
Formulasi Losio Tangan dan Badan Menggunakan Sari Kentang sebagai Bahan Pelembab
Informasi dokumen
Penulis | Karina Geumala Putri |
instructor | Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Sarjana Farmasi |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tempat | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 3.55 MB |
- formulasi losio
- sari kentang
- bahan pelembab
Ringkasan
I. sebagai Pelembab
Penelitian ini memfokuskan pada formulasi losio tangan dan badan yang memanfaatkan ekstrak kentang (Solanum tuberosum L.) sebagai bahan pelembab alami. Ekstrak kentang, sebanyak 69,86 gram, diperoleh melalui proses penyarian menggunakan juicer dan pengeringan beku. Formulasi losio dilakukan dengan metode peleburan dan emulsifikasi, menghasilkan sediaan dengan konsentrasi ekstrak kentang 2%, 4%, 6%, dan 8%, yang kemudian dibandingkan dengan sediaan blanko (tanpa ekstrak kentang) dan sediaan dengan gliserin 2%. Pengujian meliputi homogenitas, tipe emulsi (m/a atau minyak/air), pH, uji iritasi kulit, stabilitas selama 12 minggu, dan pengurangan penguapan air dari kulit. Hasil menunjukkan losio dengan konsentrasi ekstrak kentang 2% dan 4% paling stabil dan efektif dalam mengurangi penguapan air, menjadikannya formulasi yang ideal untuk losio tangan dan badan yang efektif sebagai pelembab kulit.
1. Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Losio Tangan dan Badan
Bagian pendahuluan menjelaskan pentingnya penelitian mengenai formulasi losio tangan dan badan yang efektif sebagai pelembab. Disebutkan bahwa kulit secara alami memiliki mekanisme perlindungan terhadap kekeringan, namun dalam kondisi tertentu, perlindungan alami ini tidak cukup. Oleh karena itu, dibutuhkan pelembab tambahan untuk menjaga kelembaban kulit dan mencegah kekeringan. Penelitian ini berfokus pada potensi ekstrak kentang (Solanum tuberosum L.) sebagai bahan pelembab alami dalam formulasi losio. Ekstrak kentang dipilih karena kandungan nutrisi dan potensinya dalam perawatan kulit, seperti memutihkan, membersihkan, dan melembabkan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah sari kentang dapat diformulasikan ke dalam sediaan losio tangan dan badan yang efektif dan stabil. Hal ini didasari pada pemahaman bahwa kosmetik, termasuk pelembab, dapat diserap oleh kulit dan memiliki dampak positif maupun negatif tergantung pada kondisi kulit pengguna dan formulasi produk. Perkembangan teknologi kosmetik yang pesat, termasuk munculnya kosmetik medik (cosmeceuticals), menunjukkan tren penggunaan bahan alami yang aman dan efektif dalam produk perawatan kulit.
2. Metode Formulasi dan Penyiapan Ekstrak Kentang
Bagian ini menjelaskan secara detail proses penyiapan ekstrak kentang dan formulasi losio. Sebanyak 69,86 gram ekstrak kentang diperoleh melalui proses penyarian menggunakan juicer dan pengeringan beku. Proses formulasi losio dilakukan melalui metode peleburan dan emulsifikasi. Bagian lemak dari formulasi dilebur, sementara bagian yang larut air dipanaskan hingga suhu 70-75°C sebelum dicampurkan untuk membentuk basis losio. Berbagai konsentrasi ekstrak kentang (2%, 4%, 6%, dan 8%) digunakan dan dibandingkan dengan sediaan blanko (tanpa ekstrak kentang) dan sediaan dengan gliserin 2% sebagai kontrol. Deskripsi rinci mengenai perbandingan komposisi dan tahapan pembuatan dasar losio, termasuk penggunaan asam stearat, setil alkohol, nipagin, natrium metabisulfit, dan trietanolamin, memberikan pemahaman yang komprehensif tentang proses formulasi. Metode ini memastikan konsistensi dan reproduksibilitas dalam pembuatan sediaan losio untuk penelitian selanjutnya.
