
Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Terhadap Penambahan Berat Badan Bayi
Informasi dokumen
Penulis | Elpi Rapika Rahmi Tanjung |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | D-IV Bidan Pendidik |
Tempat | Medan |
Jenis dokumen | Karya Tulis Ilmiah |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 4.03 MB |
- Frekuensi Pemberian ASI
- Penambahan Berat Badan Bayi
- Kesehatan Ibu dan Anak
Ringkasan
I.Latar Belakang Background
Penelitian ini menyelidiki hubungan antara frekuensi pemberian ASI eksklusif dan penambahan berat badan bayi. Meskipun menyusui adalah proses alami, pengetahuan tentang ASI dan praktik menyusui yang tepat terkadang kurang di masyarakat modern. Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Bersama Medan untuk mengkaji isu ini, mengingat pentingnya ASI eksklusif untuk pertumbuhan bayi yang optimal.
1. Proses Menyusui yang Alami
Bagian ini menjelaskan bahwa menyusui merupakan proses alami yang berhasil dilakukan oleh jutaan ibu di seluruh dunia tanpa memerlukan panduan khusus. Bahkan ibu yang buta huruf pun mampu menyusui dengan baik. Namun, di tengah perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, pengetahuan dasar tentang menyusui ini justru sering terlupakan atau dikesampingkan dalam budaya kita saat ini, sehingga praktik menyusui yang ideal tidak selalu mudah diterapkan. Hal ini menjadi latar belakang pentingnya penelitian ini untuk mengembalikan dan memperkuat pemahaman tentang pentingnya menyusui, khususnya pemberian ASI eksklusif untuk pertumbuhan bayi.
2. Permasalahan dan Kegagalan Menyusui
Dokumen menjelaskan bahwa kegagalan dalam proses menyusui seringkali diakibatkan oleh berbagai masalah, baik pada ibu maupun bayi. Pada ibu, masalah ini dapat dimulai sejak sebelum persalinan (antenatal), selama masa nifas, dan setelahnya. Sedangkan pada bayi, masalahnya seringkali berhubungan dengan manajemen laktasi, menyebabkan bayi bingung puting atau rewel, sehingga membuat ibu dan keluarga merasa ASI kurang tepat untuk bayinya. Hal ini semakin diperparah dengan rendahnya angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia berdasarkan data SDKI 2007, yaitu hanya 32% bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya ASI eksklusif ini menjadi fokus utama yang mendorong penelitian ini.
3. Rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan Pentingnya Penelitian
Dokumen menyebutkan rekomendasi dari World Health Organization (WHO) dan organisasi kesehatan lainnya, seperti American Academy of Pediatrics (AAP) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif setidaknya selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Rekomendasi ini juga menunjukan fakta bahwa masih banyak ibu yang belum memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan, sehingga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara frekuensi pemberian ASI eksklusif dan penambahan berat badan bayi di Klinik Bersalin Nurbaini Medan (walaupun penelitian sebenarnya dilakukan di Klinik Bersalin Bersama Medan).
4. Penelitian Terdahulu dan Permasalahan Pertumbuhan Bayi
Latar belakang juga menyinggung beberapa penelitian terdahulu yang relevan, misalnya penelitian oleh Budiaman A (2009) tentang perbedaan pertumbuhan bayi usia 0-4 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan yang diberi makanan tambahan. Dokumen juga mencantumkan data Riskesdas 2010 mengenai waktu dimulainya proses menyusui, serta membahas variasi berat badan bayi baru lahir dan pentingnya pemantauan penambahan berat badan sebagai indikator kesehatan. Fluktuasi berat badan bayi, terutama yang disusui, dan kaitannya dengan informasi dan pengetahuan ibu tentang ASI juga menjadi sorotan. Semua poin ini memperkuat alasan dilakukannya penelitian untuk lebih memahami hubungan antara frekuensi pemberian ASI dan penambahan berat badan bayi.
II.Tujuan Penelitian Research Objective
Tujuan utama penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara frekuensi pemberian ASI dan penambahan berat badan bayi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan frekuensi pemberian ASI berkorelasi dengan peningkatan berat badan bayi.
1. Tujuan Utama Penelitian
Tujuan utama penelitian ini sangat terfokus: untuk mengidentifikasi hubungan antara frekuensi pemberian ASI dan penambahan berat badan bayi. Ini berarti penelitian ini ingin mencari tahu apakah terdapat korelasi antara seberapa sering bayi diberi ASI dengan seberapa banyak berat badannya bertambah. Tujuan ini spesifik dan langsung menuju inti permasalahan yang ingin dikaji, yaitu dampak frekuensi pemberian ASI terhadap pertumbuhan bayi yang diukur melalui penambahan berat badannya. Penelitian ini tidak bertujuan untuk membandingkan ASI dengan susu formula, tetapi murni untuk meneliti hubungan antara frekuensi pemberian ASI dengan penambahan berat badan bayi itu sendiri. Dengan demikian, temuan penelitian diharapkan memberikan gambaran yang jelas dan spesifik mengenai dampak frekuensi pemberian ASI terhadap berat badan bayi.
III.Metodologi Penelitian Research Methodology
Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan teknik pengambilan sampel total sampling terhadap 36 responden ibu di Klinik Bersalin Bersama Medan. Data dikumpulkan dan dianalisis menggunakan uji t-dependent untuk menguji hipotesis terkait frekuensi pemberian ASI dan penambahan berat badan bayi.
1. Desain Penelitian dan Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi, yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dua variabel. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, di mana seluruh populasi yang memenuhi kriteria tertentu dijadikan sampel. Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah ibu-ibu yang melahirkan di Klinik Bersalin Bersama Medan dengan kriteria bayi lahir pervaginam, usia kehamilan 37-40 minggu (aterm), berat badan lahir 2500-4000 gram, tidak menderita penyakit bawaan, dan hanya diberi ASI. Total sampel penelitian adalah 36 orang ibu dan bayi. Penelitian dilakukan setelah mendapatkan izin dari institusi pendidikan dan pimpinan klinik bersalin. Aspek etik penelitian juga diperhatikan, dengan memberikan penjelasan kepada responden dan memberikan mereka kebebasan untuk menolak atau mengundurkan diri dari penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menimbang berat badan bayi, baik di klinik maupun di rumah responden dengan bantuan asisten peneliti.
2. Alat Ukur dan Analisis Data
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing dan timbangan bayi merek GEA yang telah ditera. Karena alat ukur yang digunakan sudah baku, maka uji validitas dan reabilitas tidak perlu dilakukan. Analisis data dilakukan setelah seluruh data terkumpul melalui beberapa tahapan, meliputi editing data, pengkodingan data, dan tabulasi data. Data selanjutnya diproses menggunakan komputer. Analisis data terdiri dari analisis univariat, untuk menggambarkan karakteristik responden berdasarkan berat badan lahir bayi, jenis kelamin bayi, anak ke, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan, dan paritas ibu; serta analisis bivariat menggunakan uji t-dependent, untuk menguji hipotesis tentang hubungan antara frekuensi pemberian ASI dan penambahan berat badan bayi. Uji t-dependent digunakan karena membandingkan data berat badan bayi sebelum dan setelah pemberian ASI pada subjek yang sama.
IV.Hasil Penelitian Research Results
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (P=0,000) antara frekuensi pemberian ASI dan penambahan berat badan bayi. Mayoritas responden (75%) memberikan ASI 9 kali dalam 24 jam. Data demografis responden menunjukkan mayoritas perempuan, ibu dari anak pertama, berusia 20-35 tahun, berpendidikan SMA, dan berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Penelitian juga menemukan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif memiliki peningkatan berat badan yang signifikan dibandingkan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif.
1. Karakteristik Responden
Dari 36 responden, mayoritas (58,3%) berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar (44,4%) merupakan ibu yang melahirkan anak pertama. Usia ibu seluruhnya berada di rentang 20-35 tahun (100%). Mayoritas responden memiliki pendidikan SMA (94,4%) dan berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) (86%). Sebagian besar responden (44,4%) hanya memiliki satu anak. Frekuensi pemberian ASI dalam 24 jam pada mayoritas responden (75%) adalah 9 kali. Data demografis ini memberikan gambaran umum tentang profil responden dan bisa memberikan konteks terhadap hasil penelitian lebih lanjut.
2. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI dan Penambahan Berat Badan Bayi
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (nilai P=0,000) antara frekuensi pemberian ASI dan penambahan berat badan bayi. Artinya, semakin sering bayi diberikan ASI, semakin signifikan penambahan berat badannya. Temuan ini mendukung hipotesis penelitian dan menunjukkan peran penting frekuensi pemberian ASI dalam mendukung pertumbuhan bayi. Perbedaan rata-rata berat badan bayi sebelum dan sesudah pemberian ASI menunjukkan peningkatan yang signifikan, menekankan pengaruh positif dari frekuensi pemberian ASI terhadap penambahan berat badan. Meskipun demikian, hasil penelitian ini perlu dipertimbangkan dalam konteks jumlah sampel yang terbatas.
3. Perbandingan dengan Penelitian Lain
Hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Purwani dan Afidarti (2012) yang menemukan tidak ada hubungan signifikan antara frekuensi menyusui dan berat badan bayi. Perbedaan hasil ini mungkin disebabkan oleh perbedaan metodologi, populasi, atau faktor-faktor lain yang tidak tercakup dalam penelitian ini. Penelitian ini juga menyoroti data dari IDAI (2008) yang merekomendasikan pemberian ASI minimal lebih dari 8 kali dalam 24 jam untuk memenuhi kebutuhan bayi. Perbedaan hasil ini menekankan pentingnya replikasi penelitian dan mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi pertumbuhan bayi.
V.Kesimpulan Conclusion
Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara frekuensi pemberian ASI dan penambahan berat badan bayi. Pemberian ASI secara lebih sering berkorelasi positif dengan peningkatan berat badan bayi. Temuan ini mendukung anjuran pemberian ASI eksklusif untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Keterbatasan penelitian meliputi keterbatasan waktu pemantauan dan jumlah sampel yang terbatas.
1. Kesimpulan Utama
Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI dan penambahan berat badan bayi. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai P=0,000, yang mengindikasikan hubungan tersebut sangat signifikan secara statistik. Temuan ini mendukung anjuran untuk memberikan ASI sesering mungkin sesuai kebutuhan bayi, guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Kesimpulan ini memiliki implikasi penting dalam praktik pemberian ASI dan edukasi kepada ibu menyusui.
2. Implikasi Temuan
Temuan ini memberikan bukti empiris tentang pentingnya frekuensi pemberian ASI dalam meningkatkan penambahan berat badan bayi. Hasil ini sejalan dengan rekomendasi dari IDAI yang menganjurkan pemberian ASI minimal lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya edukasi dan konseling kepada ibu menyusui tentang pentingnya frekuensi pemberian ASI untuk memastikan pertumbuhan bayi yang sehat. Temuan ini dapat digunakan untuk menyusun program promosi dan edukasi kesehatan ibu dan anak yang lebih efektif.
3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk keterbatasan waktu untuk memantau pemberian ASI kepada responden, kemungkinan adanya bias dalam pengungkapan ide dan pendapat, serta potensi ketidaksempurnaan dalam teknik pengolahan dan analisis data. Keterbatasan ini perlu dipertimbangkan dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Jumlah sampel yang terbatas juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan. Penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan metode yang lebih komprehensif disarankan untuk menguatkan temuan ini dan mengatasi keterbatasan tersebut.
VI.Informasi Tambahan Additional Information
Penelitian dilakukan di Klinik Bersalin Bersama Medan pada tahun 2013. Jumlah sampel penelitian adalah 36 ibu dan bayi. Penelitian mengkaji pertumbuhan bayi selama 2 bulan pertama kehidupan. Hasil mendukung rekomendasi WHO dan IDAI mengenai ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi.
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Bersama Medan pada tahun 2013. Lokasi penelitian ini penting karena memberikan konteks spesifik terhadap hasil penelitian. Klinik bersalin dipilih karena merupakan tempat yang tepat untuk mengamati praktik menyusui dan memantau pertumbuhan bayi. Tahun penelitian juga perlu dicatat karena tren praktik menyusui dan pengetahuan tentang ASI mungkin berubah seiring waktu. Informasi ini melengkapi gambaran keseluruhan metodologi dan konteks temuan penelitian.
2. Jumlah Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36 orang ibu dan bayi. Ukuran sampel ini penting karena memengaruhi generalisasi hasil penelitian. Sampel yang terbatas dapat membatasi kemampuan untuk menggeneralisasi temuan ke populasi yang lebih luas. Informasi ini memberi transparansi dan memungkinkan pembaca untuk menilai kekuatan dan keterbatasan temuan penelitian berdasarkan ukuran sampelnya. Studi dengan sampel yang lebih besar mungkin memberikan hasil yang lebih representatif.
3. Durasi Pemantauan
Meskipun tidak secara eksplisit disebutkan, penelitian ini kemungkinan memantau pertumbuhan bayi selama beberapa waktu, setidaknya hingga usia 2 bulan, karena disebutkan penimbangan berat badan bayi dilakukan saat lahir dan pada usia 2 bulan. Durasi pemantauan ini penting untuk memahami dinamika pertumbuhan bayi dan bagaimana frekuensi pemberian ASI memengaruhinya. Penelitian yang memantau pertumbuhan bayi dalam jangka waktu yang lebih panjang mungkin memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang dampak pemberian ASI.