
Peran Perawat dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan
Informasi dokumen
Penulis | Haryati Oktavia Simatupang |
Sekolah | Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Keperawatan |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tempat | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 8.51 MB |
- Peran Perawat
- Hospitalisasi Anak
- Dampak Psikososial
Ringkasan
I.Latar Belakang Penelitian Peran Perawat dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi Anak
Penelitian ini meneliti peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hospitalisasi anak sering menyebabkan kecemasan dan stres, terutama karena perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali, dan takut cedera/nyeri. Survei awal menunjukkan tingginya angka hospitalisasi anak (2093 anak pada Januari-November 2014) dan dampak negatifnya pada anak, seperti penolakan makan dan tindakan medis. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana perawat berperan dalam mengurangi dampak negatif ini.
1. Masalah Hospitalisasi Anak dan Peran Perawat
Bagian ini menjelaskan latar belakang pemilihan topik penelitian. Dipaparkan bahwa masa anak-anak idealnya menyenangkan, tetapi sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan pengalaman yang traumatis. Anak-anak menghadapi situasi dan lingkungan baru, serta kontak dengan orang asing di rumah sakit, menyebabkan stres dan kecemasan. Stresor utama meliputi perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali, dan ketakutan akan cedera atau nyeri. Perawat, sebagai tenaga kesehatan profesional yang selalu mendampingi pasien anak 24 jam, memiliki tanggung jawab besar dalam mengatasi dampak negatif hospitalisasi. Penelitian ini difokuskan pada peran perawat dalam mengatasi dampak tersebut, yang meliputi persiapan anak sebelum hospitalisasi, meminimalkan perpisahan, meminimalkan kehilangan kendali, dan meminimalkan ketakutan akan cedera/nyeri. Data awal menunjukkan angka hospitalisasi anak yang tinggi di RSUP Haji Adam Malik Medan (2093 anak dari Januari hingga November 2014), dengan wawancara terhadap 3 anak yang menunjukkan kecemasan dan stres yang signifikan, menolak makan, dan menolak tindakan medis. Hal ini menggarisbawahi urgensi penelitian lebih lanjut untuk memahami dan meningkatkan peran perawat dalam konteks ini.
2. Penelitian Sebelumnya dan Kebutuhan Penelitian Lebih Lanjut
Bagian ini meninjau beberapa penelitian sebelumnya yang relevan. Penelitian Simangunsong (2011) menemukan peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi anak di Rumah Sakit Umum Medan sebagian besar dalam kategori baik (73,3%), mencakup peran pembela, pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan etik, dan perencana kesehatan. Sementara itu, penelitian Yulianto (2012) di ruang perawatan 4 RSU Islam Faisal Makassar menunjukkan gambaran peran perawat yang beragam, dengan 56,2% responden melaksanakan peran dengan baik dan 43,8% lainnya masih kurang baik. Kesimpulan dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah perawat telah melaksanakan perannya dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak dengan baik lebih dari 50%, namun masih terdapat celah yang perlu diteliti lebih mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi dan memperkaya pemahaman tersebut dengan fokus pada peran perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan, dengan harapan dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan anak.
3. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Bagian ini secara implisit merumuskan masalah penelitian yaitu kurangnya pemahaman yang komprehensif tentang peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak di RSUP Haji Adam Malik Medan, khususnya terkait dengan kesesuaiannya dengan kebutuhan anak dan keluarga. Tujuan penelitian ini, yang juga secara implisit dinyatakan, adalah untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak di RSUP Haji Adam Malik Medan, dengan fokus pada empat aspek utama: persiapan anak untuk hospitalisasi, pencegahan atau meminimalkan perpisahan dengan keluarga, meminimalkan kehilangan kendali anak, dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan sampel 80 responden orang tua, dipilih dengan teknik purposive sampling dari bulan April hingga Mei 2015. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mencakup demografi responden dan peran perawat. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara detail peran perawat dalam konteks spesifik RSUP Haji Adam Malik Medan dan memberikan dasar untuk perbaikan di masa mendatang.