3. Pengujian dan Analisis Hasil Formulasi Losio
Setelah formulasi, sediaan losio diuji untuk mengevaluasi kualitas dan efektivitasnya. Pengujian meliputi homogenitas sediaan, penentuan tipe emulsi (minyak dalam air – m/a) menggunakan larutan metilen biru dan pengamatan mikroskopis, pengukuran pH menggunakan pH meter, uji iritasi kulit, dan pengamatan stabilitas selama 12 minggu. Pengurangan penguapan air dari kulit diukur menggunakan metode patch tertutup dengan 6 sukarelawan. Viskositas sediaan juga diukur. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua sediaan homogen dan bertipe emulsi m/a dengan pH antara 6,3-7,0, tidak menyebabkan iritasi kulit. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak kentang 2% dan 4% menunjukkan stabilitas hingga minggu ke-12, sedangkan sediaan dengan konsentrasi 6% dan 8% mengalami perubahan bau pada minggu ke-12, mengindikasikan penurunan stabilitas. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kentang, semakin tinggi kemampuannya dalam mengurangi penguapan air, melebihi sediaan blanko dan sediaan gliserin 2%. Penambahan ekstrak kentang juga meningkatkan viskositas sediaan.
4. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa ekstrak kentang dapat diformulasikan menjadi losio tangan dan badan yang efektif sebagai pelembab. Formulasi dengan konsentrasi ekstrak kentang 2% dan 4% menunjukkan hasil terbaik dalam hal stabilitas dan kemampuan mengurangi penguapan air. Kemampuan ini bahkan lebih baik daripada sediaan dengan gliserin 2%, sebuah humektan umum yang digunakan dalam kosmetik. Penelitian ini memberikan bukti ilmiah tentang potensi ekstrak kentang sebagai bahan aktif dalam produk perawatan kulit, khususnya sebagai pelembab. Namun, penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengoptimalkan formulasi, mengeksplorasi konsentrasi ekstrak kentang lain, dan melakukan uji toksisitas untuk memastikan keamanan produk sebelum dikomersialkan. Penelitian lebih lanjut juga dapat fokus pada penggunaan metode ekstraksi dan formulasi yang lebih canggih untuk meningkatkan kualitas dan stabilitas produk.
II.Manfaat Ekstrak Kentang untuk Perawatan Kulit
Kentang kaya akan karbohidrat, vitamin (A, B1, B2, B6, C), mineral (kalsium, kalium, fosfor, besi), dan nutrisi lainnya. Kandungan ini memberikan manfaat signifikan untuk perawatan kulit, termasuk melembabkan, membersihkan, memutihkan, dan menghilangkan noda. Penelitian ini mengkaji potensi ekstrak kentang sebagai bahan aktif dalam losio tangan dan badan untuk meningkatkan hidrasi dan kesehatan kulit. Kemampuan ekstrak kentang dalam mengurangi penguapan air dari kulit dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% sebagai pelembab konvensional.
1. Komposisi Nutrisi dan Manfaat Kentang untuk Kulit
Dokumen tersebut menjabarkan komposisi nutrisi kentang yang kaya akan karbohidrat, vitamin (A, B1, B2, B6, C), dan mineral (kalsium, potassium, karotin, belerang, klorine, niacin, fosfor, dan zat besi). Kandungan nutrisi ini menjadi dasar klaim manfaat kentang untuk perawatan kulit. Selain itu, disebutkan pula bahwa kentang bermanfaat untuk membuat kulit lebih sehat dan cantik, antara lain dengan memutihkan, membersihkan, menghilangkan noda, dan melembabkan kulit. Sumber-sumber seperti Surtiningsih (2005) dan Samadi (2007) dikutip untuk mendukung informasi tentang komposisi dan manfaat kentang. Samadi (2007) memberikan data lebih spesifik tentang kandungan nutrisi dalam 100 gram kentang, termasuk kalori, protein, lemak, karbohidrat, dan berbagai mineral serta vitamin B. Informasi ini penting sebagai landasan penggunaan ekstrak kentang sebagai bahan aktif dalam formulasi losio. Ketersediaan nutrisi yang melimpah menunjukkan potensi ekstrak kentang dalam memberikan manfaat perawatan kulit.
