Penggunaan Ekstrak Pucuk Daun Jati sebagai Pewarna Rambut

Penggunaan Ekstrak Pucuk Daun Jati sebagai Pewarna Rambut

Informasi dokumen

Penulis

Neni Arofiani

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Sarjana Farmasi
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 4.22 MB
  • Ekstrak Pucuk Daun Jati
  • Pewarna Rambut
  • Farmasi

Ringkasan

I.f

Penelitian ini mengeksplorasi penggunaan ekstrak pucuk daun jati (Tectona grandis L.f.) sebagai pewarna rambut alami. Daun jati mengandung pigmen antosianin, yang menghasilkan warna merah kecoklatan. Penelitian bertujuan menentukan konsentrasi ekstrak optimal untuk menghasilkan warna terbaik pada rambut uban, serta mengevaluasi stabilitas dan keamanan pewarna rambut ini. Ditambahkan pirogalol, tembaga (II) sulfat, dan xanthan gum untuk meningkatkan kualitas pewarnaan dan daya lekat.

1. Latar Belakang Penggunaan Pewarna Rambut Alami

Bagian ini menjelaskan tentang meningkatnya minat masyarakat terhadap pewarna rambut alami sebagai alternatif pewarna rambut sintetis. Disebutkan bahwa Indonesia kaya akan flora yang berpotensi sebagai sumber pewarna alami, salah satunya adalah daun jati (Tectona grandis L.f.). Penelitian ini berfokus pada ekstrak pucuk daun jati yang menghasilkan pigmen merah kecoklatan karena kandungan antosianin, turunan senyawa flavonoid. Kegunaan pewarna rambut alami ini untuk memperbaiki penampilan dan mengembalikan warna rambut asli atau mengubahnya menjadi warna baru telah lama dikenal dan menjadi semakin populer. Dokumen juga menyinggung tentang definisi kosmetik menurut BPOM RI (2003) dan penjelasan mengenai pigmen melanin (eumelanin dan phaeomelanin) yang menentukan warna rambut alami manusia, serta bagaimana warna rambut dapat diubah secara buatan. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ekstrak pucuk daun jati sebagai pewarna rambut dengan penambahan bahan lain seperti pirogalol, tembaga (II) sulfat, dan xanthan gum, serta menentukan konsentrasi ekstrak yang menghasilkan warna terbaik. Informasi tambahan menjelaskan tentang komposisi pigmen pada pucuk daun jati yang meliputi β-karoten, pheophitin, pelargonidin-glukosida, pelargonidin-diglukosida, klorofil, dan pigmen lainnya yang belum teridentifikasi (Ati, dkk., 2006).

2. Karakteristik Tanaman Jati Tectona grandis L.f. dan Bahan Tambahan

Bagian ini menjabarkan karakteristik tanaman jati (Tectona grandis L.f.), termasuk asal-usulnya dari India dan berbagai nama daerahnya di berbagai negara seperti ching-jagu (Asam), saigun (Bengali), dan tekku (Bombay). Nama ilmiahnya, Tectona grandis L.f., ditekankan sebagai informasi penting. Deskripsi tambahan mengenai tanaman jati juga dijelaskan termasuk nama dalam bahasa Jerman (teck atau teakbun) dan bahasa Inggris (teak) (Sumarna, 2004). Selain itu, dijelaskan pula tentang xanthan gum, yaitu gom hasil fermentasi karbohidrat oleh Xanthomonas campestris yang berfungsi sebagai pengental dalam sediaan pewarna rambut. Sifat-sifat xanthan gum seperti berupa serbuk putih atau putih kekuningan, kelarutan dalam air, dan kemampuan memberikan viskositas tinggi dijelaskan secara rinci. Komposisi xanthan gum meliputi garam natrium, kalium, atau kalsium dari polisakarida dengan bobot molekul besar yang mengandung D-glukosa, manosa, dan asam glukoronat, serta minimal 1,5% asam piruvat (Sweetman, 2009). Informasi ini penting karena xanthan gum merupakan salah satu bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi pewarna rambut dari ekstrak daun jati.

