Perbandingan Indeks Plak Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada Murid SMA

Perbandingan Indeks Plak Pengguna Pesawat Ortodonti Cekat pada Murid SMA

Informasi dokumen

Penulis

Ulfa Fitria Anggraeni

Sekolah

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara

Jurusan Ortodonsia
Tempat Medan
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 4.65 MB
  • Ortodonsia
  • Kebersihan Mulut
  • Indeks Plak

Ringkasan

I.Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini membandingkan indeks plak pada murid SMA yang menggunakan pesawat ortodonti cekat di Medan, Indonesia. Dua sekolah diteliti: SMA Swasta Harapan 1 Medan dan SMA Negeri 1 Medan, masing-masing dengan 30 peserta. Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan signifikan skor indeks plak antara kedua sekolah dan hubungannya dengan faktor-faktor seperti pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jadwal kontrol rutin ke dokter gigi, dan jenis sikat gigi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan indeks plak PHP-M untuk mengukur akumulasi plak gigi. Pentingnya penelitian ini terletak pada meningkatnya minat penggunaan pesawat ortodonti cekat di kalangan remaja, yang seringkali tidak diiringi dengan kesadaran menjaga kebersihan mulut yang optimal.

1.1 Latar Belakang Penggunaan Pesawat Ortodonti Cekat

Penelitian ini berangkat dari meningkatnya popularitas perawatan menggunakan pesawat ortodonti cekat di kalangan remaja. Meskipun perawatan ini bertujuan untuk mengoreksi disharmoni gigi dan meningkatkan estetika, seringkali keinginan untuk menggunakannya tidak diiringi dengan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan mulut. Hal ini berpotensi meningkatkan risiko masalah gigi dan gusi, seperti penumpukan plak yang dapat menyebabkan karies dan gingivitis. Pesawat ortodonti cekat, dengan desainnya yang kompleks, lebih sulit dibersihkan dibandingkan gigi normal, sehingga meningkatkan kemungkinan akumulasi plak. Oleh karena itu, penelitian ini sangat relevan untuk memahami dan mengkaji hubungan antara penggunaan pesawat ortodonti cekat dengan indeks plak pada remaja, khususnya di Medan, Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada dua masalah utama. Pertama, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan dalam skor indeks plak antara murid SMA yang menggunakan pesawat ortodonti cekat di SMA Swasta Harapan 1 Medan dan SMA Negeri 1 Medan. Kedua, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara status kebersihan mulut (diukur melalui indeks plak) dengan beberapa faktor, yaitu: tingkat pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jadwal kontrol rutin ke dokter gigi, dan jenis sikat gigi yang digunakan oleh para pengguna pesawat ortodonti cekat. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang status kebersihan mulut remaja pengguna pesawat ortodonti cekat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di kedua sekolah tersebut di Kota Medan. Data ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya pencegahan masalah kesehatan gigi dan gusi di kalangan remaja.

II.Metode Penelitian

Penelitian deskriptif komparatif ini melibatkan 60 murid SMA (30 dari masing-masing sekolah) pengguna pesawat ortodonti cekat. Setelah menyikat gigi, permukaan gigi diolesi disclosing solution, lalu indeks plak diperiksa menggunakan metode PHP-M. Metode ini mengukur plak pada enam gigi spesifik (insisivus sentralis kanan atas, kaninus kiri atas, premolar dua kiri atas, insisivus sentralis kiri bawah, kaninus kanan bawah, dan premolar dua kanan bawah).

2.1 Desain Penelitian dan Populasi

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif komparatif untuk menganalisis indeks plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat. Sampel penelitian terdiri dari 60 murid SMA yang sedang menjalani perawatan ortodonti cekat, dengan jumlah yang sama (30 orang) dari SMA Swasta Harapan 1 Medan dan SMA Negeri 1 Medan. Pemilihan sampel ini memungkinkan perbandingan indeks plak antar sekolah. Sebelum pengukuran indeks plak, subjek diminta untuk menyikat gigi terlebih dahulu untuk menghilangkan sisa makanan. Setelahnya, seluruh permukaan gigi diolesi dengan larutan disclosing solution untuk mempermudah visualisasi plak. Penggunaan disclosing solution memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengukur plak dengan lebih akurat.

2.2 Metode Pengukuran Indeks Plak

Pengukuran indeks plak dilakukan dengan menggunakan indeks plak PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified). Metode PHP-M dipilih karena dianggap spesifik dan cocok untuk mengukur plak pada individu yang menggunakan pesawat ortodonti cekat. PHP-M memfokuskan pemeriksaan pada enam gigi spesifik, yaitu insisivus sentralis kanan atas, kaninus kiri atas, premolar kedua kiri atas, insisivus sentralis kiri bawah, kaninus kanan bawah, dan premolar kedua kanan bawah. Pemeriksaan dilakukan pada permukaan fasial dan lingual dari masing-masing gigi yang ditentukan. Pemilihan gigi-gigi ini berdasarkan pertimbangan aksesibilitas dan kerentanan terhadap penumpukan plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat. Dengan demikian, metode ini memberikan data indeks plak yang terstandarisasi dan spesifik untuk konteks penelitian ini.

III.Hasil Penelitian

Rata-rata skor indeks plak di SMA Swasta Harapan 1 adalah 2,04, sedangkan di SMA Negeri 1 Medan adalah 1,84. Kedua rata-rata menunjukkan status kebersihan mulut kategori sedang. Penelitian tidak menemukan murid dengan status kebersihan mulut buruk. Analisis lebih lanjut meneliti hubungan antara skor indeks plak dengan pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jadwal kontrol ke dokter gigi, dan jenis sikat gigi yang digunakan (sikat gigi konvensional vs sikat gigi khusus ortodonti). Hasil menunjukkan adanya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap status kebersihan mulut, tetapi pengetahuan yang dimiliki belum sepenuhnya diimplementasikan.

3.1 Indeks Plak di SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor indeks plak di SMA Swasta Harapan 1 Medan adalah 2,04, sementara di SMA Negeri 1 Medan adalah 1,84. Kedua nilai ini termasuk dalam kategori sedang berdasarkan klasifikasi indeks plak yang digunakan. Menariknya, tidak ada satupun subjek penelitian yang menunjukkan skor indeks plak yang masuk kategori buruk. Temuan ini menunjukkan bahwa secara umum, tingkat kebersihan mulut siswa di kedua sekolah yang menggunakan pesawat ortodonti cekat relatif terjaga. Hasil ini kemudian dibandingkan dengan penelitian serupa di tempat lain, seperti penelitian Cantekin dkk. di Turki yang juga menemukan status kebersihan mulut sedang pada remaja pengguna pesawat ortodonti cekat, meskipun dengan skor rata-rata indeks plak yang lebih rendah (1,02 menggunakan indeks Loe and Silness).

3.2 Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi dan Perilaku

Analisis lebih lanjut dilakukan untuk melihat hubungan antara indeks plak dengan faktor-faktor sosial ekonomi dan perilaku. Temuan menunjukkan bahwa tidak adanya siswa dengan status kebersihan mulut buruk mungkin terkait dengan latar belakang sosial ekonomi siswa yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang menunjukkan pengaruh sosial ekonomi terhadap indeks plak pada pengguna pesawat ortodonti cekat; siswa dari keluarga dengan latar belakang ekonomi yang lebih rendah cenderung memiliki indeks plak yang lebih tinggi. Selain itu, penelitian ini juga mengamati pengaruh pendidikan orang tua dan jadwal kontrol rutin ke dokter gigi terhadap status kebersihan mulut. Data menunjukkan adanya korelasi positif antara frekuensi kontrol ke dokter gigi dan status kebersihan mulut yang baik. Meskipun pendidikan orang tua juga menunjukkan pengaruh, namun pengetahuan tersebut belum sepenuhnya diimplementasikan secara optimal dalam menjaga kebersihan mulut.

3.3 Pengaruh Jenis Sikat Gigi

Penelitian ini juga meneliti pengaruh jenis sikat gigi yang digunakan terhadap indeks plak. Hasil menunjukkan bahwa proporsi yang signifikan dari siswa di kedua sekolah (60% di SMA Swasta Harapan 1 dan 63,3% di SMA Negeri 1 Medan) masih menggunakan sikat gigi konvensional, bukan sikat gigi khusus ortodonti. Temuan ini konsisten dengan penelitian lain yang menunjukkan perbedaan signifikan dalam penurunan indeks plak antara penggunaan sikat gigi khusus ortodonti dan sikat gigi konvensional. Sikat gigi khusus ortodonti terbukti lebih efektif menurunkan indeks plak dibandingkan sikat gigi konvensional, menunjukkan pentingnya edukasi penggunaan sikat gigi yang tepat bagi pengguna pesawat ortodonti cekat untuk menjaga kebersihan mulut yang optimal.

IV.Kesimpulan dan Saran

Penelitian ini menunjukkan bahwa murid SMA di Medan yang menggunakan pesawat ortodonti cekat memiliki status kebersihan mulut rata-rata sedang, dan faktor-faktor sosial ekonomi dan perilaku berpengaruh terhadap indeks plak. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk meningkatkan ukuran sampel dan meneliti faktor-faktor lain seperti kondisi maloklusi, waktu pemakaian pesawat ortodonti cekat, teknik menyikat gigi, penggunaan obat kumur, dan benang gigi terhadap kebersihan mulut.

4.1 Kesimpulan Penelitian Indeks Plak

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 60 siswa SMA di Medan yang menggunakan pesawat ortodonti cekat, terdapat temuan utama bahwa rata-rata indeks plak pada kedua sekolah (SMA Swasta Harapan 1 dan SMA Negeri 1 Medan) berada pada kategori sedang. Tidak ditemukan adanya kasus dengan indeks plak yang menunjukkan status kebersihan mulut buruk. Studi ini menyoroti bahwa meskipun penggunaan pesawat ortodonti cekat berpotensi meningkatkan risiko penumpukan plak, pada sampel yang diteliti, kebersihan mulut secara umum terjaga dengan baik. Faktor-faktor sosial ekonomi dan kebiasaan perawatan gigi, seperti frekuensi kontrol ke dokter gigi dan jenis sikat gigi yang digunakan, berperan penting dalam menentukan tingkat kebersihan mulut para siswa. Penelitian ini menunjukkan pentingnya edukasi dan pengawasan yang berkelanjutan dalam menjaga kebersihan mulut, khususnya bagi pengguna pesawat ortodonti cekat.

4.2 Saran untuk Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini membuka peluang untuk studi lanjutan yang lebih komprehensif. Penting untuk memperluas jumlah sampel penelitian agar hasil yang diperoleh memiliki validitas yang lebih tinggi. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat meneliti lebih dalam faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi status kebersihan mulut pengguna pesawat ortodonti cekat. Beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan termasuk kondisi maloklusi yang berbeda, lamanya penggunaan pesawat ortodonti cekat, teknik menyikat gigi yang diterapkan oleh siswa, serta penggunaan alat bantu kebersihan mulut lain seperti obat kumur dan benang gigi. Penelitian yang lebih mendalam akan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang hubungan antara penggunaan pesawat ortodonti cekat dan kesehatan mulut remaja, serta dapat memberikan rekomendasi yang lebih spesifik untuk program edukasi kesehatan gigi dan mulut.