Laporan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Masalah Kebutuhan Nutrisi

Laporan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Masalah Kebutuhan Nutrisi

Informasi dokumen

Penulis

Winda Angelina M

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Keperawatan
Jenis dokumen Laporan Akhir Studi
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.29 MB
  • Asuhan Keperawatan
  • Kebutuhan Nutrisi
  • Gizi Anak

Ringkasan

I.Status Gizi Anak Usia Sekolah di Medan Amplas

Laporan ini membahas kasus kekurangan nutrisi pada seorang anak perempuan berusia 9 tahun (An.A) di Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas, Sumatera Utara. Anak tersebut menunjukkan gejala gizi kurang, termasuk berat badan kurang (16 kg dengan tinggi badan 120 cm), pucat, rambut tipis, dan anoreksia (kurang nafsu makan). Tingginya angka gizi kurang di Sumatera Utara (18,59% pada tahun 2003) menjadi latar belakang penting penelitian ini. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi status gizi An.A dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi anak. Kasus ini menjadi bagian dari Karya Tulis Ilmiah untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

1. Gambaran Umum Status Gizi Anak Usia Sekolah

Dokumen ini diawali dengan menjelaskan pentingnya gizi seimbang bagi anak usia sekolah (6-12 tahun), yang memiliki aktivitas fisik tinggi dan membutuhkan energi besar. Kebutuhan energi ini diperoleh dari pembakaran karbohidrat, lemak, dan protein. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak anak, sekitar 50%, tergolong tidak sehat meskipun tidak sakit, kondisi yang sering disebut kekurangan gizi. Data dari Sumatera Utara tahun 2003 menunjukkan angka gizi buruk yang mengkhawatirkan, yaitu 12,35%, dan gizi kurang sebesar 18,59%. Kekurangan gizi ini berdampak serius, mengakibatkan tingginya angka kematian ibu, bayi, dan anak, serta rendahnya usia harapan hidup. Kondisi ini menekankan pentingnya pemenuhan gizi seimbang, terutama untuk mencapai target Indonesia Sehat. Dokumen ini kemudian berfokus pada kasus An.A di Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas, yang keluarganya kesulitan memberikan gizi seimbang karena faktor ekonomi dan kurangnya perhatian terhadap pertumbuhan dan perkembangan An.A. An.A sendiri juga memiliki masalah nafsu makan dan lebih menyukai jajanan di luar rumah, menjadi fokus utama laporan ini.

2. Kasus An.A dan Kebutuhan Gizi Seimbang

Kasus An.A di Kelurahan Harjosari I, Medan Amplas, menjadi pusat perhatian laporan ini. Keluarga An.A, karena keterbatasan ekonomi dan kurangnya perhatian terhadap gizi anak, kesulitan memenuhi kebutuhan gizi seimbang. An.A sendiri dilaporkan kurang nafsu makan dan lebih memilih jajanan. Penulis tertarik mengidentifikasi status nutrisi An.A. Pembahasan lebih lanjut tentang pentingnya penanaman pola makan sehat sejak dini, seperti membiasakan sarapan dan membawa bekal, dijelaskan untuk mencegah konsumsi makanan tidak higienis dan memastikan gizi seimbang. Kebutuhan nutrisi dijelaskan sebagai sumber energi (50-55% karbohidrat, 30-35% lemak, 15% protein) dan zat pembangun serta pengatur dalam tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi, seperti tidak suka makan makanan bergizi, menjadi masalah yang perlu diatasi. Pada anak sakit, kebutuhan nutrisi meningkat, membutuhkan tambahan kalori, vitamin, dan mineral. Penulis menyoroti pentingnya keseimbangan gizi yang selaras, serasi dan seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Kondisi An.A menjadi studi kasus penting untuk memahami dampak kekurangan nutrisi dan pentingnya intervensi.

3. Data Demografi dan Kondisi An.A

Laporan ini kemudian memaparkan data demografis An.A, yaitu seorang anak perempuan berusia 9 tahun yang tinggal di Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas, Sumatera Utara. Data antropometri An.A menunjukkan berat badan 16 kg dan tinggi badan 120 cm, mengindikasikan adanya masalah berat badan kurang. Lebih lanjut, laporan ini menjelaskan hasil wawancara dengan keluarga An.A yang mengungkapkan bahwa An.A sering mengantuk di sekolah, pusing, mata berkunang-kunang, lemas, cepat lelah, dan sering sakit-sakitan. Kondisi ini telah dialami An.A sejak usia 1 tahun. Pemeriksaan fisik An.A menunjukkan tanda-tanda kekurangan nutrisi seperti tampak kurus, pucat, rambut tipis, konjungtiva anemis, dan stomatitis. Kondisi ini mengganggu aktivitasnya, misalnya bermain. Data ini digunakan sebagai dasar dalam menentukan diagnosis keperawatan. Secara spesifik, laporan ini mengidentifikasi masalah utama berupa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, ditandai dengan beberapa indikator fisik dan gejala yang dialami An.A. Lokasi penelitian, Kelurahan Harjosari I, Medan Amplas, menjadi titik fokus kajian.

II.Kebutuhan Nutrisi dan Komponennya

Bagian ini menjelaskan pentingnya kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, serta dampak kekurangan nutrisi seperti kwashiorkor dan marasmus. Diskusi meliputi peran karbohidrat, lemak, dan protein sebagai sumber energi dan zat pembangun. Juga dibahas pentingnya berbagai vitamin (termasuk Vitamin A, D, E, K, dan kompleks B) dan mineral untuk fungsi tubuh yang optimal. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang seimbang, termasuk asupan air yang cukup, sangat penting untuk mencegah penyakit dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Khususnya, peran kalsium dan zat besi dalam pembentukan tulang dan pencegahan anemia ditekankan.

1. Pentingnya Nutrisi untuk Pertumbuhan dan Perkembangan

Bagian ini menekankan betapa krusialnya nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak. Nutrisi berperan vital dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan, sekaligus mencegah berbagai penyakit akibat kekurangan nutrisi. Kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, seng (Zn), vitamin A, tiamin, kalium, dan lainnya dapat menghambat tumbuh kembang anak. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang baik diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan anak sesuai usia, meningkatkan kualitas hidup, dan mencegah morbiditas serta mortalitas. Sumber referensi yang digunakan adalah Aziz Alimul Hidayat (2005). Penjelasan ini memberikan dasar penting mengenai dampak kekurangan nutrisi pada kesehatan anak dan betapa pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi yang optimal sejak dini. Penjelasan ini menjadi landasan untuk pemahaman lebih lanjut tentang komponen-komponen nutrisi yang dibutuhkan dan potensi dampak kekurangannya.

2. Macronutrien Karbohidrat Lemak dan Protein

Pembahasan berlanjut pada macronutrien, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Karbohidrat dijelaskan sebagai sumber energi utama yang mudah didapat dari berbagai makanan. Kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari total kalori dapat menyebabkan kelaparan dan penurunan berat badan, sementara kelebihannya dapat mengakibatkan obesitas. Sumber karbohidrat antara lain susu, padi-padian, buah-buahan, sirup, sukrosa, tepung, dan sayuran (Aziz Alimul Hidayat, 2005). Lemak berperan sebagai pengangkut vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak. Lemak nabati kaya asam lemak tak jenuh (kacang-kacangan, kelapa), sementara lemak hewani mengandung asam lemak jenuh (daging sapi, kambing). Protein, sebagai zat gizi dasar, penting untuk pembentukan sel, pertumbuhan, perbaikan jaringan, dan keseimbangan osmotik. Protein terdiri dari 24 asam amino, 9 di antaranya esensial. Kekurangan protein dapat menyebabkan kelemahan, edema, kwashiorkor (kekurangan protein saja), atau marasmus (kekurangan protein dan kalori) (Solihin Pudjiadi, 2001). Sumber protein dan lemak juga dijelaskan secara detail.

3. Mikronutrien Vitamin dan Mineral serta Peran Air

Bagian ini menjelaskan mikronutrien, yaitu vitamin dan mineral. Zat gizi ini memiliki fungsi spesifik dan dibutuhkan dalam jumlah yang berbeda untuk setiap usia. Zat gizi makro meliputi kalori dan air (H2O), dengan kalori berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak (Berhman, dkk. 1996). Vitamin dan mineral dibahas secara singkat, mencakup vitamin yang larut lemak (A, D, E, K) dan vitamin yang larut air (kompleks B). Kekurangan vitamin dapat menyebabkan terhentinya pertumbuhan dan gangguan kesehatan, sementara kelebihan vitamin larut lemak dapat membahayakan tubuh karena tertimbun dalam jaringan (Rahayu Widodo, 2009). Mineral seperti kalsium, klorida, kromium, dan tembaga juga dijelaskan, beserta fungsinya dan sumbernya. Terakhir, peran air sebagai komponen utama tubuh manusia dijelaskan, mencakup proporsi air dalam tubuh, dampak kekurangan cairan (dehidrasi), dan kebutuhan air harian (Ari Yuniasatuti, 2008). Bagian ini memberikan gambaran komprehensif tentang peran mikronutrien dan air dalam menjaga kesehatan dan mendukung pertumbuhan optimal.

III.A

Pengkajian terhadap An.A meliputi pemeriksaan fisik, yang menunjukkan gejala kekurangan nutrisi seperti berat badan rendah (16 kg), tinggi badan 120 cm, pucat, rambut tipis dan merah, serta stomatitis. Anak tersebut juga mengeluhkan sering mengantuk, pusing, dan lemas. Pola makan An.A tidak teratur, dengan frekuensi makan yang tidak menentu dan kecenderungan untuk jajan di luar rumah. Hasil pengkajian menunjukkan adanya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia.

1. Data Antropometri dan Keluhan An.A

Pengkajian diawali dengan data antropometri An.A, anak perempuan berusia 9 tahun dari Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas. Berat badan An.A tercatat 16 kg dengan tinggi badan 120 cm, yang mengindikasikan adanya kekurangan berat badan. Selain data fisik, keluhan An.A juga dicatat, yaitu sering mengantuk di sekolah, pusing, mata berkunang-kunang, lemas, mudah lelah, dan sering sakit. Keluhan ini telah dirasakan sejak usia 1 tahun. Dari informasi ini, terlihat adanya indikasi masalah kesehatan yang signifikan yang berpotensi berkaitan dengan status gizinya. Kondisi An.A yang sering sakit dan lemas menandakan pentingnya evaluasi lebih lanjut terhadap status gizi dan kesehatannya secara menyeluruh. Data ini kemudian dikaitkan dengan hasil pemeriksaan fisik untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang kondisi kesehatannya.

2. Hasil Pemeriksaan Fisik An.A

Pemeriksaan fisik An.A menunjukkan beberapa temuan yang relevan dengan status gizinya. Secara umum, An.A sadar dan kooperatif, dengan suhu tubuh 36,8°C, nadi 64x/menit, dan pernapasan 20x/menit. Pemeriksaan kepala dan rambut menunjukkan rambut tipis dan merah, kering, tetapi bersih. An.A tampak kurus dan pucat, dengan konjungtiva anemis dan stomatitis. Pemeriksaan lebih lanjut meliputi mata, hidung, telinga, dan kulit yang hasilnya umumnya normal, kecuali kondisi kulit yang kering. Pemeriksaan thoraks menunjukkan pernapasan normal. Pemeriksaan mulut dan faring menunjukkan adanya stomatitis pada gusi, tetapi kondisi lidah dan pita suara baik. Pemeriksaan leher menunjukkan posisi trakea normal dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau limfe. Secara keseluruhan, pemeriksaan fisik mendukung adanya indikasi kekurangan nutrisi, terutama ditunjukkan oleh kondisi fisik An.A yang kurus, pucat, rambut tipis, dan adanya stomatitis.

3. Pola Kebiasaan Makan dan Diagnosa Keperawatan

Pengkajian pola kebiasaan sehari-hari An.A menunjukkan frekuensi makan yang tidak menentu karena kurang nafsu makan (anoreksia). An.A lebih suka jajan di luar daripada makan di rumah. Ia tidak mengeluhkan nyeri ulu hati, mual, atau muntah. Jumlah makanan yang dikonsumsi hanya seperempat piring. Berdasarkan data yang dikumpulkan, peneliti memberikan diagnosa keperawatan utama: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, ditandai dengan beberapa indikator fisik An.A, seperti pucat, rambut tipis, konjungtiva anemis, stomatitis, berat badan 16 kg, tinggi badan 120 cm, dan usia 9 tahun. Selain itu, diagnosa tambahan yaitu kurang pengetahuan tentang nutrisi anak usia 9 tahun juga diberikan, diindikasikan dari kebingungan keluarga ketika ditanya mengenai nutrisi An.A. Diagnosa ini menjadi dasar perencanaan intervensi keperawatan untuk meningkatkan status gizi An.A.

IV.Kesimpulan dan Saran

Kesimpulannya, An.A mengalami kekurangan nutrisi yang signifikan. Saran diberikan kepada masyarakat, khususnya ibu dan anak, untuk menjaga pola makan sehat dan mempertahankan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Pentingnya edukasi tentang gizi dan asupan nutrisi yang tepat untuk mencegah gizi kurang pada anak-anak usia sekolah ditekankan.

1. Kesimpulan tentang Status Nutrisi An.A

Kesimpulan laporan ini, berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada 17-21 Juni 2013 di Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas, menunjukkan bahwa An.A mengalami kekurangan nutrisi. Hal ini didukung oleh keterangan ibu An.A yang menyatakan bahwa anaknya tidak suka makan, lebih memilih jajan di luar, sering sakit-sakitan, dan menunjukkan gejala fisik seperti kurus, pucat, lemah, serta rambut tipis dan merah. Data antropometri An.A memperkuat kesimpulan ini, dengan berat badan 16 kg dan tinggi badan 120 cm pada usia 9 tahun. Kesimpulan ini menekankan adanya ketidakseimbangan nutrisi yang signifikan pada An.A dan menunjukkan perlunya intervensi untuk memperbaiki status gizinya. Lokasi penelitian, Kelurahan Harjosari I, Medan Amplas, memberikan konteks geografis bagi temuan ini. Kesimpulan ini menjadi dasar bagi rekomendasi dan saran yang diberikan untuk mengatasi masalah kekurangan nutrisi pada An.A dan anak-anak lainnya.

2. Rekomendasi dan Saran untuk Peningkatan Nutrisi

Berdasarkan hasil pengkajian, laporan ini memberikan saran kepada masyarakat, khususnya ibu dan anak, di Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas, untuk mempertahankan dan meningkatkan asupan nutrisi yang seimbang bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Saran ini didasarkan pada temuan bahwa status nutrisi An.A masih kurang dari kebutuhan nutrisi anak seusianya. Rekomendasi ini menekankan pentingnya peran keluarga dalam memberikan edukasi dan memastikan pemenuhan gizi yang optimal. Saran ini bersifat umum namun penting, mengingat tingginya angka kekurangan gizi di Sumatera Utara. Kesimpulan dan saran yang diberikan berharap dapat memberikan kontribusi positif terhadap upaya peningkatan status gizi anak dan pencegahan masalah kekurangan nutrisi di masa mendatang. Lokasi penelitian, Medan Amplas, menjadi konteks spesifik dari rekomendasi ini.