2. Mekanisme Pelembaban Kulit dan Peran Ekstrak Kentang
Dokumen menjelaskan mekanisme alami kulit dalam melindungi diri dari kekeringan melalui lapisan lemak dari kelenjar minyak dan keringat, serta lapisan kulit luar sebagai sawar. Namun, dalam kondisi tertentu, perlindungan alami ini kurang memadai, sehingga dibutuhkan pelembab tambahan. Pelembab berfungsi untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh lingkungan, seperti udara kering, sinar matahari, dan angin. Ekstrak kentang, dengan kandungan air dan nutrisinya yang tinggi, berperan dalam menjaga kelembaban kulit. Dokumen membahas cara mencegah penguapan air dari sel kulit, yaitu dengan menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif) dan menggunakan humektan. Gliserin disebutkan sebagai humektan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas ekstrak kentang sebagai pelembab alternatif, dibandingkan dengan gliserin, dalam mengurangi penguapan air dari kulit dan meningkatkan kelembabannya. Dengan demikian, penelitian ini mengkaji manfaat ekstrak kentang sebagai humektan alami dalam produk perawatan kulit.
3. Efektivitas Ekstrak Kentang dalam Mengurangi Penguapan Air
Bagian ini membahas hasil pengujian yang menunjukkan efektivitas ekstrak kentang dalam mengurangi penguapan air dari kulit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kentang pada sediaan losio meningkatkan kemampuannya dalam mengurangi penguapan air. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak kentang yang digunakan, semakin efektif kemampuannya. Perbandingan dilakukan dengan sediaan blanko (tanpa ekstrak kentang) dan sediaan dengan gliserin 2%. Meskipun sediaan dengan konsentrasi ekstrak kentang 6% dan 8% menunjukkan kemampuan mengurangi penguapan air yang tinggi, sediaan dengan konsentrasi 2% dan 4% dipilih karena menunjukkan stabilitas yang lebih baik selama 12 minggu. Kesimpulannya, ekstrak kentang efektif dalam meningkatkan hidrasi kulit dengan mengurangi penguapan air, menawarkan alternatif alami untuk pelembab konvensional. Hasil ini mendukung penggunaan ekstrak kentang sebagai bahan aktif dalam formulasi losio pelembab.
III.Metode Penelitian dan Hasil Pengujian
Penelitian menggunakan berbagai metode untuk mengevaluasi formulasi losio. Pengujian meliputi penentuan homogenitas, tipe emulsi menggunakan metilen biru, pH menggunakan pH meter (Hanna Instruments), uji iritasi kulit, dan stabilitas sediaan selama 12 minggu. Metode patch tertutup dengan rangkaian tutup pot plastik digunakan untuk mengukur pengurangan penguapan air pada 6 sukarelawan. Viskositas diukur menggunakan viskometer Brookfield. Hasil menunjukkan bahwa losio dengan konsentrasi ekstrak kentang 2% dan 4% paling stabil dan efektif sebagai pelembab, menunjukkan kemampuan superior dalam mengurangi penguapan air dibandingkan dengan sediaan blanko dan sediaan gliserin 2%. Konsentrasi ekstrak kentang yang lebih tinggi (6% dan 8%) menunjukkan penurunan stabilitas setelah 12 minggu.
1. Persiapan Sediaan dan Alat Alat yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan berbagai alat, antara lain viskometer Brookfield untuk mengukur viskositas, pH meter (Hanna Instruments) untuk mengukur pH, juicer (Kris) untuk mengekstrak kentang, neraca analitik (Boeco Germany) untuk menimbang bahan, freeze dryer (VirTis “benchtop K”) untuk mengeringkan ekstrak, mikroskop (Boeco Germany) untuk mengamati emulsi, dan berbagai alat gelas lainnya. Proses pembuatan sediaan losio melibatkan peleburan asam stearat dan setil alkohol pada suhu sekitar 70°C, dan pelarutan nipagin, natrium metabisulfit, dan trietanolamin dalam akuades yang dipanaskan hingga suhu 70-75°C. Campuran ini kemudian diemulsikan untuk membentuk basis losio. Empat konsentrasi ekstrak kentang (2%, 4%, 6%, dan 8%) digunakan, dibandingkan dengan sediaan blanko dan sediaan dengan gliserin 2%. Proses pembuatan dan peralatan yang digunakan dijelaskan secara detail untuk memastikan reproduksibilitas penelitian.
