Gambaran Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran E-Learning di SMK Tritech Informatika Medan

Gambaran Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran E-Learning di SMK Tritech Informatika Medan

Informasi dokumen

Penulis

Suri Ichwani

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Psikologi
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.77 MB
  • e-learning
  • blended learning
  • sikap siswa

Ringkasan

I.Latar Belakang Memahami Pembelajaran E learning dan Blended Learning di SMK Tritech Informatika Medan

Penelitian ini meneliti sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning, khususnya model blended learning, di SMK Tritech Informatika Medan. Studi ini berangkat dari kenyataan bahwa banyak siswa belum memahami model pembelajaran blended learning yang menggabungkan pembelajaran online dan tatap muka. Blended learning, menurut Thorne (2003), mengintegrasikan teknologi online dan pembelajaran tradisional. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sikap siswa terhadap penerapan model ini di SMK Tritech Informatika Medan, yang melibatkan penggunaan website sekolah, email untuk tugas, dan kombinasi penggunaan laptop, papan tulis, dan TV di kelas. Populasi penelitian adalah 928 siswa SMK Tritech Informatika Medan, dengan sampel 281 siswa yang dipilih secara acak (simple random sampling).

1. Pendahuluan Konteks Penelitian tentang Sikap Siswa terhadap Pembelajaran E learning dan Blended Learning

Bagian ini memperkenalkan fokus utama penelitian: menganalisis sikap siswa SMK Tritech Informatika Medan terhadap pembelajaran e-learning, khususnya model blended learning. Disebutkan bahwa banyak siswa belum memahami model blended learning, yang didefinisikan sebagai integrasi teknologi pembelajaran online dan tradisional tatap muka (Thorne, 2003). Model blended learning ini, menurut Mosa (dalam Cepi, 2012), memiliki dua unsur utama: classroom learning dan online learning. Ketidakpahaman siswa terhadap model ini berujung pada respons yang beragam. Definisi sikap, menurut LaPierre (1934 dalam Azwar, 2005), dijabarkan sebagai pola perilaku, kecenderungan, atau kesiapan untuk beradaptasi dalam situasi sosial. Tujuan penelitian difokuskan untuk menggambarkan sikap siswa SMK Tritech Informatika Medan terhadap pembelajaran e-learning. Abstrak penelitian mengulang poin-poin penting ini dalam bahasa Inggris, memberikan gambaran singkat tentang tujuan dan metodologi penelitian. Kata pengantar yang ada di awal dokumen diabaikan karena tidak relevan dengan inti isi penelitian.

2. Implementasi Pembelajaran E learning dan Blended Learning di SMK Tritech Informatika Medan

Bagian ini menjelaskan bagaimana SMK Tritech Informatika Medan menerapkan pembelajaran e-learning dan blended learning. Sekolah telah mengimplementasikan model blended learning pada beberapa mata pelajaran, di mana siswa mengunduh materi pembelajaran secara online melalui website sekolah. Namun, beberapa mata pelajaran lain dan ujian masih dilakukan secara tatap muka. Kutipan wawancara dengan siswa menunjukkan kebingungan mereka terhadap model pembelajaran yang diterapkan, karena transisi dari pembelajaran tradisional di SMP ke sistem online di SMK. Siswa mengalami kesulitan beradaptasi dengan pengiriman tugas melalui email dan sistem pembelajaran online lainnya. Mereka belum sepenuhnya memahami bagaimana sistem online ini bekerja dan merasa bingung dengan perpaduan pembelajaran online dan tatap muka. Siswa juga mengungkapkan kebingungan awal mereka terhadap sistem pembelajaran yang menggunakan kombinasi papan tulis, laptop, dan TV di kelas. Ketersediaan wifi di sekolah dimaksudkan untuk memfasilitasi akses internet bagi siswa dalam proses pembelajaran. Kesimpulan dari wawancara ini menekankan bahwa tidak semua siswa memahami model pembelajaran online sepenuhnya, kemungkinan karena kurangnya pengenalan sebelumnya di jenjang SMP.

