
Prediksi Panjang Mandibula Dewasa Berdasarkan Usia Skeletal Vertebra Servikalis pada Anak Perempuan Usia 9-14 Tahun di Medan
Informasi dokumen
Penulis | Raeesa Shafiqa |
instructor | Dr. Ameta Primasari, drg, M.DSc, M.Kes |
Sekolah | Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Kedokteran Gigi |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tempat | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 4.41 MB |
- servikalis
- mandibula
- anak perempuan
Ringkasan
I.Latar Belakang Prediksi Panjang Mandibula dan Pertumbuhan Mandibula
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya prevalensi maloklusi di Indonesia dan pentingnya prediksi pertumbuhan mandibula untuk perencanaan perawatan ortodontik yang tepat. Usia skeletal vertebra servikalis dianggap sebagai indikator yang potensial untuk memprediksi panjang mandibula dewasa, mengingat keterbatasan informasi mengenai hal ini khususnya di Kota Medan. Penelitian ini berfokus pada prediksi panjang mandibula pada anak perempuan usia 9-14 tahun di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU, Medan.
1. Masalah Maloklusi dan Perawatan Sedini Mungkin
Latar belakang penelitian ini diawali dengan penjelasan mengenai maloklusi sebagai masalah kesehatan gigi yang cukup signifikan di Indonesia, menempati urutan ketiga setelah karies dan penyakit periodontal. Prevalensi maloklusi pada anak juga cukup tinggi. Bagian ini menekankan pentingnya perawatan maloklusi sejak dini untuk mencapai hasil maksimal, mengingat pertumbuhan tulang rahang yang signifikan sebelum mencapai maturitas. Perawatan dini bersifat preventif, berbeda dengan perawatan setelah masa pertumbuhan selesai yang cenderung bersifat kuratif.
2. Usia Biologis dan Indikator Maturasi Skeletal
Dokumen menjelaskan pentingnya memahami usia biologis atau fisiologis dalam kedokteran gigi, yang dibagi menjadi tiga jenis: skeletal age, dental age, dan sexual age. Pertumbuhan maksila dan mandibula erat kaitannya dengan maturasi skeletal. Berbagai metode telah digunakan untuk mengukur maturasi skeletal, termasuk peningkatan tinggi badan, maturasi tulang di tangan dan pergelangan tangan, dan maturasi tulang vertebra servikalis. Usia kronologis, meskipun lazim digunakan, tidak selalu memberikan informasi yang cukup akurat tentang pertumbuhan seseorang, sehingga perlu ditentukan usia biologisnya.
3. Penelitian Terdahulu tentang Prediksi Pertumbuhan Mandibula
Bagian ini merujuk beberapa penelitian sebelumnya mengenai prediksi pertumbuhan mandibula. Penelitian Mito dkk (2003) menunjukkan bahwa usia skeletal vertebra servikalis dapat dihitung secara objektif dari gambaran radiografi sefalometri dan dapat digunakan untuk memprediksi panjang mandibula. Penelitian lain oleh Chen F. dkk (2004) di Jepang dan Moshfeghi dkk (2013) di Arab Saudi mendukung temuan ini, menunjukkan akurasi usia skeletal vertebra servikalis dalam memprediksi potensi pertumbuhan mandibula. Sonnensen L. dkk (2007) dan Gu Yan dan McNamara (2007) juga meneliti hubungan antara vertebra servikalis dan pertumbuhan mandibula, menekankan pengaruh signifikan tulang vertebra servikalis terhadap panjang corpus, tinggi ramus, dan panjang mandibula. Metode CVMS (cervical vertebrae maturation stage) terbukti efektif secara klinis untuk menilai pertumbuhan mandibula.
4. Kebutuhan Penelitian di Medan dan Tujuan Penelitian
Kekurangan penelitian mengenai prediksi panjang mandibula pada anak-anak di Kota Medan menjadi pendorong utama penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi panjang mandibula dewasa menggunakan usia skeletal vertebra servikalis pada pasien perempuan usia 9-14 tahun di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU, Medan. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran pertumbuhan mandibula pada anak-anak di Medan dan membantu praktisi dalam menentukan rencana perawatan yang tepat. Ini menekankan pentingnya penelitian lokal untuk memahami variasi populasi dan meningkatkan akurasi perawatan ortodontik.
