Pengaruh Faktor Sosioekonomi dan Budaya terhadap Jumlah Anak di Kecamatan Samalanga

Pengaruh Faktor Sosioekonomi dan Budaya terhadap Jumlah Anak di Kecamatan Samalanga

Informasi dokumen

Penulis

Ratna Dewi

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jenis dokumen Tesis
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.89 MB
  • Faktor Sosioekonomi
  • Budaya
  • Jumlah Anak

Ringkasan

I.Latar Belakang Penelitian Pengaruh Faktor Sosio Ekonomi dan Budaya terhadap Jumlah Anak di Kecamatan Samalanga

Penelitian ini meneliti pengaruh faktor sosio ekonomi (pendapatan, pekerjaan, pendidikan) dan faktor budaya terhadap jumlah anak di Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, Aceh. Pada tahun 2013, Kecamatan Samalanga mencatat 679 kelahiran hidup, dengan rata-rata 4-8 anak per keluarga. Populasi penelitian meliputi 3907 keluarga dengan istri berusia ≥ 45 tahun dan memiliki anak. Sampel penelitian berjumlah 210 keluarga, dipilih menggunakan metode two stage cluster sampling. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara faktor-faktor tersebut dengan jumlah anak yang dimiliki keluarga di Samalanga. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan uji regresi logistik berganda pada α = 5%.

1. Gambaran Umum Kecamatan Samalanga dan Masalah Kependudukan

Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, Aceh, pada tahun 2013 mencatat angka kelahiran hidup sebanyak 679 jiwa. Uniknya, rata-rata jumlah anak dalam setiap keluarga di wilayah ini tergolong tinggi, yakni berkisar antara 4 hingga 8 anak. Kondisi ini menjadi latar belakang utama penelitian yang berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah anak di daerah tersebut. Tingginya angka kelahiran dan jumlah anak per keluarga mengindikasikan potensi masalah kependudukan di masa depan, meliputi pertumbuhan penduduk yang pesat dan potensi tekanan terhadap sumber daya. Pemerintah Indonesia sendiri telah lama mengkampanyekan program Keluarga Berencana (KB) untuk menekan angka kelahiran dan mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS), namun di Samalanga, penerapan program KB tampaknya belum optimal. Data ini memberikan gambaran awal yang mengkhawatirkan terkait dengan tantangan demografis di Samalanga dan menjadi landasan utama untuk menyelidiki faktor-faktor yang mendasari fenomena ini lebih dalam.

2. Tujuan Penelitian dan Metodologi

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor sosio-ekonomi (pendapatan, pekerjaan, pendidikan) dan faktor budaya terhadap jumlah anak di Kecamatan Samalanga pada tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian observasional dengan desain potong lintang (cross-sectional). Populasi penelitian mencakup 3907 keluarga di Kecamatan Samalanga dengan kriteria istri berusia 45 tahun ke atas dan memiliki anak. Untuk efisiensi dan representasi yang baik, penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel two stage cluster sampling, menghasilkan sampel sebanyak 210 keluarga. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah regresi logistik berganda, dengan tingkat signifikansi α = 5%. Metode ini dipilih untuk menganalisis hubungan antara variabel independen (faktor sosio-ekonomi dan budaya) dengan variabel dependen (jumlah anak) secara simultan.

3. Pandangan Masyarakat Terhadap Jumlah Anak dan Program KB

Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden (sekitar 90%) menekankan pentingnya melestarikan keturunan Teuku atau Sayed sebagai ciri khas masyarakat Aceh. Namun, terdapat perbedaan pandangan yang dipengaruhi oleh agama Islam, dengan sebagian masyarakat bersikap pasif terhadap takdir dan percaya bahwa rezeki anak telah ditentukan Tuhan. Hal ini berimplikasi pada rendahnya partisipasi dalam program Keluarga Berencana (KB). Sekitar 80% responden menginginkan lebih dari dua anak, sementara 60% menyatakan tidak mengikuti program KB karena berbagai alasan, termasuk ketidakcocokan dan larangan suami. Lebih lanjut, 50% responden merasa keluarga belum lengkap jika belum memiliki anak laki-laki dan perempuan. Data ini menunjukkan adanya faktor budaya yang kuat dalam menentukan jumlah anak yang diinginkan, dan menunjukkan celah yang signifikan dalam keberhasilan program KB di Kecamatan Samalanga.

4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

Penelitian ini mengacu pada beberapa teori dan temuan penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas. Penelitian sebelumnya menunjuk pada faktor sosial, ekonomi, dan budaya sebagai faktor-faktor penentu. Beberapa teori yang relevan dikaji, termasuk teori Easterlin (1967) mengenai permintaan akan anak yang dipengaruhi karakteristik individu, dan teori Davis dan Blake (1956) tentang pengaruh faktor sosial, ekonomi, dan budaya terhadap fertilitas. Perbedaan pandangan mengenai nilai anak juga dibahas, di mana masyarakat miskin mungkin melihat anak sebagai sumber daya ekonomi, sedangkan masyarakat kaya cenderung lebih mengutamakan kualitas anak. Penelitian ini juga meninjau berbagai studi yang meneliti dampak pendapatan per kapita, pendidikan, dan pekerjaan terhadap keputusan reproduksi. Semua ini membangun kerangka teoritis yang solid untuk penelitian yang akan dijalankan, memberikan konteks yang lebih luas pada temuan yang akan dihasilkan.

