
Perkembangan Industri Televisi dan Komunikasi Massa di Indonesia
Informasi dokumen
Sekolah | Universitas Tidak Ditemukan dalam Teks |
Jurusan | Ilmu Komunikasi |
Tempat | Kota Tidak Ditemukan dalam Teks |
Jenis dokumen | Esai/Tugas Kuliah |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 225.88 KB |
- industri media
- televisi
- komunikasi massa
Ringkasan
I.Perkembangan Industri Televisi Indonesia dan Kebutuhan Pemirsa
Dokumen ini membahas pesatnya perkembangan industri televisi Indonesia di abad 21, ditandai dengan munculnya berbagai stasiun televisi swasta nasional dan lokal, serta televisi kabel. Pertumbuhan ini didorong oleh kebutuhan primer masyarakat akan televisi sebagai sumber hiburan dan informasi. Stasiun televisi seperti SCTV, Indosiar, ANTV, TPI, Kompas TV, dan Trans7 bersaing ketat untuk menarik pemirsa dengan program-program yang variatif, memenuhi berbagai motif penonton, termasuk kebutuhan kognitif (informasi dan pengetahuan), afektif (kesenangan dan emosi), serta kebutuhan pribadi dan sosial. Media massa Indonesia, khususnya televisi, berperan vital dalam memenuhi kebutuhan ini.
1. Televisi sebagai Kebutuhan Primer Masyarakat Indonesia
Pada awal abad ke-21, industri televisi Indonesia mengalami perkembangan pesat. Televisi, yang dulunya dianggap sebagai kebutuhan sekunder, kini telah menjadi kebutuhan primer bagi hampir setiap keluarga di Indonesia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran televisi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, menunjukkan pergeseran signifikan dalam pola konsumsi media massa di Indonesia. Ketersediaan televisi di hampir setiap rumah tangga mencerminkan penetrasi media ini yang sangat luas dan mendalam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Perkembangan ini juga didukung oleh kemajuan teknologi komunikasi, yang semakin memudahkan akses dan penggunaan televisi.
2. Perkembangan Stasiun Televisi dan Persaingan Konten
Perkembangan pesat industri pertelevisian Indonesia ditandai dengan bermunculannya berbagai stasiun televisi swasta nasional dan lokal, serta televisi kabel. Munculnya stasiun televisi swasta seperti SCTV, Indosiar, ANTV, dan TPI menunjukkan persaingan yang semakin ketat dalam memperebutkan pangsa pasar penonton. Setiap stasiun televisi berupaya mengembangkan program acara yang semakin variatif untuk menarik perhatian pemirsa. Persaingan ini mendorong peningkatan kualitas dan kreativitas program televisi di Indonesia. Hal ini juga berdampak pada pola penggunaan media massa oleh masyarakat yang semakin beragam dan spesifik sesuai dengan kebutuhan mereka. Hiburan dan informasi menjadi daya tarik utama program televisi dalam menarik pemirsa.
3. Motif Pemirsa dan Pemenuhan Kebutuhan Melalui Media Massa
Penggunaan media massa, termasuk televisi, didorong oleh berbagai motif pemirsa. Rakhmat (2003:207) menyebutkan bahwa media massa dapat memenuhi kebutuhan akan kesenangan, pelarian dari kenyataan, dan persahabatan. Hal ini menunjukkan bahwa media massa tidak hanya berfungsi sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai sarana pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosial masyarakat. Berbagai kebutuhan, baik kebutuhan kognitif (informasi dan pengetahuan), kebutuhan afektif (kesenangan dan emosi), serta kebutuhan pribadi dan sosial, dipenuhi melalui konsumsi media massa. Oleh karena itu, stasiun televisi berusaha menyajikan program yang informatif dan menghibur, mulai dari kuliner, gaya hidup, hingga budaya, untuk memenuhi beragam motif dan kebutuhan pemirsa. Namun, masyarakat juga diharapkan mampu menyaring informasi yang edukatif dan realistis.
II.Fenomena Stand Up Comedy di Televisi Indonesia
Munculnya Stand Up Comedy Indonesia sebagai alternatif hiburan televisi dibahas secara mendalam. Program ini menawarkan komedi cerdas dan dewasa, mengisi kekosongan acara komedi segar di televisi Indonesia. Kompas TV menjadi salah satu stasiun televisi yang mempelopori program ini. Meskipun potensi Stand Up Comedy Indonesia besar, tantangannya adalah sifat masyarakat Indonesia yang terkadang mudah tersinggung. Acara seperti Opera Van Java (OVJ) di Trans7 menjadi contoh keberhasilan program komedi di televisi Indonesia.
