
Nilai Konversi Jarak Vertikal Dimensi Oklusi Berdasarkan Panjang Jari Tangan pada Suku Batak Toba
Informasi dokumen
Penulis | Elisabeth Saragih |
Sekolah | Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Medan (Asumsi berdasarkan lokasi sidang dan tahun penulisan) |
Jurusan | Kedokteran Gigi |
Tempat | Medan |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 5.31 MB |
- Konversi Jarak Vertikal Dimensi Oklusi
- Panjang Jari Tangan
- Suku Batak Toba
Ringkasan
I.Jarak Vertikal Dimensi Oklusi VDO dan Pengukurannya
Penelitian ini menyelidiki Jarak Vertikal Dimensi Oklusi (VDO), yaitu jarak vertikal antara maksila dan mandibula saat oklusi interkuspal. VDO diukur dari titik subnasal ke titik menton dan berpengaruh signifikan terhadap fungsi mastikasi, fonetik, dan estetika. Penelitian ini fokus pada pengukuran VDO pada Suku Batak Toba di Medan, Indonesia, khususnya pada individu usia 19-25 tahun dengan Oklusi Klas I Angle.
1. Definisi dan Pengukuran Jarak Vertikal Dimensi Oklusi VDO
Bagian ini mendefinisikan Jarak Vertikal Dimensi Oklusi (VDO) sebagai jarak vertikal antara maksila dan mandibula saat oklusi interkuspal. Pengukuran VDO dilakukan dari titik subnasal pada maksila ke titik menton pada mandibula. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa VDO memiliki pengaruh signifikan terhadap tiga fungsi utama: mastikasi (pengunyahan), fonetik (artikulasi suara), dan estetika (penampilan wajah). Pentingnya VDO terletak pada perannya dalam fungsi-fungsi tersebut; perubahan pada VDO dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kesulitan dalam berbicara dan menelan, serta mempengaruhi penampilan wajah. Oleh karena itu, pengukuran dan pemahaman yang akurat mengenai VDO sangat penting dalam kedokteran gigi, khususnya dalam bidang prostetik dan rekonstruksi wajah. Studi ini bertujuan untuk menemukan metode alternatif pengukuran VDO yang lebih sederhana dan ekonomis, dengan memanfaatkan panjang jari tangan, guna mempermudah proses rekonstruksi wajah jika terjadi kehilangan jarak VDO. Metode pengukuran VDO yang akurat menjadi fokus utama dalam penelitian ini untuk menghasilkan data yang handal dan dapat diandalkan dalam penelitian lebih lanjut.
2. Faktor faktor yang Mempengaruhi VDO
Dokumen menjelaskan bahwa VDO tidak hanya dipengaruhi oleh faktor anatomi seperti hubungan maksila dan mandibula, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain. Pertumbuhan dan perkembangan rahang, gigi geligi, dan Temporomandibular Joint (TMJ) memainkan peran penting. Nutrisi, status sosial ekonomi, dan faktor genetik atau ras juga disebutkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi VDO. Penelitian Odias RR (2008) di Medan, yang dikutip dalam dokumen, menunjukkan bahwa tinggi wajah perempuan Suku Batak memiliki proporsi yang mendekati nilai neoklasikal Cannon dibandingkan suku atau ras lain. Ini menunjukkan bahwa ras dapat menjadi faktor yang memengaruhi perbedaan ukuran VDO. Selain itu, faktor-faktor seperti erupsi gigi, ukuran sudut gonial mandibula, dan panjang ramus mandibula juga dapat memengaruhi VDO. Bahkan, faktor-faktor seperti tinggi badan, berat badan, dan aktivitas fisik (seperti frekuensi pengunyahan) dapat berpengaruh meskipun penelitian ini tidak secara spesifik meneliti korelasi tersebut. Dokumen menyarankan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji korelasi antara faktor-faktor tersebut dengan VDO guna memperoleh hasil yang lebih akurat dan komprehensif.