II.Tinjauan Pustaka Metode Prediksi Panjang Mandibula
Tinjauan pustaka membahas pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial, khususnya pertumbuhan mandibula. Diketahui berbagai metode telah digunakan untuk menilai maturasi skeletal, termasuk menggunakan usia skeletal vertebra servikalis (CVMS). Penelitian sebelumnya menunjukkan korelasi antara CVMS dan panjang mandibula, meskipun terdapat variasi antar populasi. Metode sefalometri digunakan untuk menganalisis pertumbuhan kraniofasial dan mengukur panjang mandibula.
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Kraniofasial
Tinjauan pustaka dimulai dengan membahas pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial secara umum. Disebutkan bahwa pertumbuhan tulang fasial (maksila dan mandibula) mengikuti pola tertentu: cepat pada bayi, melambat selama masa kanak-kanak, mencapai kecepatan minimal sebelum pubertas, meningkat kembali selama pubertas, dan melambat setelah maturitas. Penting untuk membedakan antara variasi pertumbuhan normal dengan deviasi (abnormal). Faktor genetik dan faktor lainnya juga mempengaruhi waktu pertumbuhan setiap organ atau ekstremitas fisik.
2. Anatomi dan Pertumbuhan Kranium Ruang Kranium dan Basis Kranium
Bagian ini menjelaskan anatomi dan pertumbuhan ruang kranium (cranial vault) yang terbentuk melalui osifikasi intramembranus, serta basis kranium yang awalnya berupa kartilago dan kemudian mengalami osifikasi endokondral. Pertumbuhan ruang kranium dipengaruhi oleh pertumbuhan otak. Penelitian Bjork dan Skieller (1977) tentang pertumbuhan sutura pada tulang zigomatik dan frontal serta aposisi pada prosesus alveolar dijelaskan sebagai faktor yang menambah tinggi maksila. Proses resorpsi dan aposisi pada basis kranium juga dibahas.
3. Pertumbuhan Maksila dan Mandibula
Pertumbuhan maksila, yang terjadi melalui osifikasi intramembranus dengan aposisi pada sutura dan remodeling permukaan, dijelaskan. Untuk mandibula, pertumbuhannya terjadi melalui osifikasi endokondral dan intramembranus, dengan pertumbuhan pada kondilus dan aposisi tepi posterior ramus yang menyebabkan pertambahan panjang, serta pertumbuhan kondilus dan alveolus yang menambah tinggi mandibula. Proses pertumbuhan mandibula pada perempuan umumnya selesai pada usia 17 tahun, sedangkan pada laki-laki 2 tahun lebih lambat, meskipun variasi individu mungkin terjadi.
4. Vertebra Servikalis dan Tahap Maturasi CVMS
Bagian ini membahas vertebra servikalis, anatomi, dan fungsinya. Vertebra servikalis dibagi menjadi daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3-CV7). Maturasi skeletal sering dinilai melalui bentuk vertebra servikalis, yang dapat digunakan untuk memperkirakan usia skeletal. Beberapa pendapat mengenai penentuan tingkat maturasi dengan menggunakan radiografi vertebra servikalis dirujuk, termasuk metode CVMS (Cervical Vertebrae Maturation Stage) yang menjadi fokus penelitian ini. CVMS menilai tingkat maturasi berdasarkan bentuk dan ukuran vertebra servikalis ke-2, 3, dan 4.
5. Metode Pengukuran Kraniofasial Kraniometri Antropometri dan Sefalometri
Tinjauan pustaka ini menjelaskan tiga teknik pengukuran kraniofasial: kraniometri (pengukuran tengkorak pada manusia, termasuk tengkorak purba), antropometri (pengukuran titik-titik landmark pada individu hidup, dengan pertimbangan variasi ketebalan jaringan lunak), dan radiografi sefalometri (menggabungkan keunggulan kraniometri dan antropometri, memungkinkan pengukuran langsung dimensi tulang tengkorak dan jaringan lunak, serta memungkinkan pengukuran berulang pada individu yang sama). Radiografi sefalometri sangat penting dalam ilmu pertumbuhan dan perawatan ortodontik.