2. Metode Pengujian Karakteristik Fisikokimia Losio
Beberapa pengujian dilakukan untuk mengevaluasi karakteristik fisikokimia sediaan losio. Homogenitas sediaan diamati secara visual. Tipe emulsi (minyak dalam air atau air dalam minyak) ditentukan menggunakan metode metilen biru, di mana penyebaran merata metilen biru mengindikasikan emulsi minyak dalam air (m/a). pH sediaan diukur menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi. Uji iritasi kulit dilakukan untuk memastikan keamanan sediaan. Stabilitas sediaan diamati selama 12 minggu dengan mengamati perubahan warna, bau, dan pemisahan fase. Pengurangan penguapan air dari kulit diukur menggunakan metode patch tertutup dengan 6 sukarelawan, dengan silika gel yang ditimbang seksama digunakan untuk menyerap uap air. Viskositas sediaan diukur menggunakan viskometer Brookfield. Metode-metode yang digunakan sesuai dengan standar yang berlaku, seperti yang dirujuk dari Ditjen POM (1985) dan Ansel (2005).
3. Hasil Pengujian dan Interpretasi Data
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua sediaan losio homogen dan bertipe emulsi m/a (minyak dalam air). pH sediaan berada dalam rentang 6,3-7,0 dan tidak menyebabkan iritasi kulit. Sediaan dengan konsentrasi ekstrak kentang 2% dan 4% tetap stabil hingga minggu ke-12, sementara sediaan dengan konsentrasi 6% dan 8% menunjukkan perubahan bau pada minggu ke-12, mengindikasikan penurunan stabilitas. Kemampuan sediaan dalam mengurangi penguapan air meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak kentang. Kemampuan ini lebih baik dibandingkan dengan sediaan blanko dan sediaan gliserin 2%. Penambahan ekstrak kentang juga meningkatkan viskositas sediaan. Data kuantitatif dari pengujian viskositas, pengurangan penguapan air, dan stabilitas selama penyimpanan disajikan untuk mendukung kesimpulan. Interpretasi data dihubungkan dengan karakteristik ekstrak kentang dan pengaruh konsentrasi terhadap stabilitas dan efektivitas pelembaban.
IV.Kesimpulan dan Implikasi
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa ekstrak kentang dapat diformulasikan menjadi losio tangan dan badan yang efektif sebagai pelembab. Formulasi dengan konsentrasi ekstrak kentang 2% dan 4% menunjukkan stabilitas dan efektivitas terbaik dalam mengurangi penguapan air dari kulit. Hasil ini membuka peluang pengembangan produk skincare alami yang memanfaatkan potensi ekstrak kentang sebagai bahan aktif. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan formulasi dan mengeksplorasi manfaat lainnya dari ekstrak kentang untuk perawatan kulit.
1. Ringkasan Temuan Utama Penelitian
Kesimpulan utama penelitian ini adalah berhasilnya formulasi losio tangan dan badan dengan ekstrak kentang sebagai pelembab alami yang efektif. Pengujian menunjukkan bahwa losio dengan konsentrasi ekstrak kentang 2% dan 4% paling stabil selama 12 minggu penyimpanan dan efektif dalam mengurangi penguapan air dari kulit, menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada sediaan kontrol (sediaan blanko dan sediaan dengan gliserin 2%). Semua sediaan homogen dengan tipe emulsi m/a (minyak dalam air) dan pH netral (6,3-7,0), serta tidak menyebabkan iritasi kulit. Peningkatan konsentrasi ekstrak kentang di atas 4% mengakibatkan penurunan stabilitas produk. Temuan ini mendukung potensi ekstrak kentang sebagai bahan pelembab alami yang efektif dalam formulasi kosmetik.
2. Implikasi dan Rekomendasi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting dalam pengembangan produk perawatan kulit alami. Ekstrak kentang terbukti sebagai alternatif yang menjanjikan untuk bahan pelembab konvensional. Formulasi losio dengan konsentrasi ekstrak kentang 2% dan 4% dapat dipertimbangkan untuk pengembangan produk komersial. Namun, penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengoptimalkan formulasi, termasuk mengeksplorasi konsentrasi ekstrak kentang lain, dan melakukan uji toksisitas secara komprehensif untuk memastikan keamanan dan efektivitas jangka panjang produk. Penelitian masa depan juga bisa berfokus pada pengembangan metode ekstraksi dan formulasi yang lebih efisien dan ramah lingkungan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk. Studi lebih lanjut juga penting untuk menyelidiki mekanisme pelembaban yang spesifik dari ekstrak kentang pada kulit.