3. Penelitian Terdahulu dan Landasan Teori
Dokumen menjabarkan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan pengukuran dan faktor-faktor yang mempengaruhi VDO. Penelitian-penelitian ini meliputi studi tentang korelasi antara panjang jari tangan dengan tinggi badan, serta penelitian yang meneliti hubungan antara perkembangan skeletal dan osifikasi pada pergelangan tangan. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kompleks antara berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang perlu dipertimbangkan dalam memahami variasi VDO. Studi tentang pertumbuhan fasial maksimal yang dicapai bersamaan dengan tinggi badan maksimal juga dibahas, menunjukkan korelasi antara pertumbuhan keseluruhan tubuh dengan perkembangan wajah. Penelitian Jyoti (2013) yang membahas faktor-faktor prediktor tinggi badan berdasarkan panjang telapak tangan dan panjang phalangeal juga diuraikan, menunjukkan variasi antar jenis kelamin dan ras. Dokumen kemudian menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara panjang jari tangan dengan bagian tubuh lainnya, membenarkan pilihan metode konversi VDO menggunakan panjang jari tangan dalam penelitian ini. Penelitian ini berfokus pada Suku Batak Toba karena belum ada penelitian serupa yang dilakukan di Medan, Indonesia, yang spesifik meneliti korelasi antara VDO dan panjang jari tangan pada populasi ini. Ini menjadi dasar teori dan motivasi utama penelitian ini untuk mengisi celah pengetahuan tersebut.
II.Metode Konversi VDO dengan Panjang Jari Tangan
Penelitian ini mengeksplorasi metode konversi VDO menggunakan panjang jari tangan kanan sebagai alternatif pengukuran, khususnya jari telunjuk dan kelingking, serta jarak ujung ibu jari ke ujung telunjuk. Metode ini dinilai lebih sederhana dan ekonomis dibandingkan metode konvensional. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai konversi yang akurat untuk membantu rekonstruksi wajah jika terjadi kehilangan jarak VDO.
1. Alasan Penggunaan Metode Konversi VDO dengan Panjang Jari
Penelitian ini mengusung metode konversi Jarak Vertikal Dimensi Oklusi (VDO) dengan menggunakan panjang jari tangan kanan sebagai alternatif pengukuran. Pilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, adanya korelasi signifikan antara panjang jari dengan dimensi tubuh lainnya, termasuk kemungkinan prediksi tinggi badan. Penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan ini, seperti yang terlihat pada penelitian-penelitian yang dibahas dalam tinjauan pustaka. Kedua, metode ini dianggap lebih sederhana, mudah dilakukan, ekonomis, nyaman bagi subjek, dan tidak memerlukan peralatan yang rumit seperti radiografi. Ketiga, penelitian konversi VDO dengan panjang jari tangan belum pernah dilakukan di Medan, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baru pada bidang ini, khususnya untuk populasi Suku Batak Toba. Dengan demikian, metode ini dipilih karena kepraktisannya dan potensi untuk memberikan hasil yang akurat, efisien, dan terjangkau, terutama dalam konteks rekonstruksi wajah di mana pengukuran VDO yang tepat sangat penting, terutama ketika terjadi kehilangan jarak VDO.
2. Jari Tangan yang Digunakan dan Pengukurannya
Dalam penelitian ini, panjang jari tangan kanan yang digunakan untuk konversi VDO meliputi jari telunjuk, jari kelingking, dan jarak antara ujung ibu jari hingga ujung jari telunjuk. Pemilihan jari-jari ini didasarkan pada potensi korelasinya dengan VDO, yang telah didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya, meskipun tidak semua penelitian menggunakan kombinasi jari yang sama. Pengukuran dilakukan menggunakan kaliper digital yang dimodifikasi, menunjukkan komitmen untuk akurasi dan kesederhanaan alat ukur. Penggunaan alat yang sederhana dan mudah dioperasikan ini selaras dengan tujuan untuk membuat metode konversi VDO menjadi lebih praktis dan terjangkau. Ketepatan pengukuran menjadi hal yang krusial dalam metode ini, karena akurasi pengukuran panjang jari akan langsung mempengaruhi akurasi hasil konversi VDO. Proses pengukuran ini dijelaskan lebih lanjut dalam metodologi penelitian, yang meliputi detail teknis dan prosedur yang diterapkan untuk meminimalkan kesalahan pengukuran.
3. Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu Ruchi Ladda
Penelitian ini membandingkan hasilnya dengan penelitian Ruchi Ladda (2012) yang meneliti hubungan vertikal dimensi dengan panjang jari pada laki-laki dan perempuan usia 20-30 tahun ras India. Ruchi Ladda menemukan hubungan yang signifikan dan positif antara jarak VDO, panjang jari telunjuk, panjang jari kelingking, dan jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk. Rata-rata jarak VDO dan panjang jari yang diperoleh dalam penelitian Ruchi Ladda disajikan dan dibandingkan dengan hasil penelitian ini. Perbedaan hasil antara penelitian ini (pada Suku Batak Toba di Medan) dan penelitian Ruchi Ladda (pada populasi India) akan dibahas lebih lanjut, kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan ras, faktor genetik, nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya. Persamaan regresi yang dihasilkan oleh kedua penelitian juga dibandingkan, untuk melihat perbedaan dalam nilai konstanta dan koefisien regresi. Perbedaan ini menjadi poin penting untuk dianalisa lebih lanjut dan dikaitkan dengan faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut. Perbandingan ini memperkaya interpretasi hasil penelitian dan memberikan konteks yang lebih luas terkait dengan metode konversi VDO menggunakan panjang jari tangan.
III.Hasil Penelitian Jarak VDO pada Suku Batak Toba
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata VDO pada 70 subjek (35 laki-laki dan 35 perempuan) Suku Batak Toba usia 19-25 tahun di Medan adalah 67,65 ± 4,680 mm. Terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) antara rata-rata VDO laki-laki (70,76 ± 3,614 mm) dan perempuan (64,54 ± 3,384 mm), kecuali pada kelompok usia 19 dan 24 tahun. Tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) antara kelompok usia yang berbeda (19-25 tahun).
1. Rata rata Jarak VDO pada Populasi Studi
Penelitian ini dilakukan pada 70 mahasiswa Suku Batak Toba di Medan, dengan rincian 35 laki-laki dan 35 perempuan, berusia 19-25 tahun, dan memiliki Oklusi Klas I Angle. Hasil pengukuran menunjukkan rata-rata Jarak Vertikal Dimensi Oklusi (VDO) keseluruhan adalah 67,65 ± 4,680 mm. Rata-rata VDO pada laki-laki sebesar 70,76 ± 3,614 mm, sementara pada perempuan sebesar 64,54 ± 3,384 mm. Data ini memberikan gambaran umum tentang ukuran VDO pada populasi yang diteliti. Perbedaan rata-rata VDO antara laki-laki dan perempuan menunjukkan adanya pengaruh jenis kelamin pada ukuran VDO. Hasil ini penting untuk memberikan referensi ukuran VDO pada populasi spesifik ini dan dapat dibandingkan dengan penelitian lain pada populasi berbeda. Pengumpulan data dilakukan dengan metode cross-sectional, yang memungkinkan analisis sekaligus perbandingan data antar kelompok usia dan jenis kelamin. Perlu diingat bahwa hasil ini spesifik untuk populasi Suku Batak Toba di Medan dengan karakteristik yang telah ditentukan, sehingga generalisasi ke populasi lain harus dilakukan dengan hati-hati.
2. Analisis Jarak VDO Berdasarkan Usia
Analisis data berdasarkan usia (19-25 tahun) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) pada jarak VDO antar kelompok usia. Ini menunjukkan bahwa pada rentang usia tersebut, pertumbuhan rahang dan gigi geligi yang mempengaruhi VDO telah relatif stabil. Hasil ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa pertumbuhan maksimal rahang biasanya tercapai pada usia 18-19 tahun untuk laki-laki dan 16-17 tahun untuk perempuan (populasi Barat). Meskipun demikian, penelitian ini dilakukan pada rentang usia 19-25 tahun untuk memastikan bahwa pertumbuhan telah mencapai puncaknya, mengingat belum ada data pasti mengenai waktu berakhirnya pertumbuhan pada laki-laki dan perempuan di Indonesia, khususnya Suku Batak Toba. Meskipun tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok usia, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengkaji lebih detail faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi VDO, seperti nutrisi, gaya hidup, dan faktor genetik yang dapat menyebabkan sedikit variasi dalam ukuran VDO di antara berbagai kelompok umur, khususnya pada kelompok usia 19-25 tahun.