II.Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain observasional potong lintang. Pengumpulan data dilakukan melalui distribusi kuesioner. Analisis data menggunakan uji regresi logistik berganda untuk mengkaji pengaruh faktor sosio ekonomi (pendapatan, pekerjaan, pendidikan) dan faktor budaya terhadap jumlah anak. Ukuran sampel sebanyak 210 keluarga, dipilih dari populasi 3907 keluarga di Kecamatan Samalanga yang memenuhi kriteria penelitian.

1. Desain Penelitian dan Populasi

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Desain ini dipilih karena memungkinkan pengumpulan data pada satu titik waktu tertentu untuk melihat hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Populasi penelitian adalah keluarga-keluarga di Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, dengan kriteria istri berusia 45 tahun atau lebih dan memiliki anak. Jumlah populasi yang teridentifikasi sebanyak 3907 keluarga. Pemilihan populasi ini didasarkan pada asumsi bahwa keluarga dengan istri berusia 45 tahun ke atas telah menyelesaikan masa reproduksinya dan jumlah anak yang dimiliki telah relatif stabil. Dengan demikian, data yang dikumpulkan diharapkan lebih akurat dan mencerminkan kondisi yang sebenarnya terkait dengan jumlah anak per keluarga.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah two-stage cluster sampling. Teknik ini dipilih karena dianggap efektif dan efisien untuk penelitian yang melibatkan populasi yang besar dan tersebar di suatu wilayah. Tahapan pertama cluster sampling akan membagi populasi menjadi kelompok-kelompok (cluster) berdasarkan wilayah geografis. Kemudian, sampel dipilih secara acak dari cluster-cluster yang telah terbentuk, sehingga merepresentasikan seluruh wilayah Kecamatan Samalanga. Proses pengambilan sampel dilakukan secara acak (random) untuk meminimalisir bias dan meningkatkan generalisasi hasil penelitian. Ukuran sampel yang ditetapkan adalah 210 keluarga, yang diyakini sudah cukup untuk mencapai tingkat ketelitian dan kepercayaan data yang diinginkan. Jumlah sampel yang terpilih ini dianggap memadai untuk melakukan analisis statistik inferensial, khususnya untuk analisis regresi logistik berganda yang digunakan dalam penelitian.

3. Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner (angket) kepada 210 keluarga sampel. Kuesioner tersebut dirancang untuk mengukur variabel-variabel penelitian, meliputi faktor-faktor sosio-ekonomi (pendapatan, pekerjaan, pendidikan) dan faktor budaya yang mempengaruhi jumlah anak. Setelah data terkumpul, data diolah dan dianalisis menggunakan teknik analisis regresi logistik berganda. Regresi logistik berganda dipilih karena merupakan metode yang tepat untuk menganalisis hubungan antara variabel-variabel independen (faktor sosio-ekonomi dan budaya) dengan variabel dependen (jumlah anak) yang bersifat kategorikal (dalam hal ini, jumlah anak). Analisis dilakukan pada tingkat signifikansi α = 5%, yang artinya hasil penelitian akan dianggap signifikan jika nilai p kurang dari 0,05. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan metode yang tepat dan terukur untuk menganalisis data yang dikumpulkan, memastikan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

III.Hasil Penelitian Pengaruh Faktor Budaya yang Dominan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor budaya memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah anak. Budaya yang menganggap memiliki banyak anak sebagai hal positif, dimana cita-cita orang tua dapat terwujud, berkorelasi kuat dengan jumlah anak yang lebih banyak. Sebaliknya, faktor sosio ekonomi (pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan) tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap jumlah anak dalam penelitian ini. Sekitar 80% responden menginginkan lebih dari dua anak, dan 60% tidak mengikuti Program Keluarga Berencana (KB).