3. Tinjauan Pustaka Definisi dan Komponen Sikap

Bagian ini membahas berbagai definisi sikap menurut beberapa ahli. Secord & Backman (1964 dalam Azwar, 2005) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi). Mann (dalam Azwar, 2005) menambahkan bahwa sikap merupakan interaksi komponen kognitif, afektif, dan konatif dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Definisi sikap lainnya juga diuraikan, menekankan aspek evaluasi atau reaksi perasaan, baik yang mendukung maupun tidak mendukung suatu objek. Sikap dijelaskan sebagai perasaan yang mendukung atau tidak mendukung suatu situasi, disertai kesiapan untuk merespon suatu objek dengan cara tertentu. Penjelasan lebih lanjut mengenai tiga komponen sikap (kognitif, afektif, dan konatif) diuraikan. Komponen kognitif mencakup persepsi, kepercayaan, dan stereotipe individu. Komponen afektif menjelaskan perasaan individu terkait aspek emosional terhadap suatu objek. Komponen konatif menjelaskan kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap suatu objek. Ketiga komponen ini saling berinteraksi dalam membentuk sikap individu. Kesimpulannya, sikap adalah bentuk evaluasi atau reaksi perasaan yang mendukung atau tidak mendukung suatu objek, dibentuk melalui interaksi komponen kognitif, afektif, dan konatif.

II.Definisi dan Model Pembelajaran E learning

Pembelajaran e-learning didefinisikan sebagai proses belajar yang memanfaatkan teknologi elektronik (Effendi, 2006 dalam Munir 2008). Model e-learning dapat berupa individual (online dan offline) atau kelompok (sinkronus dan asinkronus), seperti yang dijelaskan Romizowski (2004 dalam Naidu 2006). E-learning juga dijelaskan sebagai pembelajaran konvensional dalam format digital via internet (Isjoni dan Firdaus, 2007), yang bergeser dari model 'instructor-centric' ke 'learner-centric'.

1. Definisi Pembelajaran E learning

Dokumen ini mendefinisikan pembelajaran e-learning dari beberapa perspektif. Menurut Effendi (2006, dalam Munir 2008), e-learning adalah proses belajar yang menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronik, seperti audio, video, atau komputer. Definisi ini menekankan pada peran teknologi dalam memfasilitasi proses belajar. Lebih lanjut, e-learning digambarkan sebagai transformasi pembelajaran dari model 'instructor-centric' menjadi 'learner-centric', di mana fokus pembelajaran bergeser dari guru ke siswa. Isjoni dan Firdaus (2007) memberikan perspektif lain, menjelaskan e-learning sebagai pembelajaran konvensional dalam format digital melalui internet. Mereka juga menyebut e-learning sebagai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar mengajar, termasuk metode pembelajaran online, virtual, berbasis jaringan, dan berbasis web. Pada intinya, e-learning memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, baik secara sinkronus maupun asinkronus, untuk memfasilitasi proses belajar mengajar. Meskipun sering dikaitkan dengan pembelajaran online, e-learning juga bisa dilakukan secara offline.

2. Model Model Pembelajaran E learning

Dokumen ini mengklasifikasikan model pembelajaran e-learning berdasarkan Romizowski (2004, dalam Naidu 2006). Terdapat empat model: 1) individual self-paced e-learning online (akses sumber belajar online melalui internet/intranet); 2) individual self-paced e-learning offline (akses sumber belajar offline tanpa koneksi internet/intranet); 3) group based e-learning synchronously (kelompok belajar bersamaan melalui internet/intranet); dan 4) group based e-learning asynchronously (kelompok belajar melalui internet/intranet dengan pertukaran informasi tertunda). Klasifikasi ini menunjukkan keragaman pendekatan dalam e-learning, dari pembelajaran mandiri hingga pembelajaran kolaboratif, serta penggunaan koneksi internet yang bervariasi. Selain keempat model tersebut, dokumen juga menjelaskan blended learning sebagai model pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran online dan tatap muka. Blended learning dijelaskan sebagai integrasi kemajuan teknologi pembelajaran online dan pembelajaran tradisional tatap muka (Thorne, 2003), dan merupakan kombinasi berbagai pendekatan pembelajaran. Bhonk dan Graham (2006, dalam Cepi 2012) menambahkan bahwa blended learning merupakan gabungan dari sistem pembelajaran tradisional dan sistem yang menekankan peran teknologi berbasis komputer.

