
Fenomena Kecemasan dan Ketidakpastian dalam Komunikasi Dosen dan Mahasiswa pada Bimbingan Skripsi
Informasi dokumen
Penulis | Tabita Silitonga |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara (USU) |
Jurusan | Ilmu Komunikasi |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tempat | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 2.04 MB |
- komunikasi antarpribadi
- kecemasan berkomunikasi
- bimbingan skripsi
Ringkasan
I.Metodologi Penelitian Studi Kasus Kualitatif tentang Kecemasan Komunikasi dalam Bimbingan Skripsi
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk menyelidiki kecemasan komunikasi dan pengurangan ketidakpastian pada mahasiswa tingkat akhir di FISIP USU selama proses bimbingan skripsi. Sebanyak 17 informan dari enam departemen di FISIP USU, dengan tingkat kecemasan dan ketidakpastian yang bervariasi (tinggi, moderat, rendah), terlibat dalam penelitian ini. Fokus penelitian adalah pada interaksi komunikasi antarpribadi antara mahasiswa dan dosen pembimbing mereka pada tiga tahap: penunjukan, masukan, dan personal.
1. Pendekatan Penelitian dan Populasi Studi
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus kualitatif, yang dipilih karena kemampuannya untuk menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, program, organisasi, atau peristiwa secara sistematis. Penelitian ini memanfaatkan berbagai sumber data untuk mendalami fenomena yang diteliti. Teori kecemasan berkomunikasi dan pengurangan ketidakpastian dalam komunikasi antarpribadi digunakan sebagai kerangka teoritis. Penelitian melibatkan 17 informan dari enam departemen di FISIP USU. Informan dipilih berdasarkan tingkat kecemasan dan ketidakpastian mereka dalam komunikasi antarpribadi dengan dosen pembimbing selama proses bimbingan skripsi, yang dikategorikan menjadi tiga level: sangat tinggi, moderat, dan rendah. Tingkat kecemasan dan ketidakpastian ini diamati pada tiga tahap utama bimbingan skripsi: tahap penunjukan dosen pembimbing, tahap masukan (saat diskusi dan revisi), dan tahap personal (interaksi di luar konteks formal). Penelitian ini difokuskan pada bagaimana kecemasan dan ketidakpastian tersebut mempengaruhi proses bimbingan skripsi dan hasil akhir skripsi mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di FISIP USU karena di fakultas ini ditemukan beberapa kasus kecemasan mahasiswa dalam interaksi komunikasi dengan dosen pembimbing skripsi.
2. Definisi Bimbingan Skripsi dan Fenomena Kecemasan
Bimbingan skripsi didefinisikan sebagai proses pendampingan mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi. Proses ini seringkali dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti kesulitan menentukan judul, memahami latar belakang masalah, menguasai teori, metodologi penelitian, pengumpulan dan analisis data, serta penyusunan skripsi yang sistematis. Tantangan-tantangan ini tidak hanya menguji kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional mahasiswa. Penelitian ini menemukan bahwa kecemasan mahasiswa tingkat akhir dalam bimbingan skripsi tidak hanya disebabkan oleh kompleksitas proses penelitian ilmiah, tetapi juga oleh kekhawatiran terhadap karakter dosen pembimbing dan metode bimbingan yang digunakan. Mahasiswa seringkali mengalami ketidakpastian terhadap karakter dosen pembimbing, dan merasa cemas jika mendapatkan dosen yang memiliki reputasi negatif di kalangan mahasiswa (misalnya, dianggap 'kejam', 'kaku', atau 'perfeksionis'). Kecemasan dan ketidakpastian ini berpengaruh signifikan terhadap proses penyelesaian skripsi dan hasil akhir yang dicapai.
