Hubungan Antara Migren dan Stres di Kalangan Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Hubungan Antara Migren dan Stres di Kalangan Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Informasi dokumen

Penulis

Eshpreet Kaur A/P Harjit Singh

Sekolah

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Jurusan Kedokteran
Jenis dokumen Karya Tulis Ilmiah
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.72 MB
  • Migren
  • Stres
  • Mahasiswa

Ringkasan

I.Latar Belakang dan Tujuan Penelitian Migrain dan Stres pada Mahasiswa

Penelitian ini meneliti hubungan antara migrain dan stres pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU). Migrain, gangguan neurologis yang ditandai nyeri kepala unilateral berdenyut disertai mual dan muntah, diketahui dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap korelasi antara kedua variabel tersebut pada populasi mahasiswa FK USU yang berjumlah lebih dari 400 mahasiswa baru per tahunnya. Penelitian ini penting karena stres merupakan salah satu faktor risiko utama timbulnya serangan migrain.

1. Definisi Migrain dan Stres

Bagian ini menjelaskan definisi migrain sebagai gangguan fungsional otak yang ditandai dengan nyeri kepala unilateral, berdenyut, dan sering disertai mual serta muntah. Disebutkan pula bahwa stres merupakan salah satu faktor utama pemicu migrain, sesuai dengan temuan beberapa penelitian sebelumnya. Definisi stres sendiri dalam konteks penelitian ini tidak secara eksplisit dijabarkan secara detail, namun implisit dihubungkan sebagai faktor yang dapat memicu atau memperburuk serangan migrain. Penelitian ini difokuskan untuk mengkaji hubungan antara migrain dan stres pada mahasiswa angkatan 2010 FK USU, mencari korelasi antara kedua kondisi tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara frekuensi atau keparahan migrain dengan tingkat stres yang dialami oleh mahasiswa. Data mengenai prevalensi migrain dan stres di kalangan mahasiswa, baik di Indonesia maupun internasional, tidak secara rinci diuraikan dalam bagian latar belakang ini, melainkan lebih terfokus pada pembenaran atas pentingnya penelitian ini, mengingat stres sebagai faktor risiko migrain yang signifikan.

2. Permasalahan dan Signifikansi Penelitian

Bagian ini menekankan pentingnya penelitian tentang hubungan antara migrain dan stres pada mahasiswa. Meskipun definisi migrain dan stres telah disinggung sebelumnya, bagian ini lebih menyoroti mengapa penelitian ini relevan dan signifikan. Pernyataan bahwa stres merupakan salah satu faktor utama pemicu migrain menjadi dasar utama dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai seberapa besar pengaruh stres terhadap kejadian migrain pada mahasiswa FK USU angkatan 2010. Dengan demikian, penelitian ini memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemahaman tentang faktor risiko migrain serta pengembangan strategi intervensi yang lebih tepat sasaran. Mencari tahu hubungan ini akan memberikan informasi berharga bagi upaya pencegahan dan manajemen migrain pada mahasiswa, terutama dalam konteks lingkungan perkuliahan yang seringkali dikaitkan dengan tingginya tingkat stres. Penelitian ini juga membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut mengenai intervensi yang tepat untuk mengurangi dampak stres pada kesehatan mahasiswa, khususnya terkait dengan kejadian migrain.

3. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Bagian ini secara eksplisit menjabarkan rumusan masalah penelitian yaitu: menentukan hubungan antara migrain dan stres pada mahasiswa angkatan 2010 FK USU. Tujuan penelitian ini sangat spesifik dan terarah, yaitu untuk mengetahui hubungan antara frekuensi atau keparahan migrain dengan tingkat stres yang dialami oleh mahasiswa. Tidak ada rumusan masalah tambahan yang diuraikan di luar hal tersebut. Dengan fokus yang sempit ini, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan temuan yang akurat dan terpercaya mengenai hubungan antara dua variabel tersebut. Tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai metodologi yang digunakan untuk mengukur variabel migrain dan stres. Namun, implisit telah tersirat bahwa pengukuran variabel tersebut akan dilakukan dengan metode yang terukur dan terstandarisasi untuk memperoleh hasil yang valid. Dengan demikian, fokus utama pada rumusan masalah dan tujuan penelitian ini sangat spesifik dan terarah untuk memperoleh hasil yang akurat dan terpercaya. Angkatan 2010 FK USU dipilih sebagai populasi penelitian.

II.Metode Penelitian Migrain dan Stres

Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan case-control. Sebanyak 51 mahasiswa (n=51) dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Data mengenai keparahan migrain diukur menggunakan skala MIDAS, sementara data stres dikumpulkan melalui kuesioner. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS versi 17.0 dengan uji Kruskal Wallis, Mann-Whitney, dan analisis frekuensi serta cross tabulation untuk melihat hubungan antara migrain dan stres.

1. Desain Penelitian dan Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan case-control, sebuah metode yang tepat untuk meneliti hubungan antara efek (dalam hal ini migrain) dan faktor risiko (stres). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling, dengan total sampel sebanyak 51 mahasiswa. Ukuran sampel ini dipilih berdasarkan perhitungan statistik yang tidak dijelaskan secara detail dalam dokumen, namun diindikasikan telah mempertimbangkan tingkat kepercayaan dan ketepatan yang diinginkan. Penelitian ini terfokus pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU). Pemilihan metode case-control menunjukkan fokus penelitian pada mahasiswa yang sudah mengalami migrain (kasus) dan membandingkannya dengan kelompok kontrol untuk melihat faktor risiko yang terkait, dalam hal ini stres. Teknik simple random sampling memastikan representasi yang merata dari populasi mahasiswa yang diteliti, meskipun jumlah sampel relatif kecil. Keputusan untuk fokus pada angkatan 2010 FK USU mungkin didasarkan pada ketersediaan data atau pertimbangan lain yang tidak dijelaskan dalam dokumen ini. Pemilihan teknik sampling ini menjamin objektivitas dan generalisasi hasil penelitian dengan batasan pada populasi yang diteliti.

2. Pengumpulan dan Pengukuran Data

Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang diisi oleh mahasiswa. Keparahan migrain diukur menggunakan skala MIDAS (Migraine Disability Assessment), suatu alat ukur yang terstandarisasi untuk menilai disabilitas akibat migrain. Skala ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan dampak migrain terhadap aktivitas harian mahasiswa. Selain MIDAS, kuesioner juga memuat pertanyaan mengenai stres yang dialami mahasiswa. Tidak dijelaskan secara detail isi pertanyaan dalam kuesioner untuk mengukur tingkat stres, namun implisit disebutkan bahwa pertanyaan tersebut merujuk pada pengalaman mahasiswa dalam menghadapi situasi kehidupan sehari-hari. Penggunaan skala MIDAS dan kuesioner stres memberikan cara terukur dan sistematis dalam mengkoleksi data mengenai keparahan migrain dan tingkat stres yang dialami mahasiswa. Penggunaan kuesioner memungkinkan pengumpulan data dari sejumlah besar responden secara efisien, namun keterbatasannya mungkin terletak pada subjektivitas respon mahasiswa. Peneliti perlu memastikan validitas dan reliabilitas kuesioner dengan memperhatikan desain pertanyaan dan metode pengolahan data.

3. Analisis Data

Analisis data dilakukan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 17.0. Metode analisis yang digunakan mencakup tabel frekuensi, cross tabulation, uji Kruskal Wallis, dan uji Mann-Whitney. Pemilihan metode analisis ini menunjukkan bahwa data yang dikumpulkan bersifat non-parametrik, yang artinya data tidak berdistribusi normal. Uji Kruskal Wallis digunakan untuk membandingkan lebih dari dua kelompok independen, sementara uji Mann-Whitney digunakan untuk membandingkan dua kelompok independen. Cross tabulation digunakan untuk melihat hubungan antara variabel kategori, seperti jenis kelamin dan keparahan migrain. Tabel frekuensi memberikan gambaran distribusi data, seperti persentase mahasiswa perempuan dan laki-laki yang mengalami migrain. Penggunaan SPSS versi 17.0 menjamin akurasi dan efisiensi dalam pengolahan data yang cukup besar. Namun, perlu diingat bahwa interpretasi hasil analisis statistik sangat bergantung pada desain penelitian, kualitas data, dan pemilihan metode statistik yang tepat.

III.Hasil Penelitian Migrain dan Stres pada Mahasiswa FK USU

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70,6% responden adalah perempuan dan 29,4% laki-laki. Kelompok umur paling rentan (82,4%) adalah 20-22 tahun. 45,1% mengalami migrain dengan aura dan 37,3% tanpa aura. Sebagian besar (47,1%) mengalami Moderate Disability berdasarkan skala MIDAS. Uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan signifikan (p < 0,05) antara migrain dan stres pada mahasiswa FK USU. Data juga menunjukkan perbedaan antara mahasiswa perempuan dan laki-laki dalam hal prevalensi dan keparahan migrain, dengan perempuan lebih banyak mengalami migrain.