III.Metodologi Penelitian Mengukur Sikap Siswa terhadap Pembelajaran E learning

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning di SMK Tritech Informatika Medan. Instrumen penelitian berupa skala Likert yang mengukur komponen kognitif, afektif, dan konatif sikap siswa. Skala ini diujicobakan sebelum digunakan pada sampel 281 siswa. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif (mean, standar deviasi, dll.) dengan bantuan SPSS versi 17 untuk mengkategorikan sikap siswa sebagai positif atau negatif.

1. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning di SMK Tritech Informatika Medan. Metode deskriptif dipilih karena bertujuan untuk mendeskripsikan variabel tertentu tanpa menguji hubungan antar variabel atau menguji hipotesis. Hasil penelitian akan berupa deskripsi variabel sikap siswa dengan menyajikan frekuensi, rata-rata, atau klasifikasi lainnya. Tujuan penelitian deskriptif adalah pemecahan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta dan sifat populasi (Narbuko & Achmadi, 2003). Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMK Tritech Informatika Medan, berjumlah 928 siswa. Sampel penelitian berjumlah 281 siswa, dipilih secara acak menggunakan teknik simple random sampling, yang merupakan bagian dari teknik probability sampling di mana setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih (Azwar, 2000; Sugiarto, dkk, 2003). Pengambilan sampel menggunakan tabel simple random sampling dari buku Sudjana (2002).

2. Instrumen Pengumpulan Data Skala Likert

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap Likert untuk mengukur sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning. Menurut Azwar (2005), skala Likert adalah metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons untuk menentukan nilai skalanya. Skala ini terdiri dari item favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung). Responden diminta memilih salah satu dari lima alternatif jawaban: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Bobot untuk item favorable adalah SS=4, S=3, TS=2, STS=1, sedangkan untuk item unfavorable, bobotnya dibalik: SS=1, S=2, TS=3, STS=4. Sebelum digunakan pada sampel utama, skala ini diujicobakan terlebih dahulu pada siswa SMK Tritech Informatika yang bukan bagian dari sampel utama. Uji coba dilakukan pada tanggal 8 Maret 2013, dan hasilnya diolah untuk menghitung reliabilitas skala melalui lima kali perhitungan.

3. Analisis Data

Analisis data menggunakan metode statistik deskriptif untuk menggambarkan skor sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning. Data yang diolah meliputi skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi. Pengolahan data dilakukan menggunakan program SPSS versi 17 for windows. Pemisahan kategori sikap positif dan negatif dilakukan berdasarkan perhitungan mean dan standar deviasi, dengan menentukan batas skor untuk masing-masing kategori. Skor yang berada di antara batas kategori positif dan negatif tidak dikategorisasikan. Tujuannya hanya untuk membagi siswa ke dalam dua kategori utama: sikap positif dan sikap negatif terhadap pembelajaran e-learning (Azwar, 2000). Contoh pembagian kategori berdasarkan skor yang diperoleh dari penelitian tersebut dijelaskan dalam dokumen.

IV.Hasil Penelitian Gambaran Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Blended Learning

Hasil penelitian menunjukkan gambaran sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning di SMK Tritech Informatika Medan, khususnya model blended learning. Hasil analisis menunjukkan persentase siswa dengan sikap positif dan sikap negatif terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap siswa, seperti kesiapan siswa dan kualitas pengajaran guru dalam mengelola pembelajaran blended learning, juga dibahas. Data menunjukkan mayoritas siswa memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran e-learning.

