Konsep Diri Pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit

Konsep Diri Pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit

Informasi dokumen

Penulis

Khairiyatul Munawwarah

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan S1 Ilmu Keperawatan
Tahun terbit 2015
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 5.76 MB
  • Konsep Diri
  • Pengguna NAPZA
  • Rehabilitasi

Ringkasan

I.Tujuan Penelitian Memahami Konsep Diri Pengguna NAPZA

Penelitian kualitatif fenomenologis ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep diri dari enam pengguna NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Studi ini menggunakan metode purposive sampling dan analisis data Colaizzi untuk mengidentifikasi tema-tema utama yang berkaitan dengan konsep diri para pengguna NAPZA.

1. Latar Belakang Masalah Maraknya Penyalahgunaan NAPZA dan Dampaknya pada Konsep Diri

Dokumen diawali dengan pengakuan bahwa penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) sudah menjadi masalah yang sangat umum dan meresahkan. Meningkatnya jumlah pengguna NAPZA berdampak negatif terhadap ketahanan bangsa dan negara. Penggunaan NAPZA menimbulkan berbagai efek samping, baik fisik maupun psikologis, salah satunya adalah dampak negatif pada konsep diri. Pengguna NAPZA cenderung menilai diri sendiri secara negatif dan dinilai negatif oleh orang lain. Hal ini menjadi landasan utama penelitian untuk memahami lebih dalam konsep diri pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.

2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Mengungkap Konsep Diri Pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al Kamal Sibolangit Centre

Penelitian ini difokuskan pada pertanyaan utama: bagaimana konsep diri pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre? Tujuannya adalah untuk menggali dan memahami secara mendalam konsep diri dari para pengguna NAPZA di pusat rehabilitasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi pendidikan keperawatan, khususnya dalam memperdalam pemahaman mengenai aspek psikososial dan komunitas dalam konteks penyalahgunaan NAPZA. Hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pengguna NAPZA lainnya mengenai konsep diri yang mereka alami.

3. Metodologi Penelitian Pendekatan Kualitatif Fenomenologi dengan Purposive Sampling

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian fenomenologi bertujuan untuk memahami makna suatu fenomena dari perspektif orang-orang yang mengalaminya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah partisipan sebanyak enam orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Colaizzi, sebuah metode analisis data kualitatif yang sistematis untuk mengidentifikasi tema-tema dari data wawancara. Penelitian ini dilakukan di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre, Sumatera Utara, pada tahun akademik 2014/2015.

II.Temuan Penelitian Enam Tema Utama Konsep Diri Pengguna NAPZA

Hasil penelitian mengungkap enam tema utama terkait konsep diri pengguna NAPZA: (1) Kehidupan yang dijalani, meliputi perubahan setelah penggunaan NAPZA dan setelah rehabilitasi; (2) Perubahan akibat penggunaan NAPZA, mencakup perubahan fisik dan perilaku; (3) Respon psikologis pengguna selama masa penggunaan NAPZA, termasuk tanggapan terhadap tubuh sendiri, penilaian orang lain, dan penilaian diri; (4) Respon lingkungan (keluarga dan masyarakat) terhadap penggunaan NAPZA; (5) Tanggung jawab yang terbengkalai selama penggunaan NAPZA (terhadap orang tua, keluarga, pekerjaan, dan sekolah); dan (6) Harapan untuk masa depan yang lebih baik. Penelitian ini dilakukan di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre pada tahun akademik 2014/2015.

1. Kehidupan yang Dijalani Pengguna NAPZA Sebelum dan Sesudah Rehabilitasi

Tema pertama mengkaji kehidupan pengguna NAPZA sebelum dan setelah menjalani rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Sebelum rehabilitasi, kehidupan mereka digambarkan sebagai tidak terarah dan hancur, ditandai dengan penyalahgunaan NAPZA yang menjadi prioritas utama melebihi tanggung jawab keluarga, pekerjaan, dan kegiatan lainnya. Setelah menjalani rehabilitasi, terdapat perubahan yang signifikan, dengan kehidupan yang lebih terarah dan menuju perbaikan. Aspek religiusitas yang diintegrasikan dalam terapi rehabilitasi memberikan dampak positif dalam proses pemulihan. Perubahan fisik, seperti peningkatan berat badan, juga diamati. Pandangan keluarga pun menjadi lebih positif setelah masa rehabilitasi.

2. Perubahan Setelah Menggunakan NAPZA Dampak Fisik Perilaku dan Psikologis

Tema kedua berfokus pada perubahan yang terjadi pada pengguna NAPZA setelah mengonsumsi zat tersebut. Perubahan fisik terlihat jelas, seperti penurunan berat badan sebelum rehabilitasi dan peningkatan berat badan setelahnya. Perubahan perilaku juga signifikan, termasuk terlibat dalam tindakan kriminal seperti pencurian untuk mendapatkan uang membeli NAPZA, terutama jenis sabu-sabu. Perubahan kepribadian juga menjadi sorotan, dari yang tadinya sopan dan periang menjadi pemurung dan cenderung berbohong. Perubahan psikologis lainnya mencakup perubahan mood yang drastis, kurangnya rasa tanggung jawab, emosi yang tidak terkendali, serta perasaan dikucilkan dari lingkungan sosial. Studi ini menemukan konsistensi dengan penelitian sebelumnya yang menghubungkan penyalahgunaan narkoba dengan perilaku kekerasan dan gangguan ketertiban di sekolah.

3. Respon Psikologis Pengguna NAPZA Persepsi Diri Penilaian Orang Lain dan Harapan Hidup

Tema ketiga meneliti respon psikologis pengguna NAPZA selama masa penggunaan. Penelitian ini menyingkap tanggapan para pengguna terhadap kondisi fisik mereka, penilaian dari orang lain, dan penilaian diri sendiri. Sebelum rehabilitasi, pengguna NAPZA cenderung tidak peduli terhadap penilaian orang lain. Namun, setelah menjalani rehabilitasi, mereka menjadi lebih sensitif terhadap penilaian positif dari orang terdekat, yang menjadi motivasi utama dalam proses pemulihan. Penilaian negatif justru berdampak sedih dan membuat mereka merasa putus asa. Penelitian juga menyingkap adanya harapan untuk masa depan yang lebih baik, bahkan ada yang memiliki cita-cita yang ingin dicapai, seperti mengikuti ujian penerimaan polisi, menunjukkan tekad kuat untuk berubah dan memperbaiki diri.

4. Respon Orang Lain terhadap Penggunaan NAPZA Keluarga dan Masyarakat

Tema keempat membahas respon keluarga dan masyarakat terhadap pengguna NAPZA. Sebelum rehabilitasi, banyak pengguna NAPZA merasa dipandang sebelah mata oleh keluarga dan masyarakat. Dukungan, motivasi, dan perhatian dari lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap pandangan pengguna NAPZA terhadap diri sendiri dan bagaimana mereka berinteraksi dalam kehidupan sosial. Penilaian positif dari orang sekitar memberikan motivasi yang kuat untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Setelah menjalani rehabilitasi, pandangan keluarga terhadap pengguna NAPZA cenderung lebih positif, memberikan dukungan dan kepercayaan diri bagi mereka untuk memulai kehidupan baru.

5. Tanggung Jawab Selama Penggunaan NAPZA Pengabaian Peran dan Kewajiban

Tema kelima berfokus pada tanggung jawab pengguna NAPZA. Selama masa penggunaan NAPZA, pengguna seringkali mengabaikan tanggung jawab mereka sebagai anak, kepala keluarga, pelajar, atau karyawan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh NAPZA yang membuat mereka egois dan hanya mementingkan kepuasan diri sendiri. Mereka lalai dalam menjalankan kewajiban sehari-hari, seperti pekerjaan dan sekolah. Mereka juga cenderung menarik diri dari kegiatan sosial dan keluarga. Akibatnya, hubungan keluarga dan pekerjaan mereka menjadi terganggu, bahkan bisa menyebabkan perceraian dan masalah hukum.

6. Harapan Pengguna NAPZA Cita cita dan Tekad untuk Perubahan

Tema keenam menyorot harapan pengguna NAPZA untuk masa depan. Meskipun telah mengalami masa-masa sulit dan penilaian negatif, mereka tetap memiliki harapan untuk berubah dan menjadi lebih baik. Kesadaran dan tekad untuk memperbaiki diri menjadi motivasi yang kuat dalam proses pemulihan. Salah satu partisipan bahkan berencana untuk mengikuti ujian penerimaan polisi setelah menyelesaikan rehabilitasi, menunjukkan adanya cita-cita dan tekad untuk mencapai tujuan hidup meskipun pernah terjerat dalam penyalahgunaan NAPZA.