II.Definisi dan Konsep Hospitalisasi Anak
Penelitian ini mendefinisikan hospitalisasi sebagai kondisi krisis bagi anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit. Anak mengalami stres karena lingkungan baru, perpisahan dari keluarga, serta prosedur medis yang mungkin menyakitkan. Reaksi anak terhadap hospitalisasi bervariasi tergantung usia, pengalaman sebelumnya, kemampuan koping, dan dukungan sistem keluarga. Penelitian sebelumnya (Simangunsong, 2011; Yulianto, 2012) menunjukkan peran penting perawat, namun konsistensi peran tersebut perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan 80 responden yang diambil menggunakan metode purposive sampling pada April-Mei 2015 di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1. Definisi Hospitalisasi Anak
Dokumen ini mendefinisikan hospitalisasi anak sebagai suatu keadaan krisis. Anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan asing, sehingga kondisi ini menjadi faktor stres bagi anak, orang tua, dan keluarga. Definisi ini menekankan aspek psikologis dan emosional dari hospitalisasi, di luar aspek medis semata. Hospitalisasi bukan hanya tentang perawatan medis, tetapi juga tentang bagaimana anak menghadapi perubahan lingkungan dan rutinitas, serta bagaimana mereka mengelola stres yang ditimbulkan. Sumber seperti Wong (2008) dan Hockenberry & Wilson (2007) mendukung pemahaman ini, menekankan bahwa stres disebabkan karena anak tidak memahami alasan perawatan, lingkungan yang asing, prosedur yang menyakitkan, dan perpisahan dengan keluarga. Potter & Perry (2005) menambahkan bahwa perawatan kesehatan anak di rumah sakit seharusnya tidak hanya berfokus pada kesehatan fisik, tetapi juga upaya untuk meningkatkan kerja sama anak dengan perawat untuk mencapai tujuan pengobatan.
2. Stresor Utama selama Hospitalisasi Anak
Dokumen ini mengidentifikasi stresor utama selama hospitalisasi anak. Kecemasan akibat perpisahan dengan orang tua dan keluarga merupakan faktor utama. Kehilangan kendali atas situasi dan lingkungan juga menjadi sumber stres yang signifikan, terutama karena rutinitas dan aktivitas anak terganggu. Ketakutan akan cedera tubuh atau nyeri juga merupakan stresor yang penting, dipengaruhi oleh prosedur medis yang mungkin dirasakan menyakitkan oleh anak. Reaksi anak terhadap stresor ini bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk usia perkembangan anak, pengalaman perawatan sebelumnya, kemampuan koping, dan sistem pendukung dari keluarga. Data dari Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 menunjukkan angka kesakitan anak di daerah perkotaan Indonesia yang cukup tinggi, semakin memperkuat pentingnya penelitian untuk memahami dampak hospitalisasi pada anak dan bagaimana perawat dapat membantu mengatasi hal tersebut. Wong (2008) menyoroti perbedaan reaksi hospitalisasi pada anak berdasarkan usia, pengalaman, kemampuan koping, dan dukungan sistem.
3. Dampak Hospitalisasi pada Anak
Dokumen ini menjelaskan beberapa dampak hospitalisasi pada anak. Hospitalisasi dapat mengakibatkan gangguan perilaku dan emosional, seperti kehilangan nafsu makan, susah tidur, mengompol, menghisap jempol, dan menyalahkan orang tua karena membawanya ke rumah sakit (Severo, 2009; dalam Wijayanti, 2009). Anak mungkin menunjukkan regresi, yaitu kembalinya perilaku pada tahap perkembangan yang lebih muda, seperti menarik diri, agresi, atau protes (Alimul, 2005). Kecemasan dan ketakutan sangat mempengaruhi proses pengobatan anak. Perasaan cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah sering muncul pada anak selama dirawat di rumah sakit (Wong, 2004). Faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, lama perawatan, dan pengalaman perawatan sebelumnya juga mempengaruhi tingkat kecemasan anak (Hockenberry & Wilson, 2007). Pemahaman tentang dampak hospitalisasi ini penting untuk merancang intervensi keperawatan yang efektif.
III.Peran Perawat dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi Anak
Penelitian ini mengkaji empat peran utama perawat dalam mengurangi dampak hospitalisasi anak: mempersiapkan anak untuk hospitalisasi, meminimalkan perpisahan dengan keluarga, meminimalisir kehilangan kendali anak, dan mencegah atau meminimalkan rasa takut akan cedera/nyeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peran perawat berada pada kategori cukup, menunjukkan perlunya peningkatan kualitas asuhan keperawatan anak di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pendekatan Family Centered Care (FCC) diangkat sebagai konteks penting dalam perawatan anak di rumah sakit.