1. Kekurangan Hiburan Komedi Segar di Televisi Indonesia
Dokumen ini mencatat adanya kekurangan hiburan komedi yang lucu dan segar di televisi Indonesia. Meskipun ada beberapa acara komedi di masa lalu seperti Bagito Show dan Ngerumpi Lewat Banyolan, acara-acara tersebut sudah lama berakhir. Acara komedi yang berhasil dan bertahan lama di televisi Indonesia relatif sedikit. Acara seperti Bukan Empat Mata, yang berformat talk show, hanya sebagian kecil menawarkan unsur komedi. Kebanyakan acara komedi di televisi lainnya gagal dan hanya bertahan beberapa episode. Opera Van Java (OVJ) di Trans7 menjadi satu-satunya contoh acara komedi televisi yang sukses dan memiliki rating tinggi karena minimnya saingan. Acara anak-anak seperti Upin Ipin dan Shaun The Sheep, meskipun lucu, tidak dikategorikan sebagai acara komedi khusus. Ini menunjukkan adanya celah pasar untuk hiburan komedi yang berkualitas dan inovatif di televisi Indonesia.
2. Munculnya Stand Up Comedy Indonesia sebagai Alternatif Hiburan
Sebagai alternatif hiburan, muncullah Stand Up Comedy Indonesia. Format ini diprakarsai oleh beberapa stasiun televisi swasta sebagai pilihan hiburan selain komedi slapstick yang sudah lama populer. Kompas TV, misalnya, menawarkan format baru acara komedi televisi ini untuk mengisi kekosongan yang ada. Stand Up Comedy Indonesia sendiri merupakan komedi yang cerdas dan dewasa, cocok bagi mereka yang berpikiran terbuka dan tidak mudah tersinggung. Namun, hambatan perkembangannya di Indonesia adalah sifat masyarakat yang seringkali mudah tersinggung dan sulit menerima kritikan, meskipun disampaikan secara santai melalui lelucon. Ini menunjukkan adanya tantangan budaya dalam menerima jenis hiburan komedi baru ini di Indonesia. Kehadiran Stand Up Comedy Indonesia diharapkan dapat mendorong munculnya komedi yang lebih cerdas dan mencerdaskan.
3. Potensi dan Tantangan Stand Up Comedy Indonesia
Indonesia memiliki banyak comic berbakat yang mendukung perkembangan Stand Up Comedy Indonesia. Adanya Stand Up Comedy Indonesia di televisi diharapkan dapat menciptakan generasi yang lebih cerdas, berwawasan luas, dan berpikiran terbuka. Komedi cerdas ini dapat menjadi sarana untuk memecahkan masalah, bahkan yang sensitif sekalipun, dengan cara yang lebih ringan dan menghibur. Kehadiran Stand Up Comedy Indonesia di televisi merupakan langkah tepat untuk memperkenalkan komedi cerdas dan mencerdaskan kepada masyarakat Indonesia. Namun, tantangannya tetap pada bagaimana mengatasi sifat masyarakat Indonesia yang mudah tersinggung dan sulit menerima kritikan. Ini menjadi faktor kunci keberhasilan Stand Up Comedy Indonesia dalam jangka panjang di televisi Indonesia.
III.Analisis Motif Penonton Stand Up Comedy Indonesia SUCI
Penelitian ini difokuskan pada motif mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jurusan Ilmu Komunikasi, dalam menonton Stand Up Comedy Indonesia (SUCI 3) di Kompas TV. Penelitian ini menggunakan teori uses and gratifications, menganggap penonton sebagai khalayak aktif yang memilih media dan isi program untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Metode penelitian meliputi penyebaran kuesioner kepada 30 mahasiswa (sampel insidental) dan studi dokumentasi mengenai profil Kompas TV dan SUCI. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk memahami motif penonton, yang meliputi kebutuhan biogenetis, teogenetis, dan kebutuhan sosial-kognitif-afektif yang lebih kompleks. Para penonton mencari nilai-nilai pribadi dan pembelajaran dari tayangan Stand Up Comedy Indonesia.
1. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini berfokus pada motif mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jurusan Ilmu Komunikasi, dalam menonton Stand Up Comedy Indonesia (SUCI 3) di Kompas TV. Pertanyaan penelitiannya adalah: “Apakah motif yang mendorong mahasiswa UMM Jurusan Ilmu Komunikasi untuk menonton acara Stand Up Comedy Indonesia (SUCI 3) yang ditayangkan di Kompas TV?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap motif di balik pilihan tontonan tersebut. Dengan memahami motif ini, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang preferensi audiens terhadap program televisi komedi di Indonesia dan bagaimana Stand Up Comedy Indonesia memenuhi kebutuhan khalayak.
