
Respon Stres dan Adaptasi Remaja Putri terhadap Dismenorea di SMA Raksana Medan
Informasi dokumen
Penulis | Indah Lestari Harahap |
Sekolah | Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Sarjana Keperawatan (S.Kep) |
Tempat | Medan |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 5.51 MB |
- Dismenorea
- Respon Stres
- Adaptasi Remaja
Ringkasan
I.Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Penelitian ini meneliti respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan. Dismenorea, atau nyeri haid, merupakan masalah kesehatan yang umum dialami wanita, sering mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk proses belajar di sekolah. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi bagaimana remaja putri di SMA Raksana Medan merespon stres akibat dismenorea dan bagaimana mereka beradaptasi. Angka kejadian nyeri menstruasi di Indonesia diperkirakan tinggi, mencapai 55% pada perempuan usia produktif. Penelitian ini penting untuk memahami dampak dismenorea pada kehidupan remaja putri dan mengembangkan strategi intervensi yang tepat.
1.1. Definisi Dismenorea dan Dampaknya
Bagian ini mendefinisikan dismenorea sebagai nyeri atau rasa sakit yang dialami wanita di awal menstruasi, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dismenorea dapat terjadi 2 hari atau lebih sebelum menstruasi, semakin hebat saat menstruasi, dan hilang 2 hari atau lebih setelah menstruasi berhenti. Stres merupakan faktor psikis yang berkontribusi terhadap dismenorea, memicu reaksi seperti mudah marah, cemas, dan penurunan konsentrasi. Selain itu, dismenorea juga memicu respons adaptasi yang memengaruhi kebutuhan fisik, konsep diri, fungsi peran, dan kemandirian. Studi-studi sebelumnya menunjukkan prevalensi dismenorea yang tinggi di dunia, termasuk di Indonesia, yang diperkirakan mencapai 55% pada perempuan usia produktif. Banyak perempuan yang mengalami dismenorea memilih untuk tidak melaporkan kondisi ini kepada dokter, meskipun dapat mengganggu aktivitas dan produktivitas. Penelitian sebelumnya oleh Anurogo (2011) mencatat bahwa 14% remaja sering absen sekolah karena dismenorea, sementara penelitian Proverawati (2009) menunjukkan angka kejadian nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif di Indonesia. Dampak dismenorea pada aktivitas belajar juga diteliti oleh Rakhma (2012) di siswi SMK, dengan sebagian besar siswi memilih istirahat total atau tidur sebagai penanganan.
1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dismenorea yang umum dan dampaknya pada kehidupan remaja putri, terutama aktivitas belajar di sekolah, penelitian ini dirumuskan untuk mengidentifikasi respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan. SMA Raksana Medan dipilih sebagai lokasi penelitian karena latar belakang yang menunjukkan banyak siswi di sekolah tersebut mengalami dismenorea. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana remaja putri di SMA Raksana Medan merespon stres akibat dismenorea dan bagaimana mereka beradaptasi. Dengan kata lain, penelitian ini akan menjawab pertanyaan: Bagaimana respon stres remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan? Bagaimana adaptasi remaja putri terhadap dismenorea di SMA Raksana Medan? Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pemahaman tentang dampak dismenorea pada remaja putri dan menjadi dasar pengembangan intervensi yang tepat guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka.
II.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan sampel 73 responden siswi SMA Raksana Medan yang dipilih menggunakan teknik stratified random sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner untuk mengukur respon stres dan adaptasi terhadap dismenorea. Kuesioner juga mencakup karakteristik responden seperti usia, agama, suku, dan pendidikan orang tua. Mayoritas responden berusia 17 tahun (79,5%), beragama Islam (52,1%), bersuku Batak (54,8%), dan orang tua berpendidikan SMA (61,6%). Validitas kuesioner diuji dengan metode expert judgment, menghasilkan Content Validity Index (CVI) 0,9. Reliabilitas diuji dan dinyatakan reliabel.
2.1. Desain dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk mengidentifikasi respon stres dan adaptasi remaja putri terhadap dismenorea. Metode deskriptif dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat menggambarkan kondisi responden terkait stres dan adaptasi mereka terhadap dismenorea. Penelitian ini dilakukan di SMA Raksana Medan dengan jumlah sampel sebanyak 73 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling, yang memungkinkan representasi yang lebih baik dari populasi berdasarkan karakteristik tertentu seperti usia, agama, atau suku. Penggunaan stratified random sampling ini bertujuan untuk meminimalisir bias dan memastikan generalisasi hasil penelitian lebih akurat. Instrumen utama yang digunakan adalah kuesioner yang dirancang khusus untuk mengukur respon stres dan adaptasi terhadap dismenorea.
2.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi SMA Raksana Medan yang mengalami dismenorea. Sampel penelitian terdiri dari 73 responden yang dipilih dengan teknik stratified random sampling. Profil responden dideskripsikan berdasarkan karakteristik demografis: mayoritas (79,5%) berumur 17 tahun, 52,1% beragama Islam, 54,8% bersuku Batak, dan 61,6% memiliki orang tua dengan pendidikan terakhir SMA. Deskripsi karakteristik responden ini penting untuk memahami latar belakang sampel dan memastikan generalisasi hasil penelitian yang lebih tepat sasaran. Data demografis ini juga dapat digunakan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan respon stres dan adaptasi antar kelompok berdasarkan karakteristik tersebut.
2.3. Instrumen dan Pengumpulan Data
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang terbagi atas beberapa bagian: bagian A untuk karakteristik responden (usia, agama, suku, pendidikan orang tua), bagian B untuk mengukur respon stres terhadap dismenorea, dan bagian C untuk mengukur respon adaptasi terhadap dismenorea. Kuesioner respon stres dan adaptasi menggunakan skala Guttman dengan jawaban 'Ya' dan 'Tidak', dimana skor 1 diberikan untuk jawaban 'Ya' pada pernyataan positif dan 'Tidak' pada pernyataan negatif, dan sebaliknya. Sebelum digunakan, kuesioner diuji validitasnya melalui expert judgment oleh dosen Keperawatan Jiwa USU, menghasilkan Content Validity Index (CVI) sebesar 0,9. Kuesioner juga diuji reliabilitasnya, dengan dinyatakan reliabel jika nilai r11 lebih besar atau sama dengan 0,632 (Arikunto, 2005). Pengumpulan data dilakukan setelah memperoleh izin etik dan izin dari pihak sekolah. Peneliti memastikan kerahasiaan data responden dan menjunjung tinggi etika penelitian.
2.4. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara bertahap. Pertama, dilakukan editing untuk memastikan kelengkapan dan keakuratan data. Kemudian, coding dilakukan untuk memberikan kode pada setiap kategori data. Tahap processing melibatkan pemasukan data ke dalam komputer. Terakhir, cleaning data dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam data yang telah dimasukkan. Proses analisis data ini memastikan kualitas dan validitas data yang digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan cermat dan teliti untuk meminimalkan kesalahan dan memastikan akurasi data.
III.Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,2% responden mengalami respon stres terhadap dismenorea, ditunjukkan melalui gejala seperti penurunan konsentrasi (74%), mudah melamun (57,5%), dan gangguan aktivitas belajar (71,4%). Sementara itu, 53,4% responden menunjukkan respon adaptasi yang adaptif, terlihat dari upaya mengatasi nyeri haid seperti mengompres perut (32,9%) dan mendengarkan musik/menonton TV (69,9% dan 84,9%). 74% responden memilih untuk tidak sekolah karena nyeri haid. Tingginya persentase gangguan aktivitas belajar ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan dampak dismenorea terhadap prestasi belajar siswi.
3.1. Karakteristik Responden
Penelitian ini melibatkan 73 responden siswi SMA Raksana Medan. Karakteristik responden menunjukkan mayoritas (79,5%) berusia 17 tahun, 52,1% beragama Islam, 54,8% berasal dari suku Batak, dan 61,6% memiliki orang tua dengan pendidikan terakhir SMA. Data demografis ini memberikan gambaran tentang latar belakang responden dan dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut, misalnya untuk melihat apakah ada perbedaan respon stres dan adaptasi berdasarkan usia, agama, suku, atau latar belakang pendidikan orang tua. Pemahaman terhadap karakteristik responden ini penting untuk interpretasi hasil penelitian dan generalisasi temuan pada populasi yang lebih luas.
3.2. Respon Stres terhadap Dismenorea
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,2% responden mengalami respon stres terhadap dismenorea. Beberapa manifestasi respon stres yang ditemukan antara lain penurunan konsentrasi (74%), sering melamun (57,5%), dan gangguan aktivitas belajar (71,4%). Temuan ini menunjukkan bahwa dismenorea secara signifikan mempengaruhi kondisi psikis remaja putri, terutama kemampuan konsentrasi dan aktivitas belajar mereka. Data ini selaras dengan penelitian Tangchai (2004) yang mencatat penurunan konsentrasi pada 87,1% responden dan penurunan nilai akademik pada 6,5% responden. Tingginya persentase gangguan aktivitas belajar menekankan pentingnya intervensi yang tepat untuk membantu remaja putri mengatasi stres akibat dismenorea dan mempertahankan prestasi akademik mereka.
3.3. Respon Adaptasi terhadap Dismenorea
Sebanyak 53,4% responden menunjukkan respon adaptasi yang adaptif terhadap dismenorea. Beberapa strategi adaptasi yang dilakukan responden meliputi mengompres perut dengan air hangat (32,9%) dan mengalihkan perhatian dengan mendengarkan musik atau menonton TV (69,9% dan 84,9%). Namun, 74% responden memilih untuk tidak sekolah selama mengalami nyeri haid, mengindikasikan bahwa dismenorea tetap mengganggu aktivitas harian mereka, meskipun mereka berupaya beradaptasi. Temuan ini sejalan dengan penelitian Fauziyah (2013) yang menemukan 20% siswi tidak masuk sekolah dan 50% siswi mengalami gangguan aktivitas belajar akibat nyeri haid. Strategi adaptasi yang dipilih oleh responden beragam, menunjukkan perlunya pemahaman lebih lanjut tentang berbagai mekanisme koping yang digunakan remaja putri dalam menghadapi dismenorea.
IV.Kesimpulan dan Saran
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dismenorea berdampak signifikan pada respon stres dan adaptasi remaja putri di SMA Raksana Medan. Banyak responden mengalami gangguan aktivitas belajar dan emosi akibat nyeri haid. Diperlukan upaya dari guru dan pendidik untuk memahami dampak dismenorea pada siswi dan memberikan dukungan yang tepat. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengeksplorasi strategi intervensi yang efektif dalam membantu remaja putri mengatasi stres dan beradaptasi dengan dismenorea.
4.1. Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dismenorea berpengaruh signifikan terhadap respon stres dan adaptasi remaja putri di SMA Raksana Medan. Sebanyak 56,2% responden mengalami respon stres, ditunjukkan oleh gejala seperti penurunan konsentrasi, sering melamun, dan gangguan aktivitas belajar. Meskipun 53,4% responden menunjukkan respon adaptasi yang adaptif dengan strategi seperti mengompres perut dan mengalihkan perhatian, tingginya persentase responden yang mengalami gangguan aktivitas belajar (71,4%) dan memilih untuk tidak sekolah (74%) menunjukkan dampak negatif dismenorea pada kehidupan sehari-hari remaja putri. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya perhatian terhadap kesehatan reproduksi remaja putri dan dampak psikososial dismenorea pada kehidupan mereka, khususnya pada aspek pendidikan. Hasil ini memberikan informasi penting bagi pihak sekolah dan tenaga kesehatan untuk mengembangkan intervensi yang tepat.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar guru dan pendidik di sekolah lebih memahami respon stres remaja putri terhadap dismenorea dan memberikan dukungan yang diperlukan. Pemahaman ini penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang suportif dan membantu remaja putri mengatasi kesulitan belajar akibat dismenorea. Pendekatan holistik yang memperhatikan aspek fisik dan psikis sangat penting dalam penanganan dismenorea. Selain itu, penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengeksplorasi strategi intervensi yang efektif dalam membantu remaja putri mengatasi stres dan beradaptasi dengan dismenorea. Penelitian lanjutan juga dapat fokus pada penelusuran faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap respon stres dan adaptasi yang beragam pada remaja putri, serta evaluasi efektivitas program intervensi yang telah diterapkan. Hal ini dapat mencakup penelitian kuantitatif maupun kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.