Peningkatan Prevalensi Hipertensi dan Penyakit Ginjal Kronis di Indonesia

Peningkatan Prevalensi Hipertensi dan Penyakit Ginjal Kronis di Indonesia

Informasi dokumen

Bahasa Indonesian
Jumlah halaman 34
Format | PDF
Ukuran 356.96 KB
  • Penyakit Tidak Menular
  • Hipertensi
  • Penyakit Ginjal Kronis

Ringkasan

I.Hipertensi dan Faktor Penyebabnya

Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, terjadi ketika tekanan darah seseorang meningkat hingga di atas 140 mmHg untuk tekanan sistolik dan di atas 90 mmHg untuk tekanan diastolik. Penyebab paling umum dari hipertensi adalah hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, meliputi sekitar 90% kasus. Faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi pada hipertensi meliputi genetika, geografi, lingkungan, dan jenis kelamin.

1. Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arteri yang secara umum dinyatakan sebagai tekanan darah ≥ 140 mmHg untuk tekanan systole dan ≥ 90 mmHg untuk tekanan diastole menurut JNC 7. Hipertensi menjadi salah satu masalah kesehatan penting di negara-negara industri. Hipertensi primer yang penyebabnya tidak diketahui meliputi sekitar 90% dari total penderita hipertensi dan 10% sisanya disebabkan hipertensi sekunder (Susalit, 2001).

2. Faktor Penyebab Hipertensi

Beberapa kasus mekanisme penyebab hipertensi adalah faktor genetik, geografi, lingkungan dan jenis kelamin.

II.Dampak Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko utama berbagai penyakit serius, seperti serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, dan kebutaan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat sekitar 600 juta orang di seluruh dunia yang menderita hipertensi, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya.

1. Dampak Hipertensi pada Ginjal

Hipertensi pada pasien CKD dapat disebabkan oleh faktor yang mendahuluinya, bahkan dapat menjadi lebih buruk karena adanya penyakit CKD. Pemberian antihipertensi harus diberikan untuk mengendalikan tekanan darah pada pasien CKD. Di samping menekan progresivitas penyakit ginjal sendiri, antihipertensi juga mencegah kemungkinan penyakit kardiovaskular dan komplikasi lainnya.

2. Tujuan Pemberian Antihipertensi pada CKD

Tujuan pemberian antihipertensi pada CKD adalah untuk menurunkan tekanan darah hingga <130/80 mmHg.

III.Chronic Kidney Disease CKD dan Dampaknya

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kerusakan fungsi ginjal secara bertahap dan progresif. CKD dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk disfungsi ginjal akibat hipertensi. Kondisi ini ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) kurang dari 50 mL/menit.

1. Pengaruh Hipertensi pada Chronic Kidney Disease CKD

Hipertensi dapat menjadi faktor risiko yang memicu timbulnya penyakit CKD, bahkan dapat memperburuk kondisi penyakit CKD jika sudah ada sebelumnya.

2. Tujuan Pemberian Antihipertensi pada CKD

Pemberian terapi antihipertensi bertujuan mengontrol tekanan darah, menurunkan risiko komplikasi yang terkait dengan CKD (seperti penyakit kardiovaskular), dan memperlambat laju progresivitas CKD.

3. Efektivitas Calcium Channel Blocker CCB pada Pengobatan CKD

CCB tipe T telah terbukti efektif dalam melindungi fungsi ginjal dengan cara menekan hipertensi glomerulus melalui aksi vasodilatasi pada arteriol eferen dan aferen. Selain itu, CCB tipe T juga memiliki mekanisme non-hemodinamik yang menekan peradangan dan sistem renin-angiotensin-aldosteron, sehingga dapat membantu menekan cedera ginjal.

IV.Dampak CKD pada Hipertensi

Kasus CKD dengan hipertensi dapat terjadi karena hipertensi yang sudah ada sebelum CKD atau diperparah oleh penyakit CKD itu sendiri. Pemberian obat antihipertensi sangat penting untuk mengontrol tekanan darah pada pasien CKD, baik untuk menekan progresivitas penyakit ginjal maupun mencegah kemungkinan penyakit kardiovaskular dan komplikasi penyakit lainnya.

1. Dampak CKD pada Tekanan Darah

Pada kasus CKD, hipertensi dapat terjadi karena sudah ada sebelum CKD, bahkan mungkin bisa diperburuk dengan adanya penyakit CKD.

2. Tujuan Pemberian Antihipertensi pada CKD

Pemberian antihipertensi harus diberikan untuk pengendalian tekanan darah pada CKD. Pemberian antihipertensi disamping digunakan untuk menekan progresifitas penyakit ginjal sendiri juga digunakan untuk mencegah kemungkinan penyakit kardiovaskuler dan komplikasi penyakit lain.

3. Target Tekanan Darah pada CKD

Tujuan pemberian antihipertensi adalah untuk menurunkan tekanan darah <130/80 mmHg.