2. Teori dan Kerangka Berpikir
Penelitian ini menggunakan teori uses and gratifications, yang memandang khalayak sebagai aktor aktif yang memilih media dan isi program untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Teori ini menekankan bahwa motif individu dalam memilih media sangat penting untuk dipahami. Pemilihan Stand Up Comedy Indonesia sebagai program tontonan didasari oleh berbagai macam motif, mulai dari kebutuhan kognitif (informasi dan pengetahuan), kebutuhan afektif (kesenangan dan emosi), hingga kebutuhan pribadi dan sosial. Pemahaman tentang teori ini akan membantu menganalisis data yang dikumpulkan dalam penelitian dan mengungkap beragam motif penonton Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV.
3. Metode Penelitian dan Analisis Data
Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada 30 mahasiswa UMM Jurusan Ilmu Komunikasi sebagai sampel (teknik sampling insidental). Sementara metode kualitatif dilakukan melalui studi dokumentasi untuk memperoleh data sekunder tentang profil Kompas TV dan Stand Up Comedy Indonesia. Data kuantitatif dianalisis menggunakan statistik deskriptif, khususnya mean, untuk melihat tendensi sentral dari jawaban responden. Dengan menggabungkan kedua metode ini, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan pemahaman yang komprehensif mengenai motif penonton Stand Up Comedy Indonesia dan preferensi khalayak terhadap program televisi di Indonesia. Hasil analisis akan mengungkap motif utama mahasiswa dalam menonton SUCI 3 di Kompas TV.
IV.Karakteristik Komunikasi Massa dan Peran Televisi
Dokumen ini juga menjelaskan karakteristik komunikasi massa, menekankan sifat heterogenitas audiens televisi dan sifat delayed feedback dari komunikasi satu arah. Televisi, sebagai media dengar-pandang, memiliki kekuatan sugestif yang tinggi dan mampu menghadirkan realitas sosial. Kemampuan televisi untuk menciptakan rasa kedekatan dengan pemirsanya juga diulas. Berbagai format program televisi, termasuk variety show, dijelaskan seiring dengan perbedaannya dengan media lain seperti media cetak dan radio.
1. Definisi dan Karakteristik Komunikasi Massa
Bagian ini mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang sangat besar dan beragam (heterogen). Definisi ini merujuk pada penggunaan pemancar audio dan visual, mencakup media seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita. Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi tradisional yang lebih terbatas jangkauannya. Joseph A. Devito, seperti dikutip Nurudin (2007: 11-12), menjelaskan bahwa khalayak dalam komunikasi massa besar dan umumnya sulit diidentifikasi secara tepat. Sifat heterogen dari komunikan dalam komunikasi massa tercermin dalam keragaman latar belakang audiens berdasarkan pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan kepercayaan. Televisi, sebagai salah satu media elektronik, mencerminkan karakteristik ini dengan audiens yang sangat beragam.
2. Peran Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Dokumen ini menyoroti peran penting televisi sebagai media komunikasi massa yang efektif. Jangkauan televisi yang luas dan simultan memungkinkan penyampaian pesan kepada jutaan orang. Keunggulan televisi sebagai media dengar-pandang memberikan kekuatan sugestif yang tinggi dan kemampuan untuk menghadirkan realitas sosial secara visual dan audio. Kemampuan televisi untuk menciptakan rasa kedekatan antara presenter dan khalayak juga dibahas, dengan pendekatan persuasif, bahasa sehari-hari, dan gestur yang natural. Hal ini membuat televisi menjadi media yang efektif, khususnya untuk tujuan edukasi dan hiburan. Kemampuan televisi untuk menjangkau khalayak secara simultan menjadikannya berbeda dari media cetak yang membutuhkan sistem distribusi yang lebih lama dan terbatas jangkauannya.
3. Fungsi Hiburan dan Kelebihan Televisi
Fungsi hiburan pada televisi lebih dominan dibandingkan fungsi lainnya. Sebagian besar waktu siaran diisi oleh acara hiburan, seperti sinetron, kuis, dan reality show. Kelebihan televisi sebagai media dengar-pandang memberikan pengalaman yang lebih kaya bagi audiens. Kemampuannya untuk menghadirkan realitas sosial dengan visualisasi yang kuat dan dukungan suara membuat pemahaman terhadap suatu isu menjadi lebih mudah. Selain itu, pendekatan persuasif dalam penyampaian pesan dan kemampuan menciptakan rasa kedekatan dengan khalayak membuat televisi menjadi media yang efektif dalam komunikasi massa. Kemampuan televisi untuk menyampaikan pesan secara simultaneous juga menjadikannya unggul dibandingkan media cetak. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, televisi dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk tujuan pendidikan dan hiburan.