1. Pengaruh Faktor Budaya terhadap Jumlah Anak

Hasil penelitian menunjukkan pengaruh dominan faktor budaya terhadap jumlah anak di Kecamatan Samalanga. Analisis multivariat mengungkap bahwa keluarga dengan budaya negatif—yakni yang menganggap memiliki banyak anak lebih baik karena dapat mewujudkan ambisi dan keinginan orang tua—memiliki kemungkinan 5,276 kali lebih besar untuk memiliki banyak anak dibandingkan keluarga dengan budaya positif. Temuan ini didukung oleh data survei yang menunjukkan bahwa 80% responden menginginkan lebih dari dua anak, dan sebagian besar (90%) menyatakan pentingnya melestarikan keturunan Teuku atau Sayed sebagai identitas budaya Aceh. Kepercayaan keagamaan juga berperan, dengan sebagian masyarakat yang pasif terhadap takdir dan percaya rezeki anak sudah ditentukan Tuhan. Sikap ini berkontribusi pada rendahnya partisipasi dalam program Keluarga Berencana (KB), dimana 60% responden mengaku tidak mengikuti program KB karena berbagai alasan, termasuk ketidakcocokan dan larangan suami. Selain itu, terdapat persepsi bahwa keluarga belum lengkap jika belum memiliki anak laki-laki dan perempuan, yang juga memperkuat pengaruh budaya pada keputusan reproduksi.

2. Pengaruh Faktor Sosio Ekonomi

Berbeda dengan faktor budaya, faktor sosio-ekonomi (pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan) tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap jumlah anak. Temuan ini mengejutkan mengingat beberapa teori yang menyebutkan hubungan antara tingkat ekonomi dan jumlah anak. Meskipun terdapat pandangan bahwa keluarga miskin cenderung memiliki anak lebih banyak karena menganggap anak sebagai tenaga kerja murah dan penopang di hari tua (Todaro & Smith, 2006), penelitian ini tidak mendukung hipotesis tersebut di konteks Kecamatan Samalanga. Begitu pula, pandangan bahwa keluarga kaya akan memiliki banyak anak sebagai investasi (Hartoyo, dkk, 2011) juga tidak terbukti dalam penelitian ini. Hasil ini menyoroti kompleksitas faktor penentu jumlah anak, di mana faktor budaya terbukti lebih dominan dibandingkan faktor sosio-ekonomi di wilayah penelitian. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengkaji lebih detail kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang berperan atau interaksi yang kompleks antar variabel.

3. Implikasi Hasil Penelitian

Temuan utama penelitian ini menunjukkan dominasi faktor budaya dalam menentukan jumlah anak di Kecamatan Samalanga, dengan faktor sosio-ekonomi yang tidak signifikan. Tingkat partisipasi program Keluarga Berencana (KB) yang rendah (60% responden tidak mengikuti program KB) juga berkontribusi pada jumlah anak yang tinggi. Hasil ini memiliki implikasi penting bagi program pembangunan keluarga dan kependudukan di wilayah tersebut. Program-program yang hanya fokus pada aspek ekonomi mungkin kurang efektif. Strategi perubahan perilaku yang berfokus pada aspek budaya dan nilai-nilai masyarakat setempat diperlukan untuk mengubah persepsi masyarakat tentang jumlah anak ideal. Upaya edukasi dan pendekatan yang sensitif terhadap budaya lokal menjadi kunci keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) di wilayah ini.

IV.Kesimpulan dan Rekomendasi

Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor budaya merupakan faktor utama yang memengaruhi jumlah anak di Kecamatan Samalanga. Rekomendasi yang diajukan meliputi peningkatan Program Keluarga Berencana (KB), khususnya untuk keluarga kurang mampu, serta perubahan persepsi masyarakat mengenai nilai anak. Perlu upaya untuk mengubah pandangan negatif masyarakat di Kecamatan Samalanga yang menganggap memiliki banyak anak akan mewujudkan cita-cita mereka.

1. Kesimpulan Utama

Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor budaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah anak di Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen. Pandangan negatif masyarakat yang menganggap memiliki banyak anak akan memudahkan terwujudnya cita-cita dan keinginan orang tua menjadi faktor utama yang berkontribusi pada jumlah anak yang tinggi. Sebaliknya, faktor-faktor sosio-ekonomi seperti pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah anak. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi untuk menurunkan jumlah anak di wilayah tersebut perlu berfokus pada perubahan pola pikir dan nilai-nilai budaya masyarakat, bukan hanya pada peningkatan kondisi ekonomi.

2. Rekomendasi Kebijakan

Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa rekomendasi kebijakan disarankan. Pertama, perlu peningkatan program Keluarga Berencana (KB) yang lebih intensif, khususnya menyasar keluarga kurang mampu di Kecamatan Samalanga. Program KB yang efektif harus mempertimbangkan dan mengakomodasi nilai-nilai budaya lokal agar dapat diterima dan dijalankan oleh masyarakat. Kedua, tokoh masyarakat dan pemuka agama di Kecamatan Samalanga perlu berperan aktif dalam mengubah pandangan masyarakat tentang nilai dan jumlah anak yang ideal. Upaya edukasi dan sosialisasi yang efektif dan berkelanjutan dibutuhkan untuk mengubah persepsi negatif masyarakat terkait dengan memiliki banyak anak. Dengan demikian, strategi yang komprehensif dan terintegrasi yang mencakup aspek budaya dan sosial ekonomi akan lebih efektif dalam menurunkan angka kelahiran di Kecamatan Samalanga dan mendukung tercapainya program Keluarga Berencana (KB) Nasional.