V.Terapi Antihipertensi pada Pasien CKD

Antihipertensi digunakan untuk mengendalikan tekanan darah pada pasien CKD. Obat-obatan ini tidak hanya digunakan untuk menekan progresivitas penyakit ginjal, tetapi juga mencegah kemungkinan penyakit kardiovaskular dan komplikasi penyakit lainnya. Pemberian antihipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah kurang dari 130/80 mmHg.

1. Tujuan Terapi Antihipertensi pada Pasien CKD

  • Menurunkan tekanan darah
  • Mengurangi risiko pengembangan dan progresivitas CKD
  • Memperlambat penurunan GFR
  • Mencegah komplikasi kardiovaskular dan penyakit lain yang terkait dengan hipertensi

2. Pemilihan Obat Antihipertensi pada Pasien CKD

Pemilihan obat antihipertensi pada pasien CKD harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

  • Tingkat keparahan CKD
  • Komorbiditas
  • Efek samping potensial
  • Interaksi obat

Obat antihipertensi yang umum digunakan pada pasien CKD antara lain:

  • ACE inhibitor (misalnya captopril, enalapril)
  • ARB (misalnya losartan, valsartan)
  • Diuretik (misalnya furosemid, hydrochlorothiazide)
  • Beta-blocker (misalnya metoprolol, bisoprolol)
  • Calcium channel blocker (misalnya amlodipine, nifedipine)
  • Penghambat renin (misalnya aliskiren)

3. Penggunaan Calcium Channel Blocker CCB pada Pasien CKD

CCB bekerja dengan menghambat masuknya kalsium melalui membran sel, sehingga menyebabkan relaksasi otot polos pembuluh darah dan penurunan tekanan darah.

Beberapa jenis CCB yang dapat digunakan pada pasien CKD antara lain:

  • Dihydropyridine (misalnya amlodipine, nifedipine): Bersifat vasodilatasi dan tidak mempengaruhi detak jantung.
  • Non-dihydropyridine (misalnya verapamil, diltiazem): Selain vasodilatasi, juga dapat memperlambat detak jantung dan memperpanjang interval AV node.

4. Efektivitas dan Keamanan CCB pada Pasien CKD

CCB telah terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien CKD. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa amlodipine dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan pada pasien CKD stadium 3-5.

Namun, penggunaan CCB pada pasien CKD juga perlu memperhatikan efek samping potensial, seperti:

  • Edema perifer
  • Pusing
  • Sakit kepala
  • Bradikardia (untuk non-dihydropyridine CCB)

Pada pasien CKD dengan gagal ginjal kronis stadium akhir, penggunaan CCB perlu dilakukan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan hiperplasia gingiva.

VI.Calcium Channel Blocker CCB

CCB adalah salah satu jenis obat antihipertensi yang dapat mengontrol tekanan darah dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam sel. CCB dibagi menjadi dua golongan, yaitu dihydropyridin dan nondihidropiridin. CCB bekerja dengan menurunkan denyut jantung dan memperlambat konduksi AV node (nondihidropiridin) atau menyebabkan relaksasi otot jantung dan otot polos sehingga menurunkan tekanan darah (dihidropiridin).

1. Klasifikasi Mekanisme Kerja

Jenis Calcium Channel Blocker (CCB) berdasarkan klasifikasi meliputi golongan dihydropyridin dan nondihydropyridin. CCB bekerja dengan menghambat influks kalsium pada membran sel. Golongan nondihidropiridin (verapamil dan diltiazem) akan menurunkan denyut jantung serta memperlambat konduksi AV node (DepKes RI, 2009). Di sisi lain, golongan dihydropyridin dapat menyebabkan relaksasi otot jantung dan otot polos karena penghambatan saluran kalsium sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel. Efek relaksasi otot polos pembuluh darah akan menyebabkan vasodilatasi dan berujung pada penurunan tekanan darah.

2. Efek Protektif pada Ginjal

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hayashi, K et al (2010) menunjukkan bahwa jenis CCB T atau tipe N mempunyai efek perlindungan pada ginjal lewat dua mekanisme, yaitu:

  • Tindakan hemodinamik: Penekanan hipertensi pada glomerulus melalui aksi vasodilator pada arteriol eferen dan aferen.
  • Mekanisme non hemodinamik: Penekanan proses peradangan, sistem renin angiotensin aldosteron, serta pencegahan cedera ginjal.

3. Penggunaan pada Pasien CKD

Pemberian CCB pada pasien CKD bertujuan untuk:

  • Menurunkan tekanan darah
  • Mengurangi risiko CKD
  • Memperlambat perkembangan CKD (NKF-DOQI, 2002).

4. Studi Penggunaan Penatalaksanaan

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Aldemir et al (2012) menemukan bahwa penggunaan amlodipine (CCB golongan dihydropyridin) pada pasien gagal ginjal kronis tahap 3 berisiko mengakibatkan hiperplasia gingiva dalam kurun waktu 2-3 bulan setelah penggunaan.