3. Tujuan Penelitian dan Kerangka Teori
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa dalam interaksi komunikasi antarpribadi dengan dosen pembimbing mempengaruhi proses bimbingan skripsi. Penelitian juga bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana komunikasi antarpribadi terjadi antara dosen pembimbing dan mahasiswa selama proses bimbingan skripsi di FISIP USU. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana mahasiswa membangun komunikasi antarpribadinya dan bagaimana hal ini berpengaruh terhadap proses penyelesaian dan hasil skripsi. Penelitian ini menggunakan teori kecemasan berkomunikasi dan teori pengurangan ketidakpastian dalam komunikasi antarpribadi sebagai landasan teoritis. Konsep-konsep kunci seperti keterbukaan (openness) dalam komunikasi interpersonal, ketidakpastian kognitif, dan ketidakpastian perilaku dijelaskan dalam konteks interaksi antara mahasiswa dan dosen pembimbing. Penelitian ini juga merujuk pada pendapat Joseph A. Devito mengenai ciri komunikasi antarpribadi yang efektif dan penelitian Morrisan (2010) tentang prediksi dan penjelasan dalam upaya mengurangi ketidakpastian dalam komunikasi antarpribadi.
II.Tantangan dalam Proses Bimbingan Skripsi
Penelitian ini mengungkap bahwa kecemasan mahasiswa tingkat akhir dalam proses bimbingan skripsi bukan hanya disebabkan oleh kerumitan proses penelitian itu sendiri, tetapi juga oleh kekhawatiran terhadap karakter dosen pembimbing dan metode bimbingan skripsi yang diterapkan. Mahasiswa seringkali mengalami ketidakpastian mengenai karakter dosen, khususnya terkait persepsi negatif yang beredar di kalangan mahasiswa tentang dosen tertentu (misalnya, label 'kejam', 'kaku', 'perfeksionis'). Masalah yang dihadapi mahasiswa selama pengerjaan skripsi meliputi kesulitan menentukan judul, memahami teori, metodologi penelitian, pengumpulan dan analisis data, serta penyusunan skripsi yang sistematis dan terstruktur. Hal ini menunjukkan perlunya bimbingan skripsi yang efektif untuk menghasilkan skripsi yang berkualitas dan bermanfaat.
1. Kompleksitas Proses Penulisan Skripsi
Proses bimbingan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi mahasiswa. Dokumen tersebut menjelaskan berbagai kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi, mulai dari ketidakfokusannya pada judul penelitian, kebingungan dalam merumuskan latar belakang masalah, hingga kesulitan memahami teori-teori yang relevan dan metodologi penelitian yang tepat. Mahasiswa juga seringkali mengalami kendala dalam pengumpulan dan analisis data, serta penyusunan pembahasan yang sistematis dan terstruktur. Kesulitan-kesulitan ini mencerminkan kompleksitas proses penulisan skripsi yang tidak hanya menuntut kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan emosional yang tinggi. Kemampuan untuk mengelola stres, mengatasi hambatan, dan mempertahankan motivasi sangat krusial dalam menghadapi tantangan ini. Oleh karena itu, bimbingan skripsi yang efektif dan suportif sangat diperlukan agar mahasiswa dapat mencapai hasil maksimal dan menghasilkan skripsi yang berkualitas. Keberhasilan dalam menghasilkan skripsi yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat sangat dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut.
2. Kekhawatiran Terhadap Dosen Pembimbing dan Metode Bimbingan
Selain kompleksitas proses penulisan skripsi, dokumen ini juga mengidentifikasi kekhawatiran mahasiswa terhadap dosen pembimbing dan metode bimbingan yang diterapkan sebagai sumber kecemasan utama. Mahasiswa seringkali mengalami ketidakpastian dan kecemasan terkait karakter dosen pembimbing mereka. Mereka berharap dibimbing oleh dosen yang sesuai dengan karakter dan gaya belajar mereka, dan merasa cemas jika mendapatkan dosen yang memiliki reputasi negatif di kalangan mahasiswa, yang mungkin memiliki gaya bimbingan yang dianggap 'kejam', 'kaku', 'perfeksionis', 'sangat mendominasi', atau 'banyak permintaan'. Ketidakpastian ini muncul karena minimnya informasi atau pengalaman langsung dengan dosen tersebut sebelum tahap bimbingan skripsi dimulai. Persepsi negatif yang beredar di kalangan mahasiswa dapat meningkatkan kecemasan dan ketidakpastian mereka, sehingga mempengaruhi motivasi dan kinerja selama proses bimbingan skripsi. Oleh karena itu, penting bagi lembaga pendidikan untuk menciptakan lingkungan bimbingan skripsi yang suportif dan transparan, yang mampu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepercayaan mahasiswa terhadap dosen pembimbing.