3. Struktur Rambut dan Proses Pewarnaan

Bagian ini menjelaskan struktur rambut yang terdiri dari tiga lapisan utama: kutikula (lapisan terluar), korteks (lapisan tengah), dan medula (sumsum rambut). Fungsi kutikula sebagai pelindung rambut dari kekeringan dan zat asing dijelaskan (Barel, dkk., 2001). Korteks, yang mengandung melanin (pigmen yang menentukan warna rambut), dan strukturnya yang tersusun dari serabut keratin dibahas secara rinci. Peran melanin dalam memberikan warna rambut dan pengaruh jumlah serta ukuran granula pigmen, serta adanya gelembung udara dalam korteks, dijelaskan (Putro, 1998). Proses pewarnaan rambut dijelaskan sebagai adsorbsi dan permeasi zat warna melalui kutikula dan ke dalam korteks rambut (Mitsui, 1997). Penjelasan mengenai jenis-jenis sediaan pewarna rambut (temporer dan semipermanen), sumber pewarna (alam atau sintetis), serta daya lekat dan ketahanannya terhadap pencucian juga disertakan (Ditjen POM, 1985; Bariqina dan Ideawati, 2001). Perbedaan penyerapan pewarna pada rambut halus dan kasar juga dibahas, serta pentingnya perawatan rambut setelah pewarnaan. Proses pertumbuhan rambut, termasuk siklus pertumbuhan, pergantian rambut, dan perbedaan rambut lanugo dan rambut terminal juga dijelaskan (Rostamailis, dkk., 2008).

II.Metodologi Penelitian Pembuatan dan Pengujian Pewarna Rambut

Ekstrak pucuk daun jati dibuat melalui maserasi dengan etanol 96% dan asam sitrat. Pewarna rambut diformulasikan dengan berbagai konsentrasi ekstrak (2,5%; 5%; 7,5%; 10%; 12,5%; 15%), serta pirogalol, tembaga (II) sulfat, dan xanthan gum (masing-masing 1%). Pengujian dilakukan dengan merendam 100 helai rambut uban selama 1-4 jam, mengamati perubahan warna, dan melakukan uji stabilitas (pencucian dan paparan sinar matahari) serta uji iritasi pada kulit.

1. Pembuatan Ekstrak Pucuk Daun Jati

Proses pembuatan ekstrak pucuk daun jati dimulai dengan pengolahan sampel daun jati. Daun jati dibersihkan, ditiriskan, diangin-anginkan, dan dibuang tulang daunnya sebelum dipotong-potong. Kemudian, daun jati dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu ±40°C hingga beratnya konstan. Setelah kering, daun jati diserbukkan menggunakan blender dan diayak menggunakan ayakan mesh 80 sebelum disimpan di tempat kering. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan 1 liter etanol 96% yang telah dicampur dengan 6 gram asam sitrat. Campuran tersebut ditutup dan dibiarkan selama satu malam, terlindung dari cahaya dan diaduk secara berkala. Setelah itu, campuran disaring, dan filtratnya diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu sekitar 45°C. Hasil penguapan kemudian dipekatkan menggunakan freeze dryer hingga didapatkan ekstrak pucuk daun jati yang kental. Dari 200 gram pucuk daun jati, dihasilkan sekitar 140 gram ekstrak kental, dengan rendemen sekitar 30% (Hidayat, 2006). Proses ini memastikan kualitas ekstrak yang digunakan dalam pembuatan pewarna rambut.

2. Formulasi dan Pembuatan Sediaan Pewarna Rambut

Sediaan pewarna rambut diformulasikan dengan berbagai konsentrasi ekstrak pucuk daun jati, yaitu 2,5%; 5%; 7,5%; 10%; 12,5%; dan 15%. Selain ekstrak daun jati, formulasi juga mencakup pirogalol, tembaga (II) sulfat, dan xanthan gum, masing-masing dengan konsentrasi 1%. Aquadest digunakan sebagai pelarut. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsentrasi ekstrak daun jati yang menghasilkan warna coklat terbaik pada rambut uban. Pemilihan konsentrasi pirogalol dan tembaga (II) sulfat sebesar 1% didasarkan pada percobaan pendahuluan untuk menghasilkan warna coklat gelap. Penambahan xanthan gum 1% bertujuan untuk meningkatkan daya lekat pewarna rambut pada helai rambut. Proses pembuatan sediaan pewarna rambut mengikuti formulasi yang telah ditentukan, memastikan setiap batch memiliki komposisi yang konsisten dan terukur untuk hasil yang reprodusibel.