1. Gambaran Umum Sikap Siswa

Bagian ini menyajikan hasil analisis deskriptif mengenai sikap siswa SMK Tritech Informatika Medan terhadap pembelajaran e-learning, khususnya model blended learning. Analisis dilakukan menggunakan data yang diperoleh dari skala Likert yang telah diujicobakan dan diadministrasikan kepada 281 siswa. Hasil analisis menunjukkan pembagian sikap siswa menjadi tiga kategori: positif, negatif, dan tidak terklasifikasikan. Persentase siswa yang memiliki sikap positif dan negatif terhadap blended learning dijelaskan secara numerik. Data numerik ini menggambarkan proporsi siswa yang mendukung dan yang tidak mendukung model pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Penjelasan lebih detail mengenai angka persentase dan interpretasinya terhadap sikap siswa perlu dijelaskan lebih lanjut di bagian lain. Informasi ini memberikan gambaran umum tentang persepsi dan penerimaan siswa terhadap model pembelajaran blended learning.

2. Faktor faktor yang Mempengaruhi Sikap Siswa

Bagian ini membahas faktor-faktor yang mungkin berkontribusi terhadap sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning di SMK Tritech Informatika Medan. Salah satu faktor yang diidentifikasi adalah kurangnya kesiapan siswa dalam menyesuaikan diri dengan situasi sosial baru yang dihadirkan oleh model blended learning. Hal ini dikaitkan dengan definisi sikap menurut LaPierre (1934 dalam Azwar, 2005), yang menekankan pada predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Faktor lain yang turut dipertimbangkan adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting, seperti guru. Kualitas pengajaran guru dalam mengelola model blended learning, khususnya kemampuan menggabungkan pembelajaran tatap muka dan online, diduga juga mempengaruhi sikap siswa. Guru yang kurang terampil dalam mengaplikasikan model blended learning bisa menyebabkan siswa memberikan penilaian negatif. Kesimpulannya, berbagai faktor internal dan eksternal siswa, terutama peran guru, sangat memengaruhi pembentukan sikap mereka terhadap metode pembelajaran ini.

V.Kesimpulan dan Implikasi Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran E learning di SMK

Kesimpulan penelitian menekankan pentingnya pemahaman guru terhadap model pembelajaran blended learning untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan memperbaiki sikap siswa yang cenderung negatif. Rekomendasi diberikan kepada guru untuk meningkatkan keahlian dalam mengelola model pembelajaran e-learning dan blended learning, agar siswa lebih mudah memahami materi dan memiliki sikap positif terhadap metode pembelajaran ini. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman penerapan dan dampak pembelajaran e-learning di lingkungan SMK.

1. Kesimpulan Utama

Kesimpulan utama penelitian ini adalah gambaran sikap siswa SMK Tritech Informatika Medan terhadap pembelajaran e-learning, khususnya model blended learning. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas siswa memiliki sikap negatif (tidak mendukung) terhadap penerapan model pembelajaran ini. Sikap negatif ini dikaitkan dengan kurangnya kesiapan siswa dalam beradaptasi dengan situasi pembelajaran yang memadukan metode online dan tatap muka. Penelitian ini memberikan gambaran faktual tentang persepsi dan respon siswa terhadap implementasi e-learning di sekolah tersebut. Temuan ini penting karena menunjukkan adanya kesenjangan antara implementasi teknologi pembelajaran dan pemahaman serta penerimaan siswa terhadap metode tersebut. Perlu adanya upaya lebih lanjut untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran e-learning di sekolah tersebut.

2. Implikasi bagi Guru dan Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat implikasi penting bagi guru dan sekolah. Karena mayoritas siswa menunjukkan sikap negatif terhadap pembelajaran e-learning, guru perlu meningkatkan penguasaan teknik mengajar yang efektif dalam model blended learning. Guru harus mampu menggabungkan pembelajaran tradisional tatap muka dengan metode online secara terintegrasi sehingga siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Sekolah perlu memperhatikan bagaimana cara meningkatkan pemahaman dan kesiapan siswa terhadap model pembelajaran blended learning. Peningkatan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran e-learning dan blended learning menjadi kunci untuk mengubah sikap negatif siswa menjadi positif. Kesimpulannya, kesuksesan implementasi e-learning di SMK sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengelola metode tersebut secara efektif dan pemahaman siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan.