
Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Paprika
Informasi dokumen
Penulis | Helen Salviani |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Sarjana Farmasi |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tempat | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 4.59 MB |
- Karakterisasi Simplisia
- Fitokimia
- Aktivitas Antioksidan
Ringkasan
I.Latar Belakang Penelitian Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Paprika
Penelitian ini meneliti aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol buah paprika ( Capsicum annum L. cv. group grossum) merah, kuning, dan hijau. Paprika, sebagai komoditas penting dengan kandungan nutrisi lengkap, juga dikenal memiliki khasiat obat. Penelitian ini penting karena peningkatan minat terhadap antioksidan alami sebagai alternatif yang lebih aman daripada antioksidan sintetis yang berpotensi toksik. Tujuannya adalah untuk menentukan karakteristik simplisia, melakukan skrining fitokimia, dan menguji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) dan metode β-karoten-asam linoleat. Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi masalah penyakit degeneratif yang disebabkan oleh radikal bebas.
1. Perkembangan Paprika dan Kebutuhan Antioksidan Alami
Paprika (Capsicum annum L. cv. group grossum) merupakan komoditas penting yang berkembang pesat, dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Dieng (Jawa Tengah), Puncak dan Lembang (Jawa Barat), serta Brastagi (Sumatera Utara). Selain sebagai bahan pangan dengan kandungan nutrisi lengkap (protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin), paprika juga memiliki senyawa berkhasiat obat, misalnya untuk meredakan nyeri dan melancarkan aliran darah. Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap efek samping antioksidan sintetis (bersifat toksik dan karsinogenik jika digunakan dalam jangka panjang dan dosis berlebihan) mendorong pencarian alternatif antioksidan alami yang lebih aman. Hal ini menjadi latar belakang pentingnya penelitian terhadap potensi antioksidan pada buah paprika.
2. Penyakit Degeneratif dan Peran Antioksidan
Banyak penyakit degeneratif, seperti kanker, penyakit jantung koroner, artritis, diabetes, dan kanker hati, disebabkan oleh ketidakmampuan antioksidan dalam tubuh untuk menetralisir peningkatan konsentrasi radikal bebas. Radikal bebas sendiri dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk polusi, debu, dan proses metabolisme normal. Antioksidan berfungsi untuk mengatasi dan menetralisir radikal bebas, sehingga diharapkan dapat menghambat proses penuaan dan mencegah kerusakan tubuh yang memicu penyakit degeneratif. Oleh karena itu, penelitian mengenai sumber antioksidan alami, seperti paprika, sangat penting untuk mencari solusi pencegahan dan pengobatan penyakit degeneratif.
3. Paprika sebagai Sumber Antioksidan Alami dan Tujuan Penelitian
Beberapa tumbuhan, termasuk sayuran, buah-buahan segar, dan rempah-rempah, merupakan sumber antioksidan alami. Paprika, sebagai salah satu rempah-rempah yang banyak digunakan, menjadi fokus penelitian ini. Paprika telah digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, dan makanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia paprika, melakukan skrining fitokimia untuk mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung, dan menguji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol paprika merah, kuning, dan hijau. Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan adalah metode pemerangkapan radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil) dan metode β-karoten-asam linoleat.
II.Metode Penelitian Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Antioksidan
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Tahapannya meliputi pembuatan simplisia paprika, karakterisasi simplisia (termasuk penetapan kadar air dan abu), skrining fitokimia untuk mengidentifikasi senyawa seperti flavonoid, glikosida, dan steroid/triterpenoid. Ekstraksi etanol dilakukan menggunakan metode perkolasi. Aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol paprika merah (EEBPM), kuning (EEBPK), dan hijau (EEBPH) diuji menggunakan metode DPPH dan metode β-karoten-asam linoleat dengan spektrofotometer UV-Visibel. Parameter utama yang diukur adalah nilai IC50.
1. Persiapan Sampel dan Ekstraksi
Metode penelitian ini bersifat eksperimental. Dimulai dengan penyiapan bahan berupa buah paprika merah, kuning, dan hijau. Proses pembuatan simplisia dilakukan, diikuti dengan karakterisasi simplisia dan ekstraknya, termasuk penetapan kadar air dan abu. Skrining fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung. Ekstraksi menggunakan metode perkolasi dengan etanol sebagai pelarut. Proses perkolasi meliputi maserasi selama 24 jam, pengaturan kecepatan tetesan ekstrak (1 ml/menit), dan pengumpulan perkolat. Ekstrak kental kemudian diperoleh melalui proses penguapan vakum putar dan freeze dryer, menghasilkan ekstrak etanol buah paprika merah, kuning, dan hijau dengan berat yang bervariasi. Metode ini memastikan terekstraksinya senyawa aktif dari simplisia paprika untuk uji selanjutnya.
2. Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol paprika merah (EEBPM), kuning (EEBPK), dan hijau (EEBPH) diuji menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). Larutan uji dengan berbagai konsentrasi (50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm) dibuat dan dicampur dengan larutan DPPH. Campuran tersebut didiamkan selama 60 menit pada suhu kamar sebelum diukur absorbansi pada panjang gelombang 516 nm menggunakan spektrofotometer UV-Visibel. Vitamin C digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui tingkat efektivitas antioksidan dari ekstrak paprika. Metode DPPH ini mengukur kemampuan ekstrak dalam memerangkap radikal bebas DPPH, yang ditunjukkan oleh penurunan absorbansi. Nilai IC50 yang dihasilkan menunjukkan konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH.
3. Pengujian Aktivitas Antioksidan dengan Metode β karoten asam Linoleat
Selain metode DPPH, aktivitas antioksidan juga diuji menggunakan metode β-karoten-asam linoleat. Pengujian ini dilakukan dengan mengukur perubahan warna (pemucahan warna jingga β-karoten) selama periode waktu tertentu (0-120 menit, dengan interval 15 menit) pada panjang gelombang 470 nm menggunakan spektrofotometer UV-Visibel. Metode ini berdasarkan pada kemampuan antioksidan dalam mencegah oksidasi β-karoten oleh radikal bebas asam linoleat. Butil hidroksitoluena (BHT) dan kuersetin digunakan sebagai pembanding untuk membandingkan aktivitas antioksidan ekstrak paprika. Pengukuran absorbansi pada waktu yang berbeda memberikan gambaran tentang kinetika penghambatan oksidasi β-karoten oleh ekstrak paprika.
III.Hasil Penelitian Karakterisasi dan Aktivitas Antioksidan Paprika
Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ketiga jenis paprika mengandung flavonoid, glikosida, dan steroid/triterpenoid. Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan nilai IC50 yang berbeda untuk setiap warna paprika, dengan paprika merah menunjukkan aktivitas tertinggi. Pengujian dengan metode β-karoten-asam linoleat juga menunjukkan perbedaan aktivitas antioksidan antar warna paprika, dengan paprika merah memiliki aktivitas paling tinggi. Analisis statistik (ANOVA dan uji Post Hoc LSD) menunjukkan perbedaan signifikan antar sampel (p < 0,05). Hasil menunjukkan potensi paprika, khususnya paprika merah, sebagai sumber antioksidan alami yang efektif.
1. Karakterisasi Simplisia Paprika
Pemeriksaan makroskopis paprika menunjukkan bentuk buah menyerupai tomat, permukaan mengkilat, bergelombang, dan berongga. Ukuran dan warna bervariasi (merah, kuning, hijau). Analisis kadar air ekstrak etanol paprika merah, kuning, dan hijau menunjukkan persentase berturut-turut 21,29%, 20,52%, dan 19,24%, memenuhi persyaratan untuk ekstrak kental (extractum spissum). Penetapan kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut dalam asam juga dilakukan, memberikan informasi mengenai kandungan senyawa anorganik. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa simplisia paprika merah, kuning, dan hijau mengandung flavonoid, glikosida, dan steroid/triterpenoid. Keberadaan flavonoid mendukung potensi antioksidan pada paprika, mengingat gugus hidroksil pada flavonoid mampu mendonorkan hidrogen untuk menetralisir radikal bebas.
2. Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan nilai IC50 yang berbeda untuk setiap warna paprika. Ekstrak etanol paprika hijau (EEBPH) memiliki nilai IC50 sebesar 260,42 ppm, sedangkan ekstrak etanol paprika merah (EEBPM) 209,76 ppm, dan ekstrak etanol paprika kuning (EEBPK) 218,77 ppm. Vitamin C sebagai pembanding memiliki nilai IC50 sebesar 4,73 ppm. Nilai IC50 yang lebih rendah menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi. Paprika merah menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi, kemungkinan karena kandungan pigmen karotenoid, β-karoten, capsanthin, kuersetin, dan luteolin yang lebih tinggi dibandingkan paprika kuning dan hijau (berdasarkan data Nadeem, 2011).
3. Aktivitas Antioksidan dengan Metode β karoten asam Linoleat
Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode β-karoten-asam linoleat menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak. Paprika merah menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi dibandingkan paprika kuning dan hijau. Butil hidroksitoluena (BHT) pada konsentrasi 100 ppm menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada kuersetin pada konsentrasi yang sama. Analisis statistik menggunakan ANOVA dan uji Post Hoc LSD menunjukkan perbedaan signifikan (p < 0,05) pada aktivitas antioksidan antar sampel. Hasil ini konsisten dengan hasil pengujian DPPH, mengkonfirmasi potensi antioksidan paprika, terutama paprika merah. Perbedaan aktivitas antioksidan dikaitkan dengan kandungan senyawa aktif seperti β-karoten yang lebih tinggi pada paprika merah.
IV.Kesimpulan
Penelitian ini berhasil mengkarakterisasi simplisia paprika dan menunjukkan potensi ekstrak etanol paprika, terutama yang merah, sebagai sumber antioksidan alami yang efektif. Hasil pengujian dengan metode DPPH dan β-karoten-asam linoleat menunjukkan nilai IC50 yang mengindikasikan kemampuan free radical scavenging yang signifikan. Kandungan flavonoid, glikosida, dan steroid/triterpenoid mendukung aktivitas antioksidan ini. Penelitian lebih lanjut dapat difokuskan pada isolasi dan identifikasi senyawa aktif spesifik serta potensi aplikasi dalam produk kesehatan.
1. Ringkasan Temuan Karakterisasi Simplisia
Penelitian ini berhasil mengkarakterisasi simplisia paprika melalui pemeriksaan makroskopis dan fitokimia. Secara makroskopis, paprika memiliki karakteristik bentuk, ukuran, dan warna yang beragam. Analisis kadar air menunjukkan bahwa ekstrak etanol paprika merah, kuning, dan hijau memenuhi standar untuk ekstrak kental. Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya flavonoid, glikosida, dan steroid/triterpenoid pada ketiga jenis paprika. Keberadaan senyawa-senyawa ini menunjukkan potensi paprika sebagai sumber antioksidan alami, mengingat peran flavonoid sebagai penangkap radikal bebas karena kemampuannya mendonorkan atom hidrogen. Data kadar abu total dan abu tak larut dalam asam memberikan informasi tambahan mengenai komposisi anorganik simplisia paprika.
2. Kesimpulan Aktivitas Antioksidan Berdasarkan Pengujian DPPH dan β karoten
Hasil pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etanol paprika merah (EEBPM) memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi, ditunjukkan oleh nilai IC50 terendah (209,76 ppm) dibandingkan paprika kuning (218,77 ppm) dan hijau (260,42 ppm). Hal ini sesuai dengan kandungan senyawa aktif seperti β-karoten, capsanthin, kuersetin, dan luteolin yang lebih tinggi pada paprika merah. Pengujian menggunakan metode β-karoten-asam linoleat memperkuat temuan ini, menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi pada ekstrak paprika merah pada berbagai konsentrasi. Analisis statistik mengonfirmasi perbedaan signifikan aktivitas antioksidan antar warna paprika (p<0.05). Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol paprika, khususnya yang merah, memiliki potensi sebagai sumber antioksidan alami yang efektif.
3. Implikasi dan Saran Penelitian Lebih Lanjut
Penelitian ini menunjukkan potensi ekstrak etanol paprika sebagai sumber antioksidan alami yang menjanjikan, khususnya ekstrak dari paprika merah. Aktivitas antioksidan yang signifikan, dibuktikan melalui pengujian DPPH dan β-karoten, didukung oleh keberadaan senyawa-senyawa fitokimia seperti flavonoid. Hasil ini membuka peluang untuk penelitian lanjutan yang fokus pada isolasi dan identifikasi senyawa aktif spesifik dalam paprika. Penelitian lebih lanjut juga dapat mengeksplorasi potensi aplikasi ekstrak paprika dalam berbagai produk farmasi, kosmetik, atau makanan sebagai antioksidan alami. Penelitian ini dapat menjadi landasan untuk pengembangan produk-produk yang memanfaatkan potensi antioksidan paprika untuk meningkatkan kesehatan.