3. Prosedur Pengujian Pewarna Rambut

Pengujian dilakukan menggunakan 100 helai rambut uban yang telah dicuci bersih dan dikeringkan. Rambut uban direndam dalam sediaan pewarna rambut selama 1 hingga 4 jam. Perubahan warna diamati secara visual setiap jamnya. Setelah perendaman, rambut dicuci dan dikeringkan untuk pengamatan warna akhir. Uji stabilitas warna dilakukan dengan cara mencuci rambut yang telah diwarnai sebanyak 15 kali dan memaparkannya pada sinar matahari selama 5 jam. Perubahan warna setelah pencucian dan paparan sinar matahari diamati untuk menentukan stabilitas warna. Uji biologis (uji iritasi) dilakukan untuk menilai keamanan sediaan pewarna rambut terhadap kulit. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan keamanan dan stabilitas pewarna rambut yang dihasilkan, sehingga memenuhi kriteria keamanan dan kualitas yang diharapkan dari sebuah produk pewarna rambut. Sukarelawan yang terlibat dalam uji iritasi merupakan orang terdekat peneliti untuk memudahkan pengawasan dan pengamatan reaksi pada kulit.

III.Hasil Penelitian Efek Konsentrasi dan Waktu Perendaman pada Pewarnaan Rambut

Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun jati berpengaruh pada intensitas warna coklat yang dihasilkan. Warna semakin gelap seiring peningkatan konsentrasi hingga 10%, selanjutnya warna relatif sama pada konsentrasi lebih tinggi. Waktu perendaman juga berpengaruh; perendaman selama 4 jam menghasilkan warna coklat tergelap. Uji stabilitas menunjukkan warna rambut stabil setelah 15 kali pencucian dan 5 jam paparan sinar matahari. Formula terbaik (warna coklat gelap) diperoleh dengan konsentrasi ekstrak 7,5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 1%. Uji iritasi menunjukkan tidak ada iritasi pada kulit.

1. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Jati terhadap Warna Rambut

Hasil penelitian menunjukkan hubungan langsung antara konsentrasi ekstrak pucuk daun jati dengan intensitas warna coklat pada rambut. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak (sampai 10%), semakin gelap warna rambut yang dihasilkan. Namun, peningkatan konsentrasi di atas 10% (misalnya, pada konsentrasi 12,5% dan 15%) tidak memberikan perubahan signifikan pada warna rambut. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pigmen warna dasar ekstrak daun jati yang cenderung merah kecoklatan (maroon) mendominasi warna pada konsentrasi yang lebih tinggi, sehingga warna yang dihasilkan pada konsentrasi 12,5% dan 15% sama gelapnya dengan warna pada konsentrasi 10%. Pengamatan visual menunjukkan bahwa pewarnaan rambut uban terjadi secara bertahap, mencapai warna maksimal pada perendaman selama 4 jam. Temuan ini penting karena menunjukkan adanya batas optimal konsentrasi ekstrak untuk mencapai warna yang diinginkan tanpa perlu meningkatkan konsentrasi secara berlebihan.

2. Pengaruh Waktu Perendaman terhadap Intensitas Warna

Waktu perendaman juga berpengaruh signifikan terhadap intensitas warna coklat pada rambut. Pewarnaan rambut uban berlangsung secara bertahap, dengan warna yang semakin gelap seiring dengan semakin lamanya waktu perendaman. Perendaman selama 4 jam menghasilkan warna coklat tergelap. Ini menunjukkan bahwa proses penyerapan pigmen oleh rambut membutuhkan waktu yang cukup untuk mencapai hasil pewarnaan maksimal. Pengamatan visual ini penting untuk menentukan durasi perendaman yang optimal dalam penggunaan praktis pewarna rambut ini, agar pengguna dapat mencapai hasil yang diinginkan tanpa perlu waktu perendaman yang terlalu lama atau terlalu singkat.

