Perbandingan Keberhasilan Kateter Fleksibel dan Kaku dalam Inseminasi Intrauterine

Perbandingan Keberhasilan Kateter Fleksibel dan Kaku dalam Inseminasi Intrauterine

Informasi dokumen

Penulis

Ray Christy Barus

instructor Dr. Dr. Binarwan Halim, M.Ked (OG), SpOG (K)
Sekolah

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Jurusan Obstetri dan Ginekologi
Jenis dokumen Tesis
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.67 MB
  • Obstetri
  • Ginekologi
  • Inseminasi Intrauterine

Ringkasan

I.Abstrak Penelitian Keberhasilan Inseminasi Intrauteri IUI dengan Kateter Fleksibel dan Kaku

Penelitian ini membandingkan tingkat keberhasilan inseminasi intrauteri (IUI) menggunakan kateter fleksibel dan kateter kaku di Klinik Fertilitas Halim dan RS Ibu dan Anak Stella Maris Medan (Juli-September 2013). Metode yang digunakan adalah studi kohort observasional. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat keberhasilan kehamilan antara kedua jenis kateter. Namun, klinisi perlu mempertimbangkan tingkat ketidaknyamanan pasien selama prosedur insersi kateter.

1. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk membandingkan tingkat keberhasilan inseminasi intrauteri (IUI) dengan menggunakan dua jenis kateter: kateter kaku dan kateter fleksibel. Penelitian ini ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan dalam angka keberhasilan kehamilan antara kedua metode tersebut. Hal ini penting untuk menentukan metode IUI yang paling efektif dan efisien dalam membantu pasangan yang mengalami infertilitas untuk mencapai kehamilan.

2. Desain dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Cohort Study dengan analisis observasional. Studi kohort ini dilakukan di dua lokasi di Medan, yaitu Klinik Fertilitas Halim dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris. Periode penelitian berlangsung selama tiga bulan, dimulai dari Juli hingga September 2013. Pilihan lokasi dan desain studi ini memungkinkan peneliti untuk mengamati dan membandingkan hasil IUI pada sampel yang cukup besar, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih valid dan dapat dipercaya.

3. Metode dan Prosedur IUI

Meskipun detail prosedur IUI tidak dijelaskan secara ekstensif dalam abstrak, dapat dipahami bahwa penelitian ini melibatkan dua kelompok pasien yang secara acak ditugaskan untuk menggunakan kateter kaku atau kateter fleksibel selama prosedur IUI. Proses inseminasi intrauteri itu sendiri mencakup persiapan sperma di laboratorium, insersi kateter ke dalam kavum uteri, dan pengamatan adanya atau tidak adanya darah pada ujung kateter setelah insersi. Observasi ini terkait dengan kemungkinan trauma endometrium yang dapat mempengaruhi keberhasilan IUI.

4. Hasil Penelitian dan Analisis Data

Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat keberhasilan IUI antara penggunaan kateter kaku dan kateter fleksibel. Meskipun adanya darah pada ujung kateter setelah insersi diamati, tidak ada hubungan signifikan antara hal tersebut dengan keberhasilan kehamilan. Namun, penelitian ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor kenyamanan pasien selama prosedur insersi kateter, karena kemungkinan perbedaan kenyamanan antara penggunaan kateter kaku dan fleksibel.

5. Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat keberhasilan kehamilan IUI antara penggunaan kateter kaku dan kateter fleksibel. Namun, penelitian menekankan perlunya klinisi untuk mempertimbangkan faktor kenyamanan pasien dan potensi komplikasi, seperti refluks, saat memilih jenis kateter untuk prosedur IUI. Rekomendasi selanjutnya adalah untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang mungkin mengeksplorasi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan IUI, serta mengevaluasi pengalaman pasien secara lebih mendalam.

II.Latar Belakang Infertilitas dan Inseminasi Intrauteri IUI sebagai Terapi

Infertilitas, ketidakmampuan untuk hamil setelah satu tahun upaya, merupakan masalah global yang mempengaruhi 1 dari 4 pasangan. IUI, prosedur yang melibatkan penempatan sperma yang telah disiapkan ke dalam rahim menggunakan kateter, merupakan terapi lini pertama yang lebih murah dan mudah dibandingkan IVF/ICSI. Penelitian ini berfokus pada perbandingan penggunaan kateter fleksibel dan kateter kaku dalam IUI, karena masih terbatasnya data mengenai pengaruh jenis kateter terhadap tingkat keberhasilan IUI.