1. Karakteristik Responden yang Mengalami Migrain

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan proporsi jenis kelamin pada responden yang mengalami migrain, dengan 70,6% adalah perempuan dan 29,4% laki-laki. Hal ini menunjukkan prevalensi migrain lebih tinggi pada perempuan. Rentang usia responden yang paling rentan terhadap migrain adalah 20-22 tahun, dengan persentase sebesar 82,4%. Dari total responden, 45,1% mengalami migrain dengan aura dan 37,3% tanpa aura, sementara sisanya memiliki karakteristik lain yang tidak disebutkan secara eksplisit. Tingkat keparahan migrain yang paling banyak ditemukan adalah Moderate Disability, dengan persentase 47,1%, menunjukkan mayoritas mahasiswa mengalami gangguan sedang akibat migrain. Data ini memberikan gambaran demografis dan klinis responden yang mengalami migrain, menunjukkan adanya perbedaan dalam hal jenis kelamin, usia, dan tipe migrain (dengan atau tanpa aura), serta tingkat keparahan migrain yang dialami. Informasi ini penting dalam memahami karakteristik populasi mahasiswa yang diteliti dan memberikan konteks pada analisis hubungan antara migrain dan stres.

2. Hubungan Migrain dan Stres

Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan signifikan (p < 0,05) antara migrain dan stres pada mahasiswa yang diteliti. Ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara tingkat stres yang dialami mahasiswa dengan kejadian dan/atau keparahan migrain. Meskipun hubungan signifikan ditemukan, dokumen tidak menjelaskan detail tentang jenis hubungan (positif atau negatif) atau kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut. Informasi tambahan, seperti koefisien korelasi, diperlukan untuk memahami kekuatan dan arah hubungan tersebut secara lebih mendalam. Penelitian lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengkaji mekanisme biologis atau psikologis yang mendasari hubungan antara stres dan migrain pada populasi mahasiswa. Temuan ini mendukung hipotesis awal bahwa stres merupakan faktor risiko yang penting dalam kejadian migrain pada mahasiswa, membenarkan pentingnya intervensi untuk mengurangi tingkat stres dalam upaya pencegahan dan manajemen migrain.

IV.Kesimpulan dan Implikasi Penelitian Migrain dan Stres

Penelitian ini membuktikan adanya hubungan signifikan antara migrain dan stres pada mahasiswa FK USU angkatan 2010. Temuan ini memiliki implikasi penting bagi upaya pencegahan dan manajemen migrain pada mahasiswa, khususnya terkait dengan pengelolaan stres. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkaji faktor-faktor lain yang berkontribusi pada prevalensi migrain dan mengembangkan strategi intervensi yang efektif. Hasil penelitian ini juga relevan untuk meningkatkan kesadaran akan dampak stres pada kesehatan mental dan fisik mahasiswa.

1. Kesimpulan Utama

Penelitian ini menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara migrain dan stres pada mahasiswa angkatan 2010 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU). Temuan ini didapatkan setelah menganalisis data dari 51 responden yang dipilih melalui simple random sampling. Pengukuran keparahan migrain menggunakan skala MIDAS dan data stres dikumpulkan melalui kuesioner. Analisis statistik yang digunakan, termasuk uji korelasi, menunjukkan adanya hubungan signifikan (p < 0.05) antara kedua variabel ini. Kesimpulan ini mendukung hipotesis awal penelitian bahwa terdapat korelasi antara tingkat stres dan kejadian migrain pada populasi yang diteliti. Namun, penelitian ini tidak menjelaskan secara rinci tipe dan kekuatan hubungan tersebut. Informasi tambahan mungkin diperlukan untuk memahami lebih lanjut tentang kompleksitas hubungan antara kedua variabel ini. Kesimpulan ini penting karena menyoroti pentingnya mempertimbangkan faktor stres dalam upaya pencegahan dan manajemen migrain, khususnya pada populasi mahasiswa.

2. Implikasi bagi Pencegahan dan Manajemen Migrain

Temuan penelitian ini memiliki implikasi penting bagi upaya pencegahan dan manajemen migrain pada mahasiswa. Adanya hubungan yang signifikan antara migrain dan stres menyoroti perlunya intervensi yang berfokus pada pengelolaan stres untuk mengurangi risiko dan keparahan migrain. Penelitian ini merekomendasikan perlunya program-program yang dirancang untuk membantu mahasiswa dalam mengelola stres, seperti konseling, manajemen waktu, dan teknik relaksasi. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi intervensi spesifik yang paling efektif dalam mengurangi kejadian migrain pada mahasiswa. Selain itu, penelitian ini juga menyoroti pentingnya kesadaran akan dampak stres terhadap kesehatan mahasiswa secara keseluruhan, bukan hanya sebatas pada migrain. Kesimpulannya, penelitian ini memberikan dasar yang kuat untuk pengembangan program-program intervensi yang komprehensif untuk mengurangi beban migrain dan meningkatkan kesehatan mental mahasiswa. Temuan ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut yang lebih luas dan mendalam.