3. Uji Stabilitas dan Uji Iritasi Pewarna Rambut

Uji stabilitas pewarna rambut dilakukan dengan melakukan pencucian dan pemaparan terhadap sinar matahari. Hasil uji menunjukkan bahwa warna rambut tetap stabil setelah 15 kali pencucian dan pemaparan sinar matahari selama 5 jam, tanpa perubahan warna yang signifikan. Ini menandakan bahwa pewarna rambut yang diformulasikan memiliki daya tahan yang baik terhadap pencucian dan paparan sinar matahari. Selain itu, uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan pewarna rambut tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Hasil uji stabilitas dan uji iritasi ini sangat krusial untuk memastikan keamanan dan kualitas pewarna rambut, sehingga produk ini dapat digunakan dengan aman dan memberikan hasil yang tahan lama. Formula terbaik yang menghasilkan warna coklat gelap diperoleh dari ekstrak pucuk daun jati 7,5%, pirogalol 1%, tembaga (II) sulfat 1%, dan xanthan gum 1%.

IV.Kesimpulan Potensi Ekstrak Pucuk Daun Jati sebagai Pewarna Rambut Alami yang Aman

Penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa ekstrak pucuk daun jati dapat digunakan sebagai pewarna rambut alami yang efektif dan aman untuk mewarnai rambut uban menjadi warna coklat. Konsentrasi optimal dan waktu perendaman telah diidentifikasi. Hasil ini membuka peluang pengembangan produk pewarna rambut alami berbasis daun jati yang ramah lingkungan dan aman bagi konsumen.

1. Efektivitas Ekstrak Pucuk Daun Jati sebagai Pewarna Rambut Alami

Kesimpulan utama penelitian ini adalah berhasilnya membuktikan potensi ekstrak pucuk daun jati sebagai pewarna rambut alami yang efektif dan aman. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun jati mampu mewarnai rambut uban menjadi warna coklat, dengan intensitas warna yang dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak dan waktu perendaman. Konsentrasi ekstrak daun jati optimal dan waktu perendaman yang tepat telah berhasil diidentifikasi melalui penelitian ini. Ini memberikan landasan ilmiah untuk pengembangan produk pewarna rambut alami yang inovatif dan berbahan baku lokal. Keberhasilan ini membuka jalan bagi eksplorasi lebih lanjut mengenai potensi bahan alami lainnya untuk aplikasi kosmetik, serta mendorong penggunaan bahan alami yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam industri kosmetik.

2. Keamanan dan Stabilitas Pewarna Rambut Berbasis Daun Jati

Selain efektivitas, penelitian ini juga menekankan aspek keamanan dan stabilitas pewarna rambut yang dihasilkan. Hasil uji stabilitas menunjukkan bahwa warna rambut yang dihasilkan tetap stabil setelah melalui proses pencucian berulang dan paparan sinar matahari. Ini menandakan bahwa pewarna rambut dari ekstrak daun jati memiliki daya tahan yang baik dan tidak mudah luntur. Lebih lanjut, uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan pewarna rambut tidak menyebabkan iritasi pada kulit, sehingga aman digunakan. Keamanan dan stabilitas ini merupakan aspek krusial dalam pengembangan produk kosmetik, khususnya pewarna rambut. Keberhasilan dalam memenuhi kriteria keamanan dan stabilitas ini memperkuat potensi ekstrak daun jati sebagai alternatif pewarna rambut alami yang handal dan dapat diandalkan.

3. Implikasi dan Rekomendasi Penelitian Lebih Lanjut

Temuan penelitian ini memiliki implikasi yang signifikan bagi pengembangan produk pewarna rambut alami di Indonesia. Identifikasi konsentrasi optimal dan waktu perendaman yang tepat memberikan panduan praktis untuk formulasi dan aplikasi produk. Keberhasilan uji stabilitas dan uji iritasi membuktikan keamanan produk untuk penggunaan konsumen. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan pengembangan formulasi lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas warna dan daya lekat pewarna rambut dari ekstrak daun jati. Penelitian lebih lanjut juga dapat difokuskan pada identifikasi dan karakterisasi senyawa aktif dalam ekstrak daun jati yang bertanggung jawab atas sifat pewarnaannya. Penelitian ini juga membuka peluang untuk mengeksplorasi potensi pemanfaatan bahan-bahan alami Indonesia lainnya sebagai bahan baku pewarna rambut yang aman dan berkelanjutan. Penelitian selanjutnya juga dapat berfokus pada skala produksi yang lebih besar dan uji klinis lebih luas untuk mengkonfirmasi temuan ini pada populasi yang lebih besar.