6. Prediksi Panjang Mandibula Menggunakan Usia Skeletal Vertebra Servikalis
Bagian ini secara khusus membahas metode prediksi panjang mandibula menggunakan usia skeletal vertebra servikalis. Penelitian Mito dkk (2003) mengembangkan metode ini melalui analisis regresi, menggunakan usia skeletal sebagai variabel bebas dan pertambahan panjang mandibula sebagai variabel terikat. Ini menekankan pentingnya usia skeletal vertebra servikalis sebagai prediktor potensi pertumbuhan mandibula, yang juga didukung oleh beberapa penelitian lain yang dirujuk.
III.Metode Penelitian Analisis Radiografi Sefalometri
Penelitian ini menggunakan pendekatan retrospective cross-sectional dengan menganalisis data sekunder berupa radiografi sefalometri lateral dari 50 subjek perempuan berusia 9-14 tahun di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU, Medan. Analisis difokuskan pada pengukuran usia skeletal vertebra servikalis (C3 dan C4) dan panjang mandibula (dari Condyle ke Gnathion) untuk menentukan hubungan keduanya. Data dikumpulkan pada bulan Februari-Maret 2015.
1. Jenis Penelitian dan Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan retrospective cross-sectional. Artinya, subjek hanya diobservasi satu kali pada saat pemeriksaan, dan data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder berupa radiografi sefalometri diperoleh dari pasien yang telah berkunjung ke Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU. Penelitian ini menggunakan data dari 50 subjek perempuan dengan rentang usia 9-14 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Distribusi usia subjek dalam penelitian ini juga dijelaskan, meskipun detailnya tidak diberikan di sini.
2. Pengukuran Usia Skeletal dan Panjang Mandibula melalui Radiografi Sefalometri Lateral
Metode penelitian melibatkan analisis radiografi sefalometri lateral. Tracing sefalometri lateral dilakukan untuk mendapatkan titik dan garis yang dibutuhkan dalam penentuan usia skeletal dan panjang mandibula. Penentuan usia skeletal dilakukan dengan mengukur tinggi anterior, tinggi posterior, dan jarak antero-posterior dari vertebra servikalis ke-3 dan ke-4 (C3 dan C4). Pengukuran panjang mandibula dilakukan dari titik Condyle ke titik Gnathion. Proses pengukuran ini merupakan inti dari metodologi penelitian untuk menguji korelasi antara usia skeletal dan panjang mandibula.
IV.Hasil Penelitian Korelasi Usia Skeletal Vertebra Servikalis dan Panjang Mandibula
Hasil analisis menunjukkan korelasi yang kuat (Spearman’s Correlation = 0.648, p<0.05) dan signifikan antara usia skeletal vertebra servikalis dan panjang mandibula pada anak perempuan usia 9-14 tahun di Medan. Korelasi positif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi usia skeletal, semakin panjang mandibula. Rata-rata usia skeletal pada sampel adalah 11.36±1.83 tahun. Hasil ini dibandingkan dengan penelitian serupa di Brazil dan India, menunjukkan variasi yang mungkin disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.
1. Korelasi Usia Skeletal Vertebra Servikalis dan Panjang Mandibula
Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan signifikan antara usia skeletal vertebra servikalis dan panjang mandibula pada anak perempuan usia 9-14 tahun. Uji korelasi Spearman menunjukkan nilai 0.648 (p<0.05), yang mengindikasikan hubungan yang berbanding lurus: semakin tinggi usia skeletal, semakin panjang mandibula. Tingkat kepercayaan korelasi adalah 99% dengan α = 0.01 (1%). Hasil ini sesuai dengan pedoman interpretasi koefisien korelasi Sugiyono (2007) yang menyatakan nilai koefisien korelasi 0.60-0.799 sebagai korelasi kuat. Penelitian ini dilakukan di Departemen Biologi Oral, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (FKG USU), pada bulan Februari-Maret 2015, menggunakan data sekunder dari 50 subjek perempuan di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU.
