasien di rumah sakit tersebut, yang berguna untuk menyusun strategi penatalaksanaan yang tepat dan efisien. Perlu juga dipertimbangkan bahwa durasi penyakit yang relatif pendek mungkin menggambarkan pasien yang mencari pengobatan lebih cepat setelah timbulnya gejala.

4. Pengobatan yang Diterima

Pengobatan yang paling sering diberikan kepada pasien acne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan adalah gel kombinasi klindamisin fosfat 1,2% dan tretinoin 0,025%. Kombinasi ini merupakan pendekatan pengobatan topikal yang umum digunakan dalam penanganan acne vulgaris. Pilihan pengobatan ini menunjukkan adanya standar perawatan yang diterapkan di rumah sakit. Data ini bermanfaat untuk memahami praktek pengobatan acne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan dan dapat dibandingkan dengan praktik di rumah sakit atau klinik lain. Penelitian lebih lanjut dapat mengkaji efektivitas pengobatan ini dan membandingkannya dengan metode pengobatan lain untuk menentukan strategi penatalaksanaan acne vulgaris yang paling optimal.

III.Patofisiologi dan Pengobatan Acne Vulgaris

Acne vulgaris merupakan penyakit inflamasi kronis pada unit pilosebasea, ditandai dengan komedo, papul, pustul, nodul, dan kista. Patofisiologinya multifaktorial, melibatkan hiperkeratinisasi folikular, peningkatan produksi sebum, proliferasi Propionibacterium acnes, dan respon inflamasi. Berbagai penelitian menunjukkan perbedaan prevalensi berdasarkan jenis kelamin dan etnis. Pengobatan acne vulgaris meliputi terapi topikal (misalnya, retinoid seperti tretinoin, benzoil peroksida, dan klindamisin), terapi oral (misalnya, isotretinoin), dan terapi ajuvan (seperti perawatan wajah). Pilihan pengobatan disesuaikan dengan tingkat keparahan acne vulgaris.

1. Patofisiologi Acne Vulgaris

Dokumen menjelaskan bahwa acne vulgaris merupakan penyakit peradangan kronis pada unit pilosebasea. Patogenesisnya bersifat multifaktorial, melibatkan beberapa faktor kunci. Pertama, perubahan pola keratinisasi dalam folikel rambut menyebabkan penyumbatan. Kedua, peningkatan produksi sebum membuat kulit berminyak dan memicu penyumbatan. Ketiga, peningkatan jumlah bakteri Propionibacterium acnes (P. acnes) di folikel memicu respons inflamasi. Meskipun demikian, patofisiologi acne vulgaris masih belum sepenuhnya dipahami, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan kompleksitas interaksi berbagai faktor ini. Hipotesis lain yang dijelaskan meliputi peran hormon androgen sebagai pencetus awal, perubahan komposisi lipid yang melarutkan lipid epidermis normal, dan peran inflamasi yang dipicu oleh P. acnes melalui aktivasi toll-like receptor-2. Pemahaman yang mendalam tentang patofisiologi acne vulgaris sangat penting untuk pengembangan terapi yang lebih efektif dan komprehensif.

2. Pengobatan Acne Vulgaris

Dokumen menjabarkan beberapa metode pengobatan acne vulgaris. Terapi topikal, seperti penggunaan retinoid (misalnya tretinoin) berperan dalam mencegah pembentukan komedo dan lesi inflamasi dengan menormalkan keratinisasi folikel dan meningkatkan pelepasan komedo. Penggunaan antibiotik topikal seperti klindamisin membantu mengurangi populasi P. acnes. Untuk kasus yang lebih berat, isotretinoin (13-cis-retinoic acid) dapat digunakan secara oral untuk mengurangi produksi sebum dan P. acnes. Selain terapi utama, terapi ajuvan juga dijelaskan, yang meliputi perawatan kulit seperti pembersih wajah, sabun anti jerawat, tabir surya, dan kompres untuk mengurangi sebum, menghambat pertumbuhan mikroba, dan mengurangi peradangan. Pilihan pengobatan disesuaikan dengan tingkat keparahan acne vulgaris. Gel kombinasi klindamisin fosfat 1,2% + tretinoin 0,025% merupakan pengobatan yang paling banyak digunakan dalam penelitian ini.