1. Prevalensi Infertilitas Global

Bagian ini menjelaskan bahwa infertilitas merupakan masalah kesehatan global yang signifikan. Data dari WHO menunjukkan bahwa sekitar satu dari empat pasangan di dunia mengalami infertilitas. Angka ini diperkirakan mencapai 60-80 juta pasangan setiap tahunnya secara global, dengan angka yang cukup tinggi di negara-negara seperti India (15-20 juta pasangan). Di Inggris, permasalahan ini juga cukup signifikan, dengan 1 dari 7 pasangan mengalami infertilitas, di mana 25% disebabkan oleh faktor pria dan 25% disebabkan oleh faktor yang tidak diketahui. Tingginya angka infertilitas ini menggarisbawahi urgensi untuk terus melakukan penelitian dan pengembangan metode pengobatan yang efektif dan efisien, seperti Inseminasi Intrauteri (IUI).

2. Definisi Infertilitas dan Terapi yang Ada

Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan untuk mendapatkan kehamilan dalam kurun waktu satu tahun atau lebih tanpa penggunaan alat kontrasepsi selama masa reproduksi. Infertilitas dibagi menjadi dua jenis: infertilitas primer (pasangan belum pernah hamil) dan infertilitas sekunder (pasangan pernah hamil tetapi tidak dapat hamil lagi). Dua metode pengobatan yang umum digunakan untuk mengatasi infertilitas adalah stimulasi ovarium dan inseminasi intrauteri (IUI). Stimulasi ovarium dan IUI dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan untuk mengatasi berbagai kasus infertilitas. IUI, atau Inseminasi Artifisial, telah menjadi terapi pilihan karena lebih murah dan proseduralnya lebih mudah dibandingkan dengan teknologi reproduksi berbantu lainnya seperti IVF dan ICSI.

3. Inseminasi Intrauteri IUI sebagai Terapi Lini Pertama

IUI merupakan prosedur yang melibatkan penempatan sperma yang telah disiapkan ke dalam kavum uteri melalui serviks menggunakan kateter inseminasi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan jumlah spermatozoa motil yang mencapai sel telur, sehingga meningkatkan peluang pembuahan. Meskipun IVF dan ICSI memiliki tingkat keberhasilan yang baik, IUI tetap menjadi terapi lini pertama di banyak negara karena biayanya yang relatif terjangkau dan prosedur yang lebih sederhana. Namun, keefektifan IUI masih menjadi fokus penelitian, terutama dalam kasus infertilitas akibat faktor pria dan infertilitas dengan penyebab yang tidak diketahui, karena beberapa studi menunjukkan hasil yang beragam.

4. Peran Kateter dalam IUI dan Permasalahan Penelitian

Penggunaan kateter dalam IUI, khususnya perbedaan antara kateter fleksibel dan kaku, merupakan fokus utama penelitian ini. Literatur dan uji klinis sebelumnya telah meneliti penggunaan kateter dalam prosedur transfer embrio pada program IVF, dengan Lavie mencatat adanya kerusakan lapisan endometrium pada 50% wanita yang menggunakan kateter kaku dibandingkan hanya 12,5% pada kateter fleksibel. Meskipun demikian, masih terdapat keterbatasan data mengenai perbandingan efektivitas kateter fleksibel dan kaku dalam IUI. Hal ini menjadi landasan rumusan masalah penelitian: apakah terdapat perbedaan tingkat keberhasilan inseminasi antara penggunaan kateter fleksibel dan kateter kaku?

III.Tinjauan Pustaka Kateter Stimulasi Ovarium dan Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan IUI

Tinjauan pustaka membahas berbagai aspek IUI, termasuk jenis kateter (fleksibel dan kaku), teknik stimulasi ovarium, serta kualitas dan kuantitas sperma. Penelitian sebelumnya menunjukkan perbedaan pendapat mengenai pengaruh trauma endometrium akibat penggunaan kateter kaku terhadap keberhasilan IUI. Waktu inseminasi yang tepat juga berperan penting. Beberapa jenis kateter, seperti Wallace dan Gynetics, dijelaskan dalam bagian ini.

1. Pengertian Inseminasi Intrauteri IUI

Tinjauan pustaka dimulai dengan menjelaskan Inseminasi Intrauteri (IUI). IUI pertama kali dilakukan pada tahun 1962 oleh Cohen, melibatkan persiapan sperma, pemantauan waktu preovulatorik, dan induksi ovulasi dengan Human Chorionic Gonadotropin (hCG). Meskipun demikian, IUI tidak termasuk dalam kategori ART (Assisted Reproductive Technology), melainkan dikategorikan sebagai FERT (Fertility Treatment Other Than ART). IUI telah banyak digunakan karena kemudahan, sifat non-invasif, dan biayanya yang relatif rendah, menjadikannya terapi empiris umum untuk infertilitas. Data dari European IVF Monitoring Programme pada tahun 2004 menunjukkan tingginya jumlah kasus IUI (98.388 kasus di 19 negara) dan angka kelahiran (12.081 kelahiran), namun efektivitasnya masih terbatas pada kasus infertilitas akibat faktor pria dan infertilitas dengan penyebab yang tidak diketahui.

2. Kualitas dan Kuantitas Sperma dalam IUI

Bagian ini membahas pentingnya kualitas dan kuantitas sperma dalam keberhasilan IUI. Penelitian retrospektif oleh Khalil dkk (2001) dan Stone dkk (1999) menunjukkan korelasi antara jumlah sperma motil yang digunakan (lebih dari 2 juta) dengan peningkatan keberhasilan IUI. Meskipun demikian, metode terbaik dalam pemilihan sperma motil untuk IUI atau ART masih belum teridentifikasi secara pasti. Metode sentrifugasi spermatozoa dalam medium kultur atau gradien berdasarkan densitas, diikuti resuspensi pada media kultur, merupakan metode yang paling sering digunakan, tetapi penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan metode paling efektif.

3. Stimulasi Ovarium dan Pengaruhnya terhadap Keberhasilan IUI

Stimulasi ovarium, menggunakan obat-obatan oral (klomifen sitrat, penghambat aromatase) atau injeksi (gonadotropin, hMG, u-FSH, r-FSH), bertujuan untuk menghasilkan beberapa folikel dengan diameter dan kadar estradiol tertentu serta ketebalan endometrium yang ideal (misalnya, 2-4 folikel dengan diameter 17-18 mm, kadar estradiol 150-250 pg/ml, dan tebal endometrium 9 mm dengan gambaran trilaminar). Dosis awal FSH bergantung pada usia wanita dan respons ovarium sebelumnya. Penelitian menunjukkan bahwa ketebalan endometrium yang kurang dari 8 mm (Router dkk, 1996) atau <7,5 mm (Teraporn dkk, 2003) dapat menurunkan angka keberhasilan kehamilan pada IUI. Meskipun stimulasi ovarium penting, prosedur IUI sendiri, termasuk penggunaan kateter, juga berperan dalam meningkatkan konsentrasi sperma untuk fertilisasi.

4. Jenis dan Pengaruh Kateter Inseminasi terhadap Keberhasilan IUI

Tinjauan pustaka ini secara khusus membahas berbagai jenis kateter inseminasi, termasuk kateter inseminasi Wallace (Smith Medical) dan kateter inseminasi Gynetics (Gynetics Medical Products). Kateter dibedakan berdasarkan diameter, ujung distal, dan konsistensi (fleksibel atau kaku). Penelitian Lavie dkk (1997) menunjukkan bahwa kateter kaku dapat menyebabkan kerusakan endometrium pada 50% pasien, sedangkan kateter fleksibel hanya pada 12,5%, meskipun angka kehamilan pada kedua kelompok sama. Studi lain oleh Ahmed dkk (2006), Teraporn dkk (2003), dan Karen dkk (2002) menunjukkan hasil yang beragam mengenai pengaruh jenis kateter terhadap keberhasilan IUI, yang menggarisbawahi pentingnya penelitian lebih lanjut untuk mengklarifikasi hal tersebut.

IV.Metodologi Penelitian Desain Studi dan Prosedur IUI

Penelitian ini menggunakan desain studi kohort analitik observasional. Pasien dibagi secara acak ke dalam dua kelompok: kelompok yang menjalani IUI dengan kateter fleksibel dan kelompok yang menjalani IUI dengan kateter kaku. Prosedur IUI dijelaskan secara rinci, termasuk persiapan sperma, insersi kateter, dan pemantauan pasca-prosedur. Parameter yang diamati meliputi tingkat keberhasilan kehamilan, ketidaknyamanan pasien, dan adanya refluks atau perdarahan.

1. Desain Penelitian Studi Kohort Observasional

Penelitian ini menggunakan desain studi kohort analitik observasional. Jenis desain ini dipilih karena memungkinkan peneliti untuk mengamati dan membandingkan tingkat keberhasilan kehamilan pada dua kelompok pasien yang berbeda, yaitu kelompok yang menjalani inseminasi intrauteri (IUI) dengan kateter fleksibel dan kelompok yang menjalani IUI dengan kateter kaku. Penelitian observasional ini dilakukan di Klinik Fertilitas Halim dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Stella Maris di Medan, Sumatera Utara, selama periode Juli hingga September 2013. Data dikumpulkan dan dianalisis untuk membandingkan angka keberhasilan kehamilan antara kedua kelompok, tanpa adanya intervensi atau manipulasi dari peneliti terhadap variabel studi.

2. Populasi dan Pengambilan Sampel

Meskipun detail mengenai populasi dan teknik pengambilan sampel tidak secara eksplisit disebutkan dalam bagian metodologi yang tersedia, dapat dipahami bahwa penelitian ini melibatkan pasien yang menjalani prosedur IUI di Klinik Fertilitas Halim dan RS Ibu dan Anak Stella Maris di Medan. Pasien kemungkinan besar dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi tertentu yang relevan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk membandingkan keberhasilan IUI dengan kateter fleksibel dan kaku. Penggunaan metode randomisasi dalam penugasan pasien ke dalam kelompok kateter fleksibel atau kaku memastikan bahwa setiap kelompok memiliki karakteristik yang sebanding, sehingga mengurangi bias dalam hasil penelitian.

3. Prosedur Inseminasi Intrauteri IUI

Prosedur IUI melibatkan beberapa tahap penting, termasuk persiapan sperma di laboratorium. Sperma yang telah disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam spuit yang terhubung dengan kateter, baik kateter kaku (Tom Cat) maupun kateter fleksibel (Wallace), tergantung pada kelompok perlakuan yang telah ditentukan secara acak. Proses insersi kateter dilakukan oleh spesialis yang terlibat dalam penelitian. Selama prosedur, dilakukan pengamatan akan adanya atau tidaknya darah pada ujung kateter setelah insersi, yang kemudian dianalisis sebagai indikator potensial trauma endometrium. Detail prosedur lainnya seperti persiapan serviks (dibersihkan dengan NaCl hangat), dan pemantauan pasca-prosedur kemungkinan juga dilakukan namun tidak dijelaskan secara rinci pada bagian yang tersedia.

4. Pengukuran dan Analisis Data

Variabel utama yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan kehamilan pada setiap kelompok (kateter fleksibel vs. kateter kaku). Variabel lain yang mungkin diamati meliputi adanya atau tidaknya darah pada ujung kateter setelah insersi, tingkat kesulitan insersi kateter, tingkat ketidaknyamanan pasien (kram perut), dan kejadian refluks sperma. Analisis statistik, termasuk uji Chi-square dan uji Continuity Correction, digunakan untuk membandingkan proporsi keberhasilan kehamilan, dan kejadian komplikasi antara kedua kelompok kateter. Nilai p digunakan untuk menentukan signifikansi statistik dari perbedaan yang ditemukan.

V.Hasil Penelitian Perbandingan Tingkat Keberhasilan IUI antara Kateter Fleksibel dan Kaku

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik (p>0.05) dalam tingkat keberhasilan kehamilan antara penggunaan kateter fleksibel dan kateter kaku dalam IUI. Walaupun angka keberhasilan IUI lebih tinggi pada kelompok kateter fleksibel, perbedaan ini tidak signifikan. Namun, terdapat perbedaan signifikan dalam tingkat ketidaknyamanan dan refluks sperma antara kedua kelompok kateter. Ketidaknyamanan lebih banyak terjadi pada kelompok kateter kaku, dan refluks lebih sering terjadi pada kelompok kateter kaku.

1. Tingkat Keberhasilan Kehamilan

Hasil utama penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan secara statistik (nilai p > 0.05) dalam tingkat keberhasilan kehamilan antara penggunaan kateter fleksibel dan kateter kaku pada prosedur inseminasi intrauteri (IUI). Meskipun angka keberhasilan kehamilan sedikit lebih tinggi pada kelompok yang menggunakan kateter fleksibel (26,7%) dibandingkan dengan kelompok kateter kaku (20%), perbedaan ini tidak signifikan secara statistik. Temuan ini menunjukkan bahwa pilihan antara kateter fleksibel dan kaku mungkin tidak secara signifikan mempengaruhi peluang keberhasilan IUI dalam mencapai kehamilan.