3. Dampak Kecemasan dan Ketidakpastian terhadap Proses Bimbingan
Kecemasan dan ketidakpastian yang dialami mahasiswa terhadap dosen pembimbing dan proses bimbingan skripsi berdampak signifikan terhadap proses penyelesaian skripsi. Beberapa mahasiswa, karena kecemasan yang tinggi, menunda atau bahkan menghindari komunikasi dengan dosen pembimbing. Hal ini berujung pada terhambatnya proses revisi dan penyelesaian skripsi. Contohnya, terdapat mahasiswa yang menghabiskan waktu hingga 10 bulan hanya untuk menyelesaikan proposal karena merasa ragu dan takut berkomunikasi dengan dosen pembimbingnya. Selain itu, kecemasan juga dapat menyebabkan mahasiswa melakukan persiapan yang berlebihan, seperti memeriksa skripsi berulang kali, mempelajari materi secara intensif menjelang bimbingan, atau merasa bingung menentukan cara menghubungi dosen pembimbing. Semua ini dapat mengganggu fokus dan produktivitas mahasiswa. Oleh karena itu, menciptakan iklim bimbingan yang suportif dan mengurangi tingkat ketidakpastian dapat membantu mahasiswa untuk lebih fokus dan efektif dalam menyelesaikan skripsinya.
III.Teori Komunikasi Antarpribadi dan Ketidakpastian
Penelitian ini menggunakan teori kecemasan berkomunikasi dan teori pengurangan ketidakpastian dalam komunikasi antarpribadi sebagai kerangka teoritis. Konsep ketidakpastian kognitif dan ketidakpastian perilaku dibahas, menjelaskan bagaimana mahasiswa berupaya mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan prediksi perilaku dosen pembimbing. Ciri-ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, seperti keterbukaan, juga dianalisis dalam konteks bimbingan skripsi.
1. Komunikasi Antarpribadi Efektif Menurut Devito
Dokumen ini merujuk pada pendapat Joseph A. Devito tentang ciri komunikasi antarpribadi yang efektif. Salah satu ciri penting yang dibahas adalah keterbukaan (openness). Keterbukaan dalam komunikasi interpersonal mencakup tiga aspek: komunikator harus terbuka kepada komunikannya, ada kesediaan untuk mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan (asalkan pantas dan wajar), dan komunikasi yang efektif melibatkan tanggapan yang senang hati terhadap informasi yang diterima. Keterbukaan ini penting untuk membangun hubungan yang bermakna. Lebih lanjut, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan karena berlangsung tatap muka (face-to-face), memungkinkan kontak pribadi dan umpan balik langsung (immediate feedback). Umpan balik yang positif membuat komunikator mempertahankan gaya komunikasinya, sementara umpan balik negatif mendorong komunikator untuk mengubah gaya komunikasinya hingga berhasil. Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman terhadap proses komunikasi antarpribadi untuk mencapai tujuan komunikasi yang efektif, khususnya dalam konteks bimbingan skripsi dimana interaksi tatap muka dan umpan balik langsung sangat penting.
2. Teori Pengurangan Ketidakpastian Uncertainty Reduction Theory
Dokumen ini menjelaskan teori pengurangan ketidakpastian (uncertainty reduction theory) yang relevan dengan interaksi mahasiswa dan dosen pembimbing. Teori ini menjelaskan bagaimana individu yang belum saling kenal berupaya mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan prediktabilitas dalam komunikasi mereka. Ketidakpastian dibagi menjadi dua: ketidakpastian kognitif (mengenai karakter dan kepercayaan orang lain) dan ketidakpastian perilaku (mengenai perilaku yang tepat dalam situasi tertentu). Contoh yang diberikan adalah interaksi dengan tukang batu: kebutuhan untuk mengetahui lebih banyak tentang tukang batu akan meningkat jika ada hubungan yang berkelanjutan, misalnya jika ia akan menyewa rumah kita. Richard West dan Lynn H. Turner mendefinisikan prediksi sebagai kemampuan untuk memperkirakan perilaku seseorang, sedangkan penjelasan merupakan upaya untuk menginterpretasi makna tindakan masa lalu dalam suatu hubungan. Meningkatkan prediktabilitas memerlukan pencarian informasi melalui pertanyaan, dan ketidakpastian berkurang seiring berjalannya interaksi. Teori ini membantu menjelaskan bagaimana mahasiswa berusaha mencari informasi tentang dosen pembimbing mereka untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepercayaan dalam berinteraksi.
3. Penerapan Teori dalam Konteks Bimbingan Skripsi
Dalam konteks bimbingan skripsi, teori-teori komunikasi antarpribadi dan pengurangan ketidakpastian digunakan untuk menganalisis interaksi antara mahasiswa dan dosen pembimbing. Dokumen ini menjelaskan bagaimana ketidakpastian dan kecemasan mahasiswa terkait dosen pembimbing berpengaruh pada komunikasi mereka. Mahasiswa akan berupaya mengurangi ketidakpastian tentang karakter dosen (ketidakpastian kognitif) dan cara berinteraksi yang tepat (ketidakpastian perilaku). Tahap penunjukan dosen pembimbing, tahap masukan (diskusi dan revisi), dan tahap personal (interaksi informal) menjadi titik fokus analisis. Penelitian ini mengkaji bagaimana keterbukaan dalam komunikasi, baik dari dosen maupun mahasiswa, mempengaruhi tingkat kecemasan dan ketidakpastian. Keberhasilan dalam mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan prediksi perilaku dosen berpengaruh terhadap kualitas komunikasi antarpribadi dan keberhasilan proses bimbingan skripsi. Studi kasus yang disajikan mengilustrasikan bagaimana teori-teori ini berperan dalam membentuk pengalaman dan perilaku mahasiswa dalam proses bimbingan skripsi mereka di FISIP USU.
IV.Kasus Studi Pengalaman Mahasiswa dalam Bimbingan Skripsi di FISIP USU
Bagian ini menyajikan kasus-kasus studi individu mahasiswa FISIP USU yang menggambarkan berbagai tingkat kecemasan dan ketidakpastian mereka selama bimbingan skripsi. Studi kasus ini menunjukkan bagaimana faktor internal (karakter mahasiswa, self-esteem) dan eksternal (sikap dosen pembimbing, dukungan lingkungan) memengaruhi pengalaman komunikasi antarpribadi mereka. Beberapa contoh kasus yang dijelaskan meliputi Villya, Nalon, Erma, Mutiara, Irwan, dan beberapa mahasiswa lainnya yang menunjukkan berbagai respons terhadap kecemasan dan ketidakpastian dalam bimbingan skripsi mereka.
1. Studi Kasus Mahasiswa dengan Tingkat Kecemasan Tinggi
Bagian studi kasus menyoroti pengalaman mahasiswa dengan tingkat kecemasan tinggi dalam bimbingan skripsi. Contohnya, Villya yang awalnya memiliki persepsi negatif terhadap dosen pembimbingnya (dianggap 'killer'), mengalami kecemasan tinggi saat tahap masukan. Ia menghadapi penolakan judul, kesulitan menjawab pertanyaan mengenai proposal, dan kritik dari dosen pembimbing. Pengalaman ini memperkuat kecemasannya dan menunjukkan ketidaksesuaian antara ekspektasi dan realita komunikasi antarpribadi. Kasus lain, Ester, cemas karena dosen pembimbingnya yang disiplin dan dianggap 'killer', mendapat respon kurang ramah karena belum menyelesaikan proposal. Fitri juga mengalami kecemasan tinggi karena dosen pembimbingnya memiliki banyak syarat dan ketentuan. Kasus-kasus ini menggambarkan bagaimana persepsi negatif terhadap dosen pembimbing, minimnya komunikasi sebelumnya, dan ketidakpastian mengenai proses bimbingan dapat memicu kecemasan yang tinggi pada mahasiswa. Persepsi negatif ini seringkali berasal dari cerita senior atau informasi tidak resmi lainnya di kalangan mahasiswa.
2. Studi Kasus Mahasiswa dengan Tingkat Kecemasan Rendah
Sebaliknya, studi kasus juga mencakup mahasiswa dengan tingkat kecemasan rendah selama bimbingan skripsi. Mutiara, misalnya, hampir tidak merasa cemas karena telah membangun komunikasi antarpribadi yang baik dengan dosen pembimbingnya sebelum tahap bimbingan skripsi dimulai. Hubungan yang telah terjalin baik melalui beberapa mata kuliah dan proyek bersama membuat Mutiara merasa nyaman dan percaya diri. Irwan juga menunjukkan tingkat kecemasan rendah karena telah memiliki hubungan baik dan diskusi yang sering dengan dosen pembimbingnya. Bahkan dosen pembimbingnya sendiri yang menawarkan bimbingan karena kesamaan objek penelitian. Agnesi, meskipun memiliki karakter introvert, juga menunjukkan kecemasan rendah karena dukungan dari dosen pembimbing yang ramah. Christy juga merasa tenang karena dosen pembimbingnya tidak mempersulit proses bimbingan dan komunikasinya berlangsung baik. Hilda dan Denny, meskipun jarang bimbingan, juga tidak mengalami kecemasan yang signifikan karena faktor-faktor eksternal seperti kehadiran teman atau minimnya evaluasi dari dosen. Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi yang positif dan terbangun sebelum bimbingan skripsi dimulai, serta dukungan dari dosen pembimbing, sangat berpengaruh dalam mengurangi tingkat kecemasan mahasiswa.
3. Analisis Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Kecemasan
Studi kasus-kasus tersebut mengkaji faktor internal dan eksternal yang memengaruhi tingkat kecemasan mahasiswa dalam bimbingan skripsi. Faktor internal, seperti kepribadian introvert atau self-esteem yang rendah, dapat berkontribusi pada kecemasan yang tinggi. Sebaliknya, faktor eksternal, seperti dukungan dari dosen pembimbing, komunikasi yang terbuka dan suportif, serta persepsi positif terhadap dosen pembimbing, dapat mengurangi kecemasan. Villya, misalnya, awalnya memiliki persepsi negatif tetapi persepsinya berubah menjadi positif setelah komunikasi dengan dosen pembimbingnya membaik. Kevin, meskipun bimbingannya tergolong kaku, merasa tenang karena dosen pembimbingnya yang realistis dan to the point. Bernard, meskipun cemas karena kesibukan dosen pembimbing, tetap merasa di dukung. Irwan, yang sangat akrab dengan dosen pembimbingnya, bahkan merasakan kekuatan emosional seperti berbicara dengan orang tua. Analisis ini menunjukkan bahwa baik faktor internal maupun eksternal berperan penting dalam membentuk pengalaman mahasiswa selama bimbingan skripsi dan bagaimana mereka mengatasi kecemasan dan ketidakpastian.
V.Kesimpulan Kecemasan Komunikasi Ketidakpastian dan Komunikasi Antarpribadi dalam Bimbingan Skripsi
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa dalam komunikasi antarpribadi dengan dosen pembimbing selama bimbingan skripsi merupakan fenomena yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Keterbukaan dan dukungan dari dosen pembimbing terbukti sangat penting dalam mengurangi kecemasan dan meningkatkan efektivitas komunikasi. Penelitian ini memberikan implikasi penting bagi peningkatan kualitas bimbingan skripsi di FISIP USU dan lembaga pendidikan tinggi lainnya, dengan menekankan pentingnya membangun komunikasi antarpribadