Formulasi dan Uji Efek Anti-Aging dari Sediaan Hand Cream Ekstrak Daun Teh Hijau

Formulasi dan Uji Efek Anti-Aging dari Sediaan Hand Cream Ekstrak Daun Teh Hijau

Informasi dokumen

Penulis

Yessy Andhasari

Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Farmasi
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 6.48 MB
  • anti-aging
  • ekstrak daun teh hijau
  • formulasi krim

Ringkasan

I.Abstrak Penelitian Efek Anti Aging Krim Ekstrak Daun Teh Hijau

Penelitian ini menyelidiki efek anti-aging dari krim yang diformulasikan dengan ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis). Studi eksperimental laboratorik ini bertujuan untuk membuat sediaan krim tipe M/A dengan berbagai konsentrasi ekstrak (0,02%, 0,2%, dan 2%) dan menguji kemampuannya dalam menghambat penuaan dini. Pengujian dilakukan pada marmut dengan menggunakan skin analyzer (Aramo SG) untuk mengukur kelembaban, kehalusan kulit, ukuran pori, dan jumlah noda/flek serta kedalaman keriput. Hasil penelitian diharapkan memberikan informasi mengenai potensi ekstrak daun teh hijau sebagai antioksidan alami dalam perawatan kulit dan pengembangan kosmetik anti-aging.

1. Latar Belakang Penuaan Kulit dan Peran Antioksidan

Abstrak penelitian ini mengawali dengan menjelaskan proses penuaan kulit sebagai proses fisiologis alami yang terjadi pada semua organ tubuh, termasuk kulit. Proses ini ditandai dengan penurunan fungsi jaringan dalam memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya. Paparan sinar UV matahari menjadi faktor eksternal yang mempercepat penuaan dini, menyebabkan kerusakan kulit berupa kemerahan, noda hitam, kerutan, kekeringan, hingga kanker kulit. Ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L.) diintroduksi sebagai bahan alami dengan sifat antioksidan yang berpotensi menghambat proses penuaan. Kandungan polifenol utama dalam ekstrak daun teh hijau, seperti epikatekin, epikatekingalat, epigalokatekin, katekin, dan galokatekin, memiliki aktivitas kuat dalam mencegah radikal bebas yang berperan dalam proses penuaan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan krim yang mengandung ekstrak daun teh hijau dan mengevaluasi kemampuannya dalam menghambat proses penuaan kulit. Penelitian ini menjadi relevan karena menawarkan solusi perawatan kulit anti-aging berbasis bahan alami yang aman dan efektif.

2. Tujuan dan Metode Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memformulasikan sediaan krim tipe M/A (minyak dalam air) yang mengandung ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L.) dan menentukan kemampuannya dalam menghambat proses penuaan kulit. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental laboratorik, menggunakan tiga konsentrasi ekstrak daun teh hijau (0,02%, 0,2%, dan 2%) dalam formulasi krim. Parameter yang dievaluasi meliputi uji organoleptik, homogenitas, stabilitas, dan pH krim. Efek anti-aging dari krim diuji pada 15 ekor marmut betina (300-500 gram, 4 minggu) yang dikelompokkan secara acak ke dalam 5 kelompok perlakuan (termasuk kelompok kontrol). Pengukuran efek anti-aging dilakukan menggunakan skin analyzer (Aramo SG) untuk menilai kelembaban, kehalusan kulit, ukuran pori, jumlah noda, dan kedalaman kerutan. Penggunaan marmut sebagai model hewan percobaan dan skin analyzer sebagai alat ukur menjadi poin penting dalam metodologi penelitian ini untuk memperoleh data yang akurat dan terukur secara kuantitatif.

3. Analisis Data dan Interpretasi Hasil

Bagian abstrak menyinggung hasil penelitian, tetapi tidak memberikan detail. Implikasi dari penggunaan skin analyzer (Aramo SG) akan dijelaskan secara detail di bagian hasil. Pengujian statistik (ANOVA) digunakan untuk menganalisis perbedaan yang signifikan antara berbagai konsentrasi ekstrak daun teh hijau dan kelompok kontrol. Analisis mencakup evaluasi parameter seperti kelembaban kulit, kehalusan, ukuran pori, jumlah noda, dan kedalaman kerutan sebelum dan sesudah paparan sinar UV serta selama masa pemulihan. Perbedaan signifikan yang diamati pada berbagai titik waktu dan konsentrasi akan diinterpretasikan dalam konteks potensi anti-aging dari ekstrak daun teh hijau. Data kuantitatif yang dihasilkan dari skin analyzer akan divisualisasikan dalam grafik dan tabel untuk mempermudah pemahaman dan interpretasi hasil. Pembahasan akan menghubungkan temuan penelitian dengan literatur ilmiah terkait, menjelaskan mekanisme kerja anti-aging dari ekstrak teh hijau dan membandingkan efektifitasnya dengan bahan anti-aging lain seperti Vitamin C.

II.Bahan dan Metode Formulasi Krim dan Pengujian

Simplisia daun teh hijau dibuat melalui proses pengeringan dan ekstraksi menggunakan etanol 70%. Krim diformulasi dengan basis krim tangan, meliputi pengujian parameter organoleptik, homogenitas, stabilitas, pH. Pengujian efek anti-aging dilakukan pada 15 ekor marmut betina dengan paparan sinar UV, kemudian dioleskan krim uji dan diukur perubahannya menggunakan skin analyzer. Penelitian juga membandingkan dengan krim blanko dan krim vitamin C 2%.

1. Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Daun Teh Hijau

Tahap awal penelitian ini melibatkan pembuatan simplisia daun teh hijau. Daun teh hijau segar dibersihkan, dipisahkan dari batangnya, lalu dikeringkan hingga mencapai berat konstan. Proses pengeringan dilakukan dalam lemari pengering untuk memastikan simplisia kering dan terbebas dari kadar air yang berlebihan. Berat basah daun teh hijau yang digunakan adalah 3,1 kg. Simplisia daun teh hijau kering kemudian disimpan dalam wadah yang terlindung dari sinar matahari untuk mempertahankan kualitas dan mencegah degradasi senyawa aktif. Ekstrak daun teh hijau dibuat melalui metode maserasi. Sebanyak 200 mg serbuk teh hijau kering dimaserasi dengan 1500 ml campuran etanol 70%. Proses maserasi dilakukan selama 5 hari dengan pengadukan setiap hari. Setelah penyaringan, ampas diperas dan dimaserasi kembali dengan 500 ml etanol 70%. Proses ini diulangi hingga ampas tidak lagi mengandung zat aktif. Ekstrak yang dihasilkan kemudian digunakan dalam pembuatan sediaan krim.

2. Formulasi Krim Ekstrak Daun Teh Hijau

Formulasi krim dilakukan dengan orientasi basis krim tangan. Ekstrak daun teh hijau yang telah dibuat kemudian diintegrasikan ke dalam basis krim dengan tiga konsentrasi berbeda: 0,02%, 0,2%, dan 2%. Proses pembuatan krim melibatkan peleburan asam stearat dan setil alkohol pada suhu 75°C. Nipagin dilarutkan dalam air panas, kemudian ditambahkan trietanolamin. Kedua massa ini kemudian dicampur dan digerus hingga membentuk basis krim. Ekstrak daun teh hijau ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus digerus hingga tercipta campuran yang homogen. Parameter mutu fisik krim yang dievaluasi meliputi homogenitas, stabilitas selama penyimpanan 12 minggu, dan pH. Penggunaan basis krim tangan memastikan kesesuaian sediaan untuk aplikasi topikal pada kulit. Modifikasi formulasi dilakukan dengan mengganti propilen glikol dan sorbitol sirup dengan ekstrak daun teh hijau pekat untuk mengevaluasi potensi antioksidan alami dari ekstrak tersebut.

3. Pengujian Aktivitas Anti aging Krim

Pengujian aktivitas anti-aging dilakukan pada 15 ekor marmut betina dengan berat 300-500 gram selama 4 minggu. Kulit punggung marmut dicukur dan diberikan paparan sinar UV 366 nm sebelum aplikasi krim. Krim yang diuji meliputi tiga konsentrasi krim ekstrak daun teh hijau (0,02%, 0,2%, dan 2%), krim blanko (tanpa ekstrak), dan krim vitamin C 2% sebagai pembanding. Pengukuran parameter anti-aging dilakukan menggunakan skin analyzer (Aramo SG). Alat ini digunakan untuk mengukur kelembaban kulit menggunakan stick khusus dan kamera dengan perbesaran 60x untuk mengevaluasi kehalusan kulit, ukuran pori, jumlah noda, dan kedalaman kerutan. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah penyinaran UV, serta pada minggu ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4 masa pemulihan. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA untuk menentukan signifikansi perbedaan antar kelompok perlakuan.

III.Hasil dan Pembahasan Efektivitas Krim Ekstrak Teh Hijau

Hasil menunjukkan bahwa krim ekstrak daun teh hijau berhasil diformulasikan dan stabil selama 12 minggu. Semua konsentrasi menunjukkan peningkatan kelembaban kulit, pengurangan ukuran pori, dan penurunan jumlah noda pada marmut setelah perawatan. Konsentrasi 0,2% dan 2% menunjukkan hasil paling signifikan dalam mengurangi kerutan dan mengembalikan kulit ke kondisi normal. Perbandingan dengan krim vitamin C 2% dan krim blanko menunjukkan keunggulan krim ekstrak teh hijau dalam aktivitas anti-aging-nya. Data statistik (ANOVA) digunakan untuk menganalisis signifikansi perbedaan antar kelompok perlakuan.

1. Evaluasi Fisik Krim Ekstrak Daun Teh Hijau

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan krim ekstrak daun teh hijau dengan berbagai konsentrasi (0.02%, 0.2%, dan 2%) yang diformulasikan memiliki sifat fisik yang baik. Krim tersebut tergolong homogen, tidak menunjukkan adanya butiran kasar, dan stabil selama penyimpanan 12 minggu. Hal ini menunjukkan formulasi krim yang berhasil dan sesuai untuk diaplikasikan pada kulit. Pengujian pH menunjukkan nilai yang masih berada dalam rentang yang aman untuk kulit (pH 5-8), kecuali untuk krim Vitamin C 2% yang menunjukkan penurunan pH yang signifikan dari minggu ke minggu, kemungkinan karena sifatnya yang mudah teroksidasi. Krim ekstrak daun teh hijau dengan konsentrasi lebih dari 2% menghasilkan tekstur yang kurang ideal ('scrap' berbutir halus), menandakan konsentrasi optimal berada di bawah 2%. Pengujian homogenitas juga dilakukan pada krim blanko dan krim Vitamin C 2% sebagai kontrol, menunjukkan hasil yang homogen pula.

2. Pengaruh Krim terhadap Kadar Air Kulit Marmut

Pengaruh krim terhadap kadar air kulit marmut dievaluasi menggunakan skin analyzer (Aramo SG). Hasil menunjukkan penurunan kadar air pada semua kelompok marmut setelah paparan sinar UV, mengindikasikan dehidrasi kulit. Namun, analisis statistik ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok sebelum penyinaran (p>0.05). Selama periode pemulihan (4 minggu), terjadi peningkatan kadar air pada semua kelompok, dan perbedaan signifikan teramati pada minggu ke-2, ke-3, dan ke-4 (p<0.05). Kelompok blanko menunjukkan perbedaan signifikan dibandingkan kelompok krim ekstrak daun teh hijau 2% dan krim Vitamin C pada minggu ke-2 dan ke-3. Temuan ini menunjukkan bahwa krim ekstrak daun teh hijau, khususnya pada konsentrasi lebih tinggi, berkontribusi pada peningkatan kadar air kulit setelah paparan sinar UV, yang penting untuk menjaga kesehatan dan elastisitas kulit.

3. Pengaruh Krim terhadap Kehalusan Ukuran Pori dan Noda Kulit

Analisis menggunakan skin analyzer juga mencakup kehalusan kulit, ukuran pori, dan jumlah noda. Sebelum penyinaran UV, semua kelompok marmut memiliki kulit yang halus hingga normal. Setelah penyinaran, tekstur kulit menjadi kasar pada semua kelompok, tanpa perbedaan signifikan antar kelompok (p>0.05). Selama pemulihan, krim ekstrak daun teh hijau (khususnya konsentrasi 0.2% dan 2%) menunjukkan efektivitas dalam mengembalikan kehalusan kulit, dengan hasil yang hampir sama dengan krim Vitamin C. Untuk ukuran pori, penurunan ukuran pori signifikan terjadi mulai minggu ke-3 dan ke-4 (p<0.05), dengan konsentrasi 0.2% dan 2% ekstrak daun teh hijau menunjukkan hasil terbaik dalam mengembalikan ukuran pori ke kondisi normal. Terkait jumlah noda, penurunan signifikan diamati mulai minggu ke-1 hingga ke-4 (p<0.05), dengan konsentrasi 0.2% dan 2% menunjukkan efektivitas yang hampir sama dalam mengurangi jumlah noda. Kesimpulannya, krim ekstrak daun teh hijau menunjukkan efek positif terhadap kehalusan kulit, ukuran pori, dan pengurangan noda.

4. Pengaruh Krim terhadap Kedalaman Kerutan

Pengaruh krim terhadap kedalaman kerutan juga diukur menggunakan skin analyzer. Sebelum penyinaran, semua kelompok tidak menunjukkan kerutan. Setelah paparan sinar UV, semua kelompok menunjukkan peningkatan jumlah dan kedalaman kerutan. Selama pemulihan, kelompok blanko menunjukkan penurunan kerutan yang minimal, sementara kelompok dengan krim ekstrak daun teh hijau 0.02% menunjukkan penurunan kerutan mendekati 'fine lines'. Perbedaan signifikan dalam pengurangan kedalaman kerutan terlihat pada minggu ke-4 antara kelompok blanko dan kelompok yang menggunakan krim ekstrak daun teh hijau 0.2%, 2%, dan Vitamin C. Konsentrasi 0.2% dan 2% ekstrak daun teh hijau memberikan hasil yang sebanding dalam mengurangi kedalaman kerutan. Temuan ini menunjukkan potensi krim ekstrak daun teh hijau dalam memperbaiki tekstur kulit dan mengurangi kedalaman kerutan yang disebabkan oleh paparan sinar UV.

IV.Kesimpulan Potensi Teh Hijau untuk Perawatan Kulit Anti Aging

Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis) efektif sebagai bahan aktif dalam krim anti-aging. Formulasi krim yang dihasilkan homogen, stabil, dan menunjukkan aktivitas antioksidan yang signifikan dalam mengurangi tanda-tanda penuaan dini pada kulit marmut. Konsentrasi 0,2% menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk pengembangan produk kosmetikanti-aging berbasis bahan alami. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan formulasi dan mengkaji efektivitasnya pada manusia.

1. Kesimpulan Utama Mengenai Efektivitas Krim Ekstrak Teh Hijau

Kesimpulan utama penelitian ini menegaskan bahwa ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L.) dapat berhasil diformulasikan menjadi sediaan krim tipe M/A (minyak dalam air) yang stabil dan homogen. Krim-krim tersebut menunjukkan sifat-sifat yang baik, seperti stabilitas selama 12 minggu penyimpanan dan pH yang tidak mengiritasi kulit. Penelitian ini membuktikan potensi ekstrak daun teh hijau sebagai bahan aktif dalam krim anti-aging, terbukti dari efektivitasnya dalam mengurangi tanda-tanda penuaan dini pada kulit marmut. Konsentrasi optimal ekstrak daun teh hijau dalam formulasi krim perlu dipertimbangkan karena konsentrasi yang terlalu tinggi (lebih dari 2%) menghasilkan tekstur krim yang kurang ideal. Hasil penelitian ini memberikan dasar ilmiah untuk pengembangan produk kosmetik anti-aging yang memanfaatkan bahan alami dan efektif.

2. Efektivitas Konsentrasi Ekstrak Daun Teh Hijau

Penelitian ini mengevaluasi tiga konsentrasi ekstrak daun teh hijau (0,02%, 0,2%, dan 2%) dalam sediaan krim. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi 0,2% dan 2% memberikan efektivitas yang hampir sama dalam memperbaiki berbagai parameter yang terkait dengan penuaan kulit pada marmut, termasuk peningkatan kadar air, perbaikan kehalusan kulit, pengurangan ukuran pori, dan penurunan jumlah noda. Konsentrasi 0,2% dianggap sebagai konsentrasi efektif minimum yang mampu memberikan aktivitas antioksidan untuk mengecilkan pori-pori. Meskipun konsentrasi 2% menunjukkan hasil yang serupa, konsentrasi yang lebih rendah (0,2%) lebih disukai mengingat tekstur krim yang lebih baik pada konsentrasi tersebut. Kesimpulannya, penelitian ini menyarankan penggunaan konsentrasi 0,2% sebagai titik awal untuk pengembangan produk kosmetik anti-aging.

3. Perbandingan dengan Krim Pembanding Blanko dan Vitamin C

Hasil penelitian membandingkan efektivitas krim ekstrak daun teh hijau dengan krim blanko (tanpa ekstrak) dan krim Vitamin C 2%. Hasil menunjukkan bahwa krim ekstrak daun teh hijau memberikan perbaikan yang signifikan pada berbagai parameter kulit dibandingkan dengan krim blanko, menunjukkan peranan penting ekstrak daun teh hijau dalam proses anti-aging. Perbandingan dengan krim Vitamin C 2% menunjukkan hasil yang sebanding, namun krim ekstrak daun teh hijau memiliki keunggulan dalam stabilitas selama penyimpanan 12 minggu, berbeda dengan krim Vitamin C 2% yang menunjukkan ketidakstabilan. Hal ini menunjukkan bahwa krim ekstrak daun teh hijau menawarkan alternatif yang lebih stabil dan efektif untuk perawatan anti-aging dibandingkan dengan Vitamin C.

4. Rekomendasi dan Penelitian Lanjutan

Berdasarkan temuan ini, penelitian ini merekomendasikan penggunaan ekstrak daun teh hijau (Camellia sinensis L.) pada konsentrasi 0,2% dalam formulasi krim anti-aging. Formulasi ini terbukti efektif dalam mengurangi tanda-tanda penuaan dini pada model hewan percobaan (marmut) dan memiliki stabilitas yang baik. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji efektivitas dan keamanan krim ini pada manusia, serta untuk mengoptimalkan formulasi agar lebih efektif dan efisien. Penelitian selanjutnya dapat mencakup studi klinis pada manusia untuk memvalidasi temuan ini, serta eksplorasi konsentrasi dan formulasi yang lebih beragam untuk mencapai efek anti-aging yang lebih optimal. Penting juga untuk meneliti lebih lanjut mengenai mekanisme kerja anti-aging dari ekstrak daun teh hijau pada tingkat seluler dan molekuler.