IV.Perbandingan Data dengan Penelitian Lain

Data prevalensi acne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan dibandingkan dengan penelitian lain di berbagai lokasi, termasuk Amerika Serikat, China, dan Singapura, menunjukkan variasi prevalensi dan karakteristik pasien. Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi pada laki-laki, sementara penelitian lain, termasuk penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan, menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi pada perempuan. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik, lingkungan, dan metodologi penelitian. Perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami perbedaan ini dan menentukan faktor risiko acne vulgaris di berbagai populasi.

1. Perbandingan Prevalensi Acne Vulgaris

Data prevalensi acne vulgaris di RSUP H. Adam Malik Medan (1,10% pada tahun 2010-2012) dibandingkan dengan data dari tahun 2008 (1,91%) menunjukkan perbedaan yang signifikan. Studi lain di berbagai negara juga menunjukkan variasi prevalensi. Di Amerika Serikat, diperkirakan 60-70% populasi pernah mengalaminya, dengan 20% mengalami kasus berat. Suatu studi di enam kota besar di China pada tahun 2012 menunjukkan prevalensi lebih tinggi pada laki-laki (61,2%) dibandingkan perempuan (38,8%). Sebaliknya, penelitian di sebuah klinik dermatologi di Varanasi pada tahun 2009 melaporkan prevalensi lebih tinggi pada laki-laki (50,6%) di kelompok usia 12-17 tahun. Di Singapura, penelitian pada tahun 1045 remaja (13-19 tahun) menunjukkan 88% menderita acne vulgaris. Perbedaan prevalensi ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor demografis, genetik, lingkungan, dan metodologi penelitian yang berbeda-beda.

2. Perbedaan Karakteristik Pasien Acne Vulgaris

Meskipun penelitian ini menunjukkan dominasi perempuan di RSUP H. Adam Malik Medan, beberapa studi lain menunjukkan prevalensi lebih tinggi pada laki-laki. Penelitian di China dan Varanasi memberikan contoh data prevalensi acne vulgaris yang lebih tinggi pada laki-laki, terutama pada kelompok usia remaja. Perbedaan ini menekankan kompleksitas faktor yang memengaruhi prevalensi acne vulgaris dan menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan dapat memainkan peran penting. Studi di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tahun 2008 mencatat angka kunjungan penderita acne vulgaris sebesar 7,8%, yang dapat digunakan sebagai titik pembanding. Penelitian oleh Yentzer dkk (2010) juga menunjukkan bahwa pasien acne vulgaris yang banyak diterapi adalah wanita, dengan rasio wanita:pria 1,9:1. Perbedaan ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan konteks geografis dan demografis dalam interpretasi data prevalensi dan karakteristik acne vulgaris.

3. Pengobatan Acne Vulgaris Perbandingan Praktik

Pengobatan acne vulgaris yang paling banyak digunakan di RSUP H. Adam Malik Medan adalah gel kombinasi klindamisin fosfat 1,2% + tretinoin 0,025%. Sementara itu, Yentzer BA dkk (2010) melaporkan bahwa di Amerika Serikat, pengobatan yang paling umum digunakan meliputi turunan asam retinoid, kombinasi benzoil peroksida, kortikosteroid topikal, antibiotik topikal, dan antibiotik oral. Untuk usia 15-17 tahun, kombinasi benzoil peroksida 5% dan klindamisin 1% dalam bentuk gel banyak diresepkan. Perbedaan dalam pilihan pengobatan ini mungkin dipengaruhi oleh ketersediaan obat, pedoman praktik klinis yang berbeda, dan preferensi dokter. Perlu dicatat bahwa sebagian besar obat topikal acne vulgaris bersifat fotosensitif, sehingga penggunaan tabir surya non-komedogenik dan oil-free sangat dianjurkan. Perbedaan ini menunjukkan variasi praktik pengobatan acne vulgaris di berbagai tempat dan perlu dikaji lebih lanjut untuk mendapatkan praktik terbaik.