III.Dampak Penyalahgunaan NAPZA Konsekuensi Fisik Psikologis dan Sosial

Dokumen ini menjabarkan dampak negatif penyalahgunaan NAPZA, yang meliputi gangguan fisik (terutama pada sistem saraf pusat), gangguan mental-emosional (depresi, kecemasan, perubahan mood), serta gangguan sosial (kerusakan hubungan keluarga, kehilangan pekerjaan, dan terlibat dalam tindak kriminal). Studi ini menekankan pentingnya memahami konsep diri dalam konteks penyalahgunaan NAPZA dan proses rehabilitasi.

1. Dampak Fisik Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan fisik pengguna. NAPZA, sebagai zat yang memengaruhi sistem saraf pusat, menyebabkan berbagai gangguan fisik. Sistem saraf pusat, otak, dan sumsum tulang belakang paling terpengaruh. Selain itu, organ-organ otonom seperti jantung, paru-paru, hati, dan ginjal juga mengalami dampak negatif. Dokumen menyebutkan bahwa dampaknya bergantung pada dosis, frekuensi penggunaan, cara penggunaan, serta faktor psikologis dan biologis individu. Studi ini tidak secara detail menjelaskan semua dampak fisik, tetapi menekankan bahwa dampaknya cukup berbahaya dan merugikan kesehatan.

2. Dampak Psikologis Penyalahgunaan NAPZA

Dampak psikologis penyalahgunaan NAPZA sangat beragam dan serius. Pengguna sering mengalami gangguan mental dan emosional yang mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, dan pendidikan mereka. Prestasi akademik atau pekerjaan cenderung menurun, bahkan hingga pemecatan. Hubungan dengan keluarga dan teman dekat juga sering terganggu. Penggunaan NAPZA dalam jangka panjang menimbulkan toleransi, sehingga kebutuhan akan zat tersebut semakin meningkat. Akibatnya, pengguna cenderung lebih mudah tersinggung, mengalami perubahan mood mendadak, dan kehilangan rasa tanggung jawab. Perilaku manipulatif, berbohong, serta mengabaikan ibadah juga sering terjadi. Dalam kondisi intoksikasi, pengguna NAPZA dapat menjadi agresif dan impulsif, meningkatkan risiko tindakan kriminal.

3. Dampak Sosial Penyalahgunaan NAPZA Keluarga Masyarakat dan Hukum

Penyalahgunaan NAPZA berdampak buruk pada kehidupan sosial pengguna. Mereka seringkali menarik diri dari kegiatan keluarga dan masyarakat, mengalami keretakan hubungan rumah tangga, bahkan hingga perceraian. Kehilangan pekerjaan dan pendidikan merupakan konsekuensi umum. Sikap keluarga yang mencurigai, memojokkan, dan mengungkit masa lalu pengguna dapat menyebabkan kambuhnya (relapse) kecanduan. Pentingnya peran keluarga dalam pembentukan konsep diri juga diulas, di mana ketidakpedulian atau sikap negatif keluarga dapat memperburuk kondisi pengguna. Peredaran NAPZA yang mengkhawatirkan dan dampaknya yang menghancurkan generasi muda (lost generation) juga dibahas, menekankan betapa seriusnya masalah ini dalam konteks sosial dan nasional. Penyalahgunaan NAPZA juga meningkatkan risiko pelanggaran hukum, baik norma sosial maupun hukum umum, akibat kebutuhan yang tak tertahankan untuk mengonsumsi zat tersebut.

IV.Proses Penelitian Wawancara Mendalam dan Analisis Data

Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan enam partisipan. Wawancara dilakukan dua kali, satu secara langsung dan satu melalui telepon karena kendala jarak dan aktivitas vulkanik Gunung Sinabung. Analisis data menggunakan metode Colaizzi yang meliputi tujuh langkah untuk mengidentifikasi tema-tema dari transkrip wawancara. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai konsep diri pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.

1. Pengumpulan Data Wawancara Mendalam dengan Partisipan

Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan enam partisipan di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Untuk membangun hubungan yang baik dan memperoleh informasi yang akurat, peneliti menerapkan teknik prolonged engagement dengan melakukan pendekatan dan percakapan ringan sebelum mengajukan pertanyaan inti penelitian. Tujuan wawancara dijelaskan secara rinci kepada setiap partisipan. Setiap sesi wawancara berlangsung selama kurang lebih 50 menit. Metode wawancara yang digunakan melibatkan dua kali pertemuan, satu kali pertemuan langsung dan satu kali pertemuan tidak langsung melalui telepon. Hal ini dikarenakan keterbatasan akses ke lokasi penelitian akibat abu vulkanik dari Gunung Sinabung, dan juga untuk melengkapi data penelitian yang kurang. Teknik probing digunakan untuk menggali informasi lebih dalam, dan seluruh proses wawancara direkam menggunakan handphone.

2. Analisis Data Metode Colaizzi untuk Mengidentifikasi Tema Konsep Diri

Analisis data menggunakan metode Colaizzi, yang terdiri dari tujuh langkah. Langkah-langkah tersebut meliputi: (a) membaca semua transkrip wawancara untuk memahami perasaan partisipan; (b) meninjau setiap transkrip dan memilih pernyataan yang signifikan; (c) menguraikan arti dari setiap pernyataan signifikan; (d) mengelompokkan makna-makna tersebut ke dalam tema-tema; (e) mengintegrasikan hasil ke dalam bentuk deskripsi; (f) merumuskan deskripsi lengkap fenomena yang diteliti; dan (g) memvalidasi temuan kepada partisipan. Metode ini dipilih karena penelitian menggunakan pendekatan fenomenologi yang bertujuan untuk menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi pengguna NAPZA terkait konsep diri secara komprehensif dan mendalam. Proses analisis bertujuan untuk mengidentifikasi tema-tema utama yang merepresentasikan konsep diri pengguna NAPZA di pusat rehabilitasi tersebut.

V.Kesimpulan dan Saran Dukungan dan Motivasi untuk Pemulihan

Kesimpulannya, penelitian ini menyoroti pentingnya dukungan keluarga dan masyarakat dalam proses pemulihan pengguna NAPZA. Penelitian ini merekomendasikan agar lembaga pendidikan keperawatan memperdalam materi psikososial dan komunitas terkait penyalahgunaan NAPZA dan konsep diri. Saran juga diberikan untuk memberikan motivasi dan penilaian positif kepada pengguna NAPZA selama rehabilitasi dan membantu mereka menetapkan target pencapaian yang realistis setelah rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.

1. Kesimpulan Enam Tema Utama Konsep Diri Pengguna NAPZA

Kesimpulan penelitian mengungkapkan enam tema utama yang berkaitan dengan konsep diri pengguna NAPZA di Pusat Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Keenam tema tersebut adalah: (1) kehidupan yang dijalani pengguna NAPZA sebelum dan setelah rehabilitasi, (2) perubahan fisik dan perilaku yang terjadi akibat penggunaan NAPZA, (3) respon psikologis pengguna selama masa penggunaan NAPZA, termasuk penilaian diri dan respon terhadap penilaian orang lain, (4) respon keluarga dan masyarakat terhadap penggunaan NAPZA oleh individu, (5) tanggung jawab yang terabaikan selama masa penggunaan NAPZA, seperti tanggung jawab kepada orang tua, keluarga, pekerjaan, dan sekolah, dan (6) harapan pengguna NAPZA untuk masa depan yang lebih baik. Temuan ini didapatkan dari wawancara mendalam dengan enam partisipan dan dianalisis menggunakan metode Colaizzi.

2. Saran Penguatan Dukungan Keluarga dan Pengembangan Kurikulum Keperawatan

Berdasarkan temuan penelitian, beberapa saran diberikan. Pertama, perlu adanya penguatan dukungan dan motivasi kepada pengguna NAPZA, terutama melalui pemberian penilaian positif secara terus-menerus untuk meningkatkan harga diri. Kedua, perlu ditekankan kembali rasa tanggung jawab pengguna NAPZA untuk membangun kembali kepercayaan diri mereka. Ketiga, lembaga pendidikan keperawatan, khususnya dalam blok psikososial dan komunitas, diharapkan memperdalam pembahasan mengenai konsep diri pengguna NAPZA. Keempat, pentingnya penetapan target pencapaian yang realistis bagi pengguna NAPZA setelah menyelesaikan rehabilitasi untuk membantu mereka merencanakan kehidupan yang lebih terarah. Terakhir, diharapkan adanya kolaborasi antara pihak pengelola rehabilitasi dengan keluarga pengguna NAPZA untuk memberikan terapi yang komprehensif dan dukungan psikologis yang berkelanjutan.