3. Analisis Jarak VDO Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil analisis menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05) pada jarak VDO antara laki-laki dan perempuan, kecuali pada kelompok usia 19 dan 24 tahun. Rata-rata VDO pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Perbedaan ini sejalan dengan temuan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa ukuran tubuh laki-laki cenderung lebih besar daripada perempuan, dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, nutrisi, jenis makanan, dan aktivitas fisik. Hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Ruchi Lada di India, menunjukkan kesamaan tren meskipun angka absolutnya berbeda. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh variasi genetik, nutrisi, dan faktor lingkungan antara populasi Suku Batak Toba dan populasi India. Temuan ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan jenis kelamin dalam interpretasi dan aplikasi data VDO. Data yang terbatas pada 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan di setiap subkelompok usia, menunjukkan perlunya penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk memperkuat kesimpulan dan meningkatkan tingkat kepercayaan hasil.
IV.Hasil Penelitian Nilai Konversi VDO
Analisis regresi menunjukkan hubungan signifikan (p<0,05) antara VDO dan panjang jari tangan kanan. Persamaan regresi berbeda antara laki-laki dan perempuan, menunjukkan bahwa nilai konversi VDO bergantung pada jenis kelamin. Hasil ini dibandingkan dengan penelitian serupa di India, menunjukkan perbedaan yang mungkin disebabkan oleh faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan.
1. Nilai Konversi VDO dengan Panjang Jari Kelingking
Analisis data menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05) pada nilai konversi VDO dengan panjang jari kelingking antara laki-laki dan perempuan. Rata-rata nilai konversi pada laki-laki (70,56 ± 1,567 mm) lebih besar daripada perempuan (64,53 ± 0,701 mm). Perbedaan ini dikaitkan dengan pengaruh hormon androgen yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh, sehingga ukuran rahang dan jari laki-laki cenderung lebih besar. Analisis regresi menghasilkan persamaan yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan, menunjukkan bahwa prediksi VDO berdasarkan panjang jari kelingking bergantung pada jenis kelamin. Persamaan regresi yang diperoleh untuk seluruh sampel adalah Y = [37,702 + (0,496 x B)], sedangkan untuk laki-laki Y = [52,428 + (0,291 x B)], dan untuk perempuan Y = [63,442 + (0,019 x B)], di mana B mewakili panjang jari kelingking. Perbedaan persamaan regresi ini menekankan pentingnya mempertimbangkan jenis kelamin dalam penerapan metode konversi VDO ini. Hasil ini juga dibandingkan dengan penelitian Ruchi Ladda di India, yang menunjukkan perbedaan persamaan regresi, menunjukkan pengaruh faktor genetik dan lingkungan yang mungkin berbeda antara populasi Suku Batak Toba dan populasi India.
2. Nilai Konversi VDO dengan Jarak Ujung Ibu Jari sampai Ujung Telunjuk
Hasil penelitian juga menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05) pada nilai konversi VDO dengan jarak ujung ibu jari sampai ujung telunjuk antara laki-laki dan perempuan. Rata-rata nilai konversi pada laki-laki (70,58 ± 1,710 mm) lebih besar dibandingkan perempuan (64,53 ± 0,254 mm). Kembali, perbedaan ini dikaitkan dengan pengaruh hormon androgen terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Analisis regresi menghasilkan persamaan yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan, menunjukkan bahwa prediksi VDO juga bergantung pada jenis kelamin untuk parameter ini. Hasil ini dibandingkan dengan temuan Ruchi Ladda di India, menunjukkan perbedaan persamaan regresi. Perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan karakteristik antara populasi Suku Batak Toba dan populasi India, termasuk faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi baik jarak VDO maupun panjang jari tangan. Perbandingan ini penting untuk memahami konteks dan keterbatasan metode konversi VDO yang diusulkan dalam penelitian ini.
3. Kesimpulan Umum Nilai Konversi VDO
Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara nilai konversi VDO dan panjang jari tangan kanan (jari kelingking dan jarak ujung ibu jari hingga ujung telunjuk) pada Suku Batak Toba di Medan. Namun, persamaan regresi yang dihasilkan berbeda secara signifikan antara laki-laki dan perempuan, menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor jenis kelamin dalam menerapkan metode konversi ini. Perbedaan yang ditemukan antara hasil penelitian ini dan penelitian Ruchi Ladda di India menunjukkan adanya pengaruh faktor genetik dan lingkungan pada nilai konversi VDO. Oleh karena itu, persamaan regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini hanya berlaku untuk populasi Suku Batak Toba di Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Penelitian ini menyediakan pendekatan alternatif untuk memperkirakan VDO, yang dapat bermanfaat, terutama dalam situasi terbatas akses terhadap teknologi canggih atau kondisi ekonomi tertentu. Namun, keterbatasan jumlah sampel dalam setiap subkelompok usia perlu dipertimbangkan.