2. Perbandingan dengan Penelitian Lain dan Faktor faktor yang Mempengaruhi
Rata-rata usia skeletal yang diperoleh dari penelitian ini (11.36±1.83 tahun) dibandingkan dengan penelitian serupa di Brazil (Paula M. dkk, 2007) dan India (Prasad K. dkk, 2013). Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata usia skeletal yang lebih muda dibandingkan penelitian di Brazil (11.62±2.28 tahun) dan lebih dewasa dibandingkan penelitian di India (10.76±1.63 tahun). Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan populasi dan faktor-faktor eksternal seperti asupan nutrisi, status sosio-ekonomi, dan lingkungan. Individu yang hidup di lingkungan kurang baik mungkin mengalami perlambatan maturasi skeletal. Perbedaan ini perlu dipertimbangkan dalam konteks interpretasi hasil penelitian.
3. Pemilihan Sampel Perempuan dan Pembahasan Panjang Mandibula
Penelitian ini hanya menggunakan sampel perempuan karena pertumbuhan kraniofasial dipengaruhi oleh faktor genetik dan jenis kelamin. Faktor genetik, menurut Proffit, mempengaruhi pertumbuhan dentokraniofasial, dengan perbedaan percepatan pertumbuhan antara laki-laki dan perempuan. Penggunaan rumus dari penelitian sebelumnya (Mito) yang hanya menggunakan sampel perempuan juga menjadi alasan pemilihan sampel ini. Analisis lebih lanjut mengenai panjang mandibula menunjukkan rata-rata penambahan panjang mandibula tertinggi pada kelompok usia 9-9.9 tahun (11.08±2.79 mm) dan terendah pada kelompok usia 13-13.9 tahun (3.06±2.90 mm). Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang mandibula cenderung melambat setelah masa pubertas. Rata-rata pertumbuhan panjang mandibula pada perempuan umumnya berhenti pada usia 17 tahun, namun hal ini bisa bervariasi.
V.Kesimpulan Implikasi untuk Perawatan Ortodonti
Penelitian ini mendukung penggunaan usia skeletal vertebra servikalis sebagai prediktor yang handal untuk panjang mandibula pada anak perempuan usia 9-14 tahun di Medan. Temuan ini memberikan informasi tambahan bagi praktisi ortodonti dalam merencanakan perawatan yang lebih akurat dan tepat, khususnya dalam konteks prediksi pertumbuhan mandibula. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk memperluas sampel dan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan mandibula.
1. Kesimpulan Utama Korelasi Usia Skeletal dan Panjang Mandibula
Kesimpulan utama penelitian ini adalah ditemukannya hubungan yang kuat dan signifikan antara usia skeletal vertebra servikalis dan panjang mandibula pada anak perempuan berusia 9-14 tahun di Medan. Hasil ini mendukung penggunaan usia skeletal vertebra servikalis sebagai prediktor yang andal untuk memperkirakan panjang mandibula pada kelompok populasi ini. Temuan ini memiliki implikasi penting dalam perawatan ortodontik, memungkinkan perencanaan perawatan yang lebih tepat dan akurat dengan mempertimbangkan prediksi pertumbuhan mandibula.
2. Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya dan Variasi Populasi
Meskipun penelitian ini menemukan korelasi yang kuat, penting untuk mempertimbangkan perbedaan yang mungkin terjadi dengan penelitian lain yang dilakukan di populasi berbeda (Brazil dan India). Variasi dalam usia skeletal yang ditemukan bisa disebabkan oleh perbedaan populasi dan faktor-faktor eksternal seperti genetik, asupan nutrisi, status sosio-ekonomi, dan kondisi lingkungan. Hal ini menyoroti pentingnya penelitian lebih lanjut untuk memvalidasi temuan ini pada populasi yang lebih luas dan untuk mengeksplorasi lebih dalam pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap pertumbuhan mandibula.
3. Implikasi untuk Praktik Ortodontik dan Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut
Hasil penelitian ini memberikan informasi tambahan yang berharga bagi praktisi ortodontik di Medan dalam merencanakan perawatan ortodontik. Kemampuan untuk memprediksi panjang mandibula dengan lebih akurat memungkinkan perencanaan perawatan yang lebih realistis dan efektif. Namun, penelitian ini memiliki keterbatasan, seperti penggunaan data sekunder dan hanya pada populasi perempuan usia 9-14 tahun di Medan. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut disarankan untuk memperluas sampel, mencakup kelompok usia dan jenis kelamin yang lebih beragam, dan untuk menyelidiki lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mandibula, sehingga dapat meningkatkan akurasi prediksi pertumbuhan mandibula.