2. Kejadian Perdarahan dan Hubungannya dengan Keberhasilan IUI

Penelitian mengamati adanya perdarahan pada ujung kateter setelah insersi. Meskipun terdapat perbedaan dalam persentase kejadian perdarahan antara kedua kelompok, analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kejadian perdarahan dan tingkat keberhasilan kehamilan. Ini berarti bahwa adanya perdarahan selama prosedur IUI, terlepas dari jenis kateter yang digunakan, tidak memprediksi keberhasilan atau kegagalan kehamilan.

3. Ketidaknyamanan Pasien dan Refluks Sperma

Studi ini juga mengevaluasi ketidaknyamanan pasien, yang dalam hal ini diukur berdasarkan adanya kram atau nyeri perut. Hasilnya menunjukkan bahwa ketidaknyamanan lebih sering dilaporkan pada kelompok yang menggunakan kateter kaku (43,3%) dibandingkan dengan kelompok kateter fleksibel (30%), namun perbedaan ini tidak signifikan secara statistik (p > 0,05). Terkait dengan refluks sperma, terdapat perbedaan signifikan (p < 0,05) antara kedua kelompok, dengan insiden refluks yang lebih tinggi pada kelompok kateter kaku (26,7%) dibandingkan kelompok kateter fleksibel (3,3%). Diameter kateter yang lebih besar pada kateter fleksibel diduga berkontribusi pada pencegahan refluks.

VI.Kesimpulan Implikasi Temuan Penelitian terhadap Praktik Klinis IUI

Kesimpulannya, meskipun tidak ada perbedaan signifikan dalam tingkat keberhasilan kehamilan antara kateter fleksibel dan kateter kaku dalam IUI, klinisi perlu mempertimbangkan faktor kenyamanan pasien dan potensi refluks saat memilih jenis kateter. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan IUI.

1. Tidak Ada Perbedaan Signifikan dalam Keberhasilan IUI

Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah tidak ditemukannya perbedaan yang signifikan secara statistik dalam tingkat keberhasilan inseminasi intrauteri (IUI) antara penggunaan kateter fleksibel dan kateter kaku. Meskipun secara numerik angka keberhasilan terlihat sedikit lebih tinggi pada kelompok kateter fleksibel, perbedaan ini tidak mencapai signifikansi statistik setelah dilakukan pengujian. Temuan ini memiliki implikasi penting dalam praktik klinis, menunjukkan bahwa pemilihan jenis kateter (fleksibel atau kaku) mungkin tidak menjadi faktor penentu utama dalam keberhasilan IUI. Oleh karena itu, klinisi dapat mempertimbangkan faktor lain, seperti kenyamanan pasien dan potensi komplikasi, saat memilih jenis kateter.

2. Pentingnya Pertimbangan Faktor Kenyamanan dan Potensi Risiko

Meskipun tingkat keberhasilan IUI tidak berbeda secara signifikan antara kedua jenis kateter, penelitian ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor kenyamanan pasien. Data menunjukkan bahwa ketidaknyamanan (nyeri atau kram perut) lebih sering terjadi pada kelompok kateter kaku, meskipun perbedaannya tidak signifikan secara statistik. Lebih lanjut, terdapat perbedaan signifikan dalam hal kejadian refluks sperma, dengan insiden yang jauh lebih tinggi pada kelompok kateter kaku. Oleh karena itu, klinisi perlu mempertimbangkan faktor-faktor ini saat memilih jenis kateter, menimbang bahwa meskipun tingkat keberhasilan kehamilan sama, penggunaan kateter fleksibel berpotensi meningkatkan kenyamanan pasien dan mengurangi risiko refluks.

3. Rekomendasi untuk Penelitian Lebih Lanjut

Kesimpulan ini juga menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi keberhasilan IUI. Meskipun penelitian ini telah mempertimbangkan beberapa variabel penting, faktor-faktor lain yang tidak tercakup dalam penelitian ini mungkin juga berperan dalam keberhasilan IUI. Penelitian tambahan dapat difokuskan pada analisis yang lebih mendalam mengenai karakteristik pasien, penggunaan protokol stimulasi ovarium yang berbeda, dan pengukuran yang lebih objektif dari kenyamanan pasien. Penelitian dengan ukuran sampel yang lebih besar juga akan meningkatkan kekuatan statistik dari hasil penelitian.