V.Kesimpulan dan Implikasi
Penelitian ini berhasil menentukan nilai rata-rata VDO dan nilai konversi VDO berdasarkan panjang jari tangan kanan pada Suku Batak Toba di Medan. Temuan ini memberikan informasi berharga untuk praktik klinis, khususnya dalam rekonstruksi wajah dan perencanaan perawatan gigi. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menyelidiki pengaruh faktor-faktor lain seperti genetika, nutrisi, dan aktivitas fisik terhadap VDO.
1. Temuan Utama dan Implikasinya
Penelitian ini berhasil mengukur dan menganalisis Jarak Vertikal Dimensi Oklusi (VDO) pada populasi mahasiswa Suku Batak Toba di Medan, berusia 19-25 tahun dengan Oklusi Klas I Angle. Hasilnya menunjukkan nilai rata-rata VDO dan adanya perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut, penelitian ini berhasil mendapatkan persamaan regresi untuk memprediksi VDO berdasarkan panjang jari tangan kanan (jari kelingking dan jarak ujung ibu jari ke ujung telunjuk). Persamaan regresi ini berbeda antara laki-laki dan perempuan, menunjukkan pentingnya mempertimbangkan faktor gender dalam penerapannya. Temuan ini berimplikasi pada praktik klinis, khususnya dalam membantu rekonstruksi wajah atau perencanaan perawatan gigi, terutama dalam situasi di mana pengukuran VDO konvensional sulit dilakukan. Metode yang diusulkan menawarkan alternatif yang lebih sederhana dan ekonomis. Namun, penting untuk diingat bahwa persamaan regresi ini spesifik untuk populasi yang diteliti, dan perlu divalidasi lebih lanjut pada populasi lain.
2. Keterbatasan dan Saran Penelitian Lebih Lanjut
Meskipun penelitian ini memberikan hasil yang signifikan, terdapat beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan. Ukuran sampel yang relatif kecil (70 subjek) dan pengukuran yang hanya dilakukan pada satu titik waktu (cross-sectional) dapat mempengaruhi generalisasi hasil. Selain itu, penelitian ini tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi VDO seperti genetika, nutrisi, dan aktivitas fisik, meskipun disebutkan sebagai faktor yang mungkin berpengaruh. Perbedaan yang ditemukan dalam nilai konversi VDO antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya di India juga perlu diteliti lebih lanjut. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar, desain longitudinal (pengamatan jangka panjang), dan penginklusian faktor-faktor lain yang mempengaruhi VDO sangat disarankan untuk memperkuat validitas dan generalisasi temuan. Penelitian lebih lanjut juga perlu dilakukan untuk memvalidasi persamaan regresi pada populasi yang lebih beragam dan untuk menyelidiki potensi penggunaan metode ini pada kelompok usia selain 19-25 tahun.
3. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini memberikan kontribusi penting pada pemahaman tentang Jarak Vertikal Dimensi Oklusi (VDO) dan metode alternatif pengukurannya pada populasi Suku Batak Toba di Medan. Hasil penelitian memberikan data empiris mengenai rata-rata VDO pada populasi tersebut, serta persamaan regresi yang dapat digunakan untuk memprediksi VDO berdasarkan panjang jari tangan kanan. Metode ini, dengan menggunakan pengukuran jari tangan yang sederhana, memberikan alternatif yang praktis dan ekonomis, khususnya dalam situasi di mana akses terhadap teknologi canggih terbatas. Walaupun terdapat keterbatasan, penelitian ini membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut yang dapat memperkuat dan memperluas pemahaman serta penerapan metode konversi VDO ini dalam praktik klinis. Penelitian ini juga mengisi celah pengetahuan mengenai VDO pada populasi Suku Batak Toba yang spesifik, berkontribusi pada basis data antropometri yang lebih komprehensif.