
Perbedaan Kekuatan Tarik Perlekatan pada Resin Komposit Nanohybrid dengan Sistem Adhesif Total-Etch dan Self-Etch
Informasi dokumen
Penulis | Dina Naulita M |
Sekolah | Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Kedokteran Gigi |
Tempat | Medan |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 5.39 MB |
- tensile bond strength
- resin komposit nanohybrid
- sistem adhesif
Ringkasan
I.Latar Belakang Penelitian Kekuatan Ikatan Resin Komposit Nanohybrid
Penelitian ini berfokus pada kekuatan ikatan tarik (tensile bond strength) dari resin komposit nanohybrid pada restorasi Klas I. Masalah utama yang dikaji adalah perbedaan kekuatan ikatan antara penggunaan sistem adhesif total-etch dan sistem adhesif self-etch. Resin komposit nanohybrid, meskipun sedang berkembang pesat dalam kedokteran gigi karena sifat estetis dan fisiknya yang baik, masih menghadapi tantangan berupa penyusutan selama polimerisasi yang dapat menyebabkan terbentuknya celah (gap) dan mengurangi kekuatan ikatan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas kedua sistem adhesif tersebut dalam meminimalisir masalah ini.
1. Perkembangan Resin Komposit Nanohybrid dan Masalah Penyusutan
Bagian ini menjelaskan latar belakang penggunaan resin komposit dalam kedokteran gigi, khususnya resin komposit nanohybrid yang saat ini sedang berkembang. Disebutkan bahwa meskipun resin komposit nanohybrid menawarkan kualitas estetis dan karakteristik fisik yang baik, masalah penyusutan selama proses polimerisasi masih menjadi kendala utama. Penyusutan ini dapat mengakibatkan terbentuknya celah (gap) pada restorasi, yang berdampak negatif pada kekuatan perlekatan bahan. Berbagai jenis resin komposit, dengan perbedaan komposisi organik dan anorganik, serta ukuran partikel bahan pengisi, mempengaruhi teknik manipulasi dan aplikasinya secara klinis. Resin komposit nanohybrid, dengan partikel berukuran nanometer yang dikombinasikan dengan bahan pengisi konvensional, diklaim mampu memaksimalkan daya tahan dan nilai estetis, serta mudah dipolis. Namun, penyusutan tetap menjadi pertimbangan penting dalam penggunaannya. Penelitian ini ingin mengkaji lebih lanjut masalah ini, khususnya dalam konteks restorasi Klas I.
2. Peran Sistem Adhesif Total Etch dan Self Etch
Bagian ini menekankan pentingnya pemilihan sistem adhesif dalam menentukan kekuatan perlekatan resin komposit. Sistem adhesif total-etch dan self-etch diidentifikasi sebagai sistem yang saat ini banyak digunakan. Sistem total-etch, yang bisa berupa sistem tiga langkah atau dua langkah, memerlukan proses pengetsaan permukaan gigi sebelum aplikasi resin. Sedangkan sistem self-etch menggabungkan proses pengetsaan dan pengaplikasian primer dalam satu langkah atau dua langkah, sehingga lebih sederhana. Kinerja kedua sistem adhesif ini dalam menghasilkan kekuatan perlekatan yang optimal pada resin komposit nanohybrid, terutama pada restorasi Klas I dengan faktor C yang tinggi (5:1), menjadi fokus utama penelitian. Faktor C yang tinggi meningkatkan risiko masalah perlekatan akibat stres polimerisasi yang lebih besar. Oleh karena itu, pemilihan sistem adhesif yang tepat sangat krusial untuk memastikan keberhasilan restorasi.
3. Tujuan Penelitian dan Pertanyaan Riset
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengkaji perbedaan tensile bond strength pada resin komposit nanohybrid dengan menggunakan sistem adhesif total-etch dan self-etch pada restorasi Klas I. Penelitian ini didorong oleh adanya perbedaan hasil penelitian sebelumnya mengenai tensile bond strength yang dihasilkan oleh kedua sistem adhesif tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan superioritas sistem total-etch, sementara yang lain tidak menemukan perbedaan signifikan. Kekurangan penelitian yang spesifik membandingkan kinerja kedua sistem adhesif pada resin komposit nanohybrid untuk restorasi Klas I menjadi motivasi utama bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan data empiris yang lebih komprehensif mengenai pilihan sistem adhesif yang paling optimal untuk jenis resin komposit dan tipe restorasi yang diteliti.
II.Metodologi Penelitian Pengujian Tensile Bond Strength
Sebanyak 32 gigi premolar rahang atas (disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan, Fakultas Kedokteran USU Medan) digunakan dalam penelitian ini. Gigi dibagi menjadi dua kelompok: kelompok I menggunakan sistem adhesif total-etch dan kelompok II menggunakan sistem adhesif self-etch, keduanya dengan aplikasi resin komposit nanohybrid. Setelah preparasi dan restorasi, sampel disimpan dalam larutan saline selama 24 jam, lalu dilakukan proses thermocycling. Pengujian tensile bond strength dilakukan menggunakan alat uji tarik Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine dengan beban maksimal 200 kgf dan kecepatan 0.1 mm/detik. Data yang diperoleh dikonversi ke dalam satuan Newton.
1. Pemilihan dan Persiapan Sampel Gigi
Metodologi penelitian diawali dengan pemilihan dan persiapan sampel gigi. Sebanyak 32 gigi premolar rahang atas digunakan, setelah mendapatkan persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran USU Medan. Pemilihan gigi premolar maksila didasarkan pada kemudahan ketersediaan. Sampel gigi dipilih berdasarkan kriteria tertentu, yaitu: tidak terdapat fraktur mahkota, belum pernah dipreparasi, mahkota masih utuh, apeks tertutup, dan tidak terdapat karies. Kriteria ini bertujuan untuk memastikan keseragaman kondisi sampel dan meminimalisir variabel yang dapat memengaruhi hasil pengujian tensile bond strength. Setelah proses preparasi dan aplikasi resin komposit nanohybrid dengan sistem adhesif yang telah ditentukan, sampel gigi tersebut disimpan dalam larutan saline selama 24 jam untuk simulasi lingkungan oral, kemudian dilakukan proses thermocycling untuk mensimulasikan perubahan suhu di dalam mulut sebelum pengujian.
2. Pengujian Tensile Bond Strength
Pengujian tensile bond strength dilakukan untuk mengukur kekuatan ikatan tarik antara resin komposit nanohybrid dan struktur gigi. Pengujian ini menggunakan alat uji tarik Torsee’s Electronic System Universal Testing Machine. Alat ini memiliki beban maksimal 200 kgf dan kecepatan tarikan 0.1 mm/detik. Sebelum pengujian, akar sampel dipotong hingga 1/3 batas servikal akar, dan sampel kemudian ditanam ke dalam cetakan sampel yang terbuat dari self-cured acrylic. Proses penanaman ini memastikan sampel terfiksasi dengan baik selama pengujian. Selama pengujian, cetakan sampel ditarik hingga restorasi terpisah dari struktur gigi. Besarnya beban yang dibutuhkan untuk memisahkan restorasi diukur dalam satuan kilogram force (kgf) dan kemudian dikonversi ke dalam satuan Newton untuk analisis data lebih lanjut. Penggunaan alat dan metode pengujian ini dipilih untuk mendapatkan hasil pengukuran tensile bond strength yang akurat dan terstandarisasi.
III.Hasil Penelitian Perbandingan Sistem Adhesif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok I (sistem adhesif total-etch) memiliki tensile bond strength yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok II (sistem adhesif self-etch) (p < 0.05). Meskipun terdapat standar deviasi yang cukup besar pada kedua kelompok, yang disebabkan oleh variasi kondisi dentin dan metode penelitian, perbedaan kekuatan ikatan tetap signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa sistem adhesif total-etch menghasilkan perlekatan yang lebih kuat pada resin komposit nanohybrid untuk restorasi Klas I.
1. Hasil Uji Tensile Bond Strength
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan dalam tensile bond strength antara kelompok yang menggunakan sistem adhesif total-etch dan self-etch. Kelompok yang menggunakan sistem adhesif total-etch menunjukkan nilai tensile bond strength yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan sistem self-etch. Perbedaan ini signifikan secara statistik (p < 0.05), menunjukkan bahwa sistem adhesif total-etch menghasilkan ikatan yang lebih kuat pada resin komposit nanohybrid dalam restorasi Klas I. Meskipun data numerik spesifik tidak diberikan secara eksplisit dalam cuplikan teks ini, pernyataan ini menegaskan superioritas sistem total-etch dalam konteks penelitian ini. Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan hasil yang serupa, meskipun ada beberapa penelitian yang tidak menemukan perbedaan yang signifikan. Namun, penelitian ini secara khusus berfokus pada resin komposit nanohybrid dan restorasi Klas I, yang memberikan kontribusi baru pada pemahaman mengenai kekuatan perlekatan kedua sistem adhesif tersebut.
2. Analisis Standar Deviasi dan Faktor faktor yang Mempengaruhi
Meskipun terdapat perbedaan signifikan dalam tensile bond strength antara kedua kelompok, standar deviasi yang dihasilkan cukup besar pada kedua kelompok (38.06 N untuk kelompok total-etch dan 36.28 N untuk kelompok self-etch). Besarnya standar deviasi ini menunjukkan adanya variasi yang cukup tinggi dalam nilai tensile bond strength yang diperoleh dari masing-masing spesimen. Variasi ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurangnya pengendalian pada metode penelitian yang mengakibatkan nilai kekuatan perlekatan yang kurang seragam. Kondisi dentin pada setiap sampel juga dapat memengaruhi hasil pengujian. Permukaan dentin yang kurang bersih atau pembuangan smear layer yang kurang maksimal dapat menyebabkan adhesi yang buruk antara dinding kavitas dan bahan restorasi. Faktor-faktor ini perlu dipertimbangkan dalam interpretasi hasil penelitian, meskipun perbedaan signifikan antara kedua kelompok tetap valid dan konsisten dengan temuan penelitian sebelumnya mengenai perbandingan sistem adhesif total-etch dan self-etch.
3. Penjelasan Perbedaan Kinerja Sistem Adhesif
Penelitian ini menggunakan sistem adhesif total-etch generasi ke-5 (one-bottle system) yang menggabungkan bahan primer dan adhesif. Sistem ini menghasilkan interlocking mekanis melalui resin tag dan pembentukan lapisan hibrid, sehingga meningkatkan kekuatan perlekatan pada enamel dan dentin. Pengetsaan dengan asam fosfat meningkatkan kemampuan perlekatan dengan menghilangkan smear layer, meningkatkan energi permukaan, dan membuka tubulus dentin. Sebaliknya, sistem adhesif self-etch generasi ke-7 (all-in-one adhesive) yang digunakan dalam penelitian ini, meskipun memiliki pH rendah dan menghasilkan demineralisasi yang lebih besar, memiliki sifat lebih hidrofilik, sehingga rentan terhadap penyerapan air yang dapat menyebabkan degradasi pada permukaan adhesif dan penurunan ikatan mekanis. Lapisan adhesif yang tipis pada sistem self-etch (10-15 mm) juga dapat menyebabkan polimerisasi yang tidak sempurna akibat difusi oksigen. Perbedaan-perbedaan ini menjelaskan mengapa sistem total-etch dalam penelitian ini menunjukkan tensile bond strength yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem self-etch.
IV.Kesimpulan dan Implikasi Pilihan Sistem Adhesif Optimal
Kesimpulannya, penelitian ini membuktikan adanya perbedaan signifikan dalam tensile bond strength antara sistem adhesif total-etch dan sistem adhesif self-etch ketika diaplikasikan pada resin komposit nanohybrid untuk restorasi Klas I. Sistem adhesif total-etch menunjukkan hasil yang lebih baik dalam hal kekuatan ikatan. Temuan ini memiliki implikasi penting bagi praktisi kedokteran gigi dalam memilih sistem adhesif yang tepat untuk memastikan daya tahan dan keberhasilan jangka panjang dari restorasi gigi.
1. Kesimpulan Utama Superioritas Sistem Adhesif Total Etch
Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dalam tensile bond strength antara resin komposit nanohybrid yang menggunakan sistem adhesif total-etch dan self-etch pada restorasi Klas I. Hasil uji statistik (independent t-test) menunjukkan nilai p = 0.002 (p < 0.05), mendukung hipotesis penelitian. Secara spesifik, sistem adhesif total-etch menunjukkan kekuatan perlekatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem self-etch. Temuan ini konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya, meskipun ada juga penelitian yang tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Perbedaan hasil penelitian sebelumnya mungkin disebabkan oleh perbedaan jenis resin komposit, desain penelitian, atau metodologi pengujian yang digunakan. Penelitian ini memberikan kontribusi dengan fokusnya pada resin komposit nanohybrid dan restorasi Klas I, yang merupakan area yang belum banyak diteliti secara komprehensif.
2. Implikasi Klinis Rekomendasi Pemilihan Sistem Adhesif
Hasil penelitian ini memiliki implikasi klinis yang signifikan dalam pemilihan sistem adhesif untuk restorasi Klas I menggunakan resin komposit nanohybrid. Berdasarkan temuan bahwa sistem adhesif total-etch menghasilkan tensile bond strength yang lebih tinggi secara signifikan, disarankan agar praktisi kedokteran gigi mempertimbangkan penggunaan sistem adhesif total-etch untuk jenis restorasi ini. Meskipun sistem self-etch menawarkan kemudahan dan kesederhanaan aplikasi, kekuatan perlekatan yang lebih rendah dapat berdampak pada daya tahan dan keberhasilan jangka panjang restorasi. Namun, perlu diingat bahwa standar deviasi yang cukup besar dalam penelitian ini menunjukkan adanya variasi dalam hasil yang mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kondisi dentin dan teknik aplikasi. Oleh karena itu, penting bagi dokter gigi untuk memperhatikan detail prosedur klinis untuk meminimalisir variasi tersebut dan mencapai hasil yang optimal.
3. Penelitian Lebih Lanjut Mengatasi Keterbatasan
Meskipun penelitian ini memberikan bukti yang kuat mengenai superioritas sistem adhesif total-etch untuk resin komposit nanohybrid pada restorasi Klas I, ada beberapa keterbatasan yang perlu dipertimbangkan. Standar deviasi yang besar menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi dan mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi variasi hasil pengujian. Penelitian masa depan dapat mempertimbangkan faktor-faktor seperti kualitas dan preparasi permukaan dentin, jenis dan generasi sistem adhesif yang lebih spesifik, serta variasi teknik aplikasi. Selain itu, penelitian jangka panjang yang mengevaluasi keberhasilan klinis dari kedua sistem adhesif ini sangat penting untuk memvalidasi hasil laboratorium. Dengan demikian, penelitian selanjutnya dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif dan meyakinkan mengenai pemilihan sistem adhesif yang optimal untuk memastikan keberhasilan restorasi gigi jangka panjang.