1. Peran Perawat dalam Mempersiapkan Anak untuk Hospitalisasi
Dokumen ini mengidentifikasi peran perawat dalam mempersiapkan anak untuk hospitalisasi sebagai salah satu aspek kunci. Persiapan ini meliputi pengenalan diri perawat dan dokter kepada anak, pengenalan terhadap ruangan dan fasilitasnya, serta pengenalan kepada teman satu ruangan. Tujuannya adalah untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan anak terhadap lingkungan baru dan situasi yang tidak familiar. Aspek penting lainnya adalah memastikan ruangan bersih dan rapi sebelum anak masuk. Meskipun sebagian besar perawat melakukan salam dan tersenyum saat bertemu anak, penelitian menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk peningkatan, terutama dalam memperkenalkan diri dan fasilitas rumah sakit kepada anak dan orang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran perawat dalam menyiapkan anak untuk hospitalisasi sebagian besar masih dalam kategori cukup (71,3%). Hal ini terkait dengan hasil penelitian bahwa perawat kadang-kadang tidak memperkenalkan diri pada anak (35%), mayoritas perawat selalu tidak memperkenalkan anak dan orang tua terhadap fasilitas ruang rawat inap (71,3%), dan mayoritas perawat selalu tidak memperkenalkan anak dengan teman satu ruangannya (72,5%).
2. Peran Perawat dalam Mencegah atau Meminimalkan Perpisahan
Dokumen ini menekankan pentingnya peran perawat dalam meminimalkan dampak perpisahan anak dengan orang tua atau keluarga selama hospitalisasi. Perpisahan merupakan salah satu stresor utama bagi anak. Perawat berperan dalam menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung keterlibatan orang tua dalam perawatan anak, sesuai dengan konsep Family Centered Care (FCC). Penelitian menunjukkan mayoritas perawat tidak pernah melarang orang tua untuk tetap bersama anak selama 24 jam (100%), memberikan sentuhan dan suara halus saat anak menangis (37,5%), dan tidak pernah melarang orang tua untuk menjelaskan kepada anak alasan kepergian dan waktu kepulangan (97,4%). Namun, masih terdapat kekurangan, misalnya perawat jarang meluangkan waktu bermain dengan anak jika orang tua tidak ada (51,3%) dan tidak selalu menganjurkan orang tua untuk meninggalkan barang kesayangan anak (93,8%). Meskipun demikian, secara keseluruhan peran perawat dalam mencegah perpisahan anak dengan keluarga berada dalam kategori cukup (75%).
3. Peran Perawat dalam Meminimalkan Kehilangan Pengendalian dan Ketakutan Akan Cedera Nyeri
Dokumen ini membahas peran perawat dalam meminimalkan kehilangan pengendalian dan ketakutan akan cedera atau nyeri pada anak selama hospitalisasi. Anak-anak yang dirawat di rumah sakit sering mengalami kehilangan kendali atas aktivitas, rutinitas, dan bahkan keputusan terkait perawatan mereka. Perawat dapat membantu dengan melibatkan anak dalam proses perawatan, memberikan penjelasan sederhana dan mudah dipahami, serta menyediakan lingkungan yang mendukung. Terkait dengan ketakutan akan cedera atau nyeri, perawat dapat memperkenalkan peralatan medis secara bertahap, misalnya dengan menggunakan boneka, memberikan penjelasan sebelum tindakan, dan memberikan kesempatan anak untuk mendengarkan musik selama tindakan. Hasil penelitian menunjukkan peran perawat dalam meminimalkan kehilangan kendali (60%) dan mencegah ketakutan cedera/nyeri (51,3%) berada di kategori cukup, menunjukkan area yang perlu ditingkatkan. Beberapa tindakan perawat yang kurang optimal dalam hal ini meliputi kurangnya pengenalan peralatan medis, jarang mengajak bermain sebelum tindakan, dan kurangnya informasi kepada anak terkait prosedur medis.
IV.Hasil Penelitian Gambaran Peran Perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden (orangtua) adalah dewasa awal (48,8%), perempuan (80%), anak usia sekolah (55%), muslim (67,4%), dan suku Batak (47,5%). Peran perawat secara keseluruhan dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak berada di kategori cukup (73,7%). Secara rinci, peran dalam menyiapkan anak (71,3%), mencegah perpisahan (75%), meminimalkan kehilangan kendali (60%), dan mencegah ketakutan cedera/nyeri (51,3%) juga sebagian besar berada di kategori cukup. Data menunjukan beberapa kelemahan dalam komunikasi dan persiapan anak sebelum tindakan medis. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan, rumah sakit yang memiliki misi pelayanan pendidikan, penelitian, dan pelatihan kesehatan bermutu dan terjangkau.
1. Karakteristik Responden
Penelitian ini melibatkan 80 responden orang tua dari pasien anak di RSUP Haji Adam Malik Medan. Karakteristik responden menunjukkan mayoritas adalah dewasa awal (48,8%), perempuan (80%), memiliki anak usia sekolah (55%), beragama Islam (67,4%), dan berasal dari suku Batak (47,5%). Profil demografis responden ini penting untuk dipahami karena dapat memengaruhi persepsi dan pengalaman mereka terkait peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak. Proporsi responden dewasa awal yang tinggi (48,8%) relevan dengan temuan penelitian Arifin (2005) yang menyatakan bahwa faktor usia berkontribusi terhadap kecemasan orang tua ketika anaknya dirawat di rumah sakit. Kelompok usia ini cenderung lebih mudah cemas dibandingkan usia tua (Kaplan & Sadock, 1997), sehingga harapan terhadap pelayanan maksimal dari perawat juga cenderung lebih tinggi pada kelompok ini. Informasi demografis lainnya seperti jenis kelamin, agama, dan suku juga perlu dipertimbangkan dalam menganalisis hasil penelitian lebih lanjut.
2. Gambaran Umum Peran Perawat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak di RSUP Haji Adam Malik Medan dikategorikan cukup (73,7%). Angka ini memberikan gambaran umum tentang kinerja perawat dalam konteks ini. Namun, penting untuk melihat lebih detail pada masing-masing aspek peran perawat untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif. Penelitian ini membagi peran perawat menjadi empat aspek: mempersiapkan anak untuk hospitalisasi, mencegah atau meminimalkan perpisahan, meminimalkan kehilangan kendali, dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri. Masing-masing aspek menunjukkan skor yang beragam, semuanya berada di kategori cukup, menunjukkan adanya potensi untuk perbaikan lebih lanjut dalam kualitas asuhan keperawatan anak di rumah sakit tersebut. Temuan ini memberikan dasar untuk intervensi dan peningkatan kualitas pelayanan.
3. Analisis Lebih Lanjut Tiap Aspek Peran Perawat
Hasil penelitian memberikan gambaran rinci untuk setiap aspek peran perawat. Peran dalam mempersiapkan anak untuk hospitalisasi berada pada kategori cukup (71,3%), dengan beberapa temuan yang menunjukkan kurang optimalnya pengenalan diri perawat kepada anak, pengenalan fasilitas rumah sakit, dan pengenalan anak dengan teman satu ruangan. Peran dalam mencegah atau meminimalkan perpisahan juga berada dalam kategori cukup (75%), meski ada temuan bahwa perawat tidak selalu meluangkan waktu bermain dengan anak saat orang tua pergi dan tidak selalu menganjurkan orang tua untuk meninggalkan barang kesayangan anak. Meminimalkan kehilangan kendali pada anak (60%) dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri (51,3%) juga berada di kategori cukup, menunjukkan area yang memerlukan perhatian lebih dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan anak di RSUP Haji Adam Malik Medan. Analisis ini mengungkap detail kinerja perawat dan memberikan petunjuk area prioritas untuk perbaikan.
V.Kesimpulan dan Saran
Kesimpulannya, penelitian ini mengungkap bahwa peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak di RSUP Haji Adam Malik Medan masih perlu ditingkatkan, terutama dalam hal mempersiapkan anak secara psikologis sebelum tindakan medis dan memberikan dukungan kepada keluarga. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1. Kesimpulan Penelitian
Penelitian ini, yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan April-Mei 2015 dengan 80 responden orang tua, menyimpulkan bahwa secara umum peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak dikategorikan cukup (73,7%). Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun perawat secara umum sudah menjalankan perannya, masih terdapat area yang perlu ditingkatkan. Rinciannya, peran dalam mempersiapkan anak untuk hospitalisasi, mencegah atau meminimalisir perpisahan, meminimalkan kehilangan kendali, dan mencegah atau meminimalkan ketakutan akan cedera/nyeri, semuanya berada pada kategori cukup, dengan persentase yang bervariasi. Kesimpulan ini menekankan perlunya peningkatan kualitas asuhan keperawatan anak di RSUP Haji Adam Malik Medan untuk lebih optimal dalam mengurangi stres dan kecemasan anak selama hospitalisasi. Karakteristik responden, seperti mayoritas responden yang merupakan dewasa awal, juga perlu dipertimbangkan dalam konteks hasil ini.
2. Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan temuan penelitian ini, disarankan agar penelitian selanjutnya fokus pada penelusuran faktor-faktor yang lebih spesifik yang mempengaruhi peran perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian yang lebih mendalam diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut dan merumuskan strategi intervensi yang tepat. Hal ini penting untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan anak dan memastikan bahwa anak-anak mendapatkan perawatan yang optimal secara fisik dan psikososial selama dirawat di rumah sakit. Penelitian sebelumnya, seperti Simangunsong (2011) dan Yulianto (2012), telah memberikan gambaran umum mengenai peran perawat. Namun, penelitian ini menekankan kebutuhan untuk meneliti faktor-faktor yang mendasari kinerja perawat yang masih berada dalam kategori cukup, sehingga dapat dilakukan intervensi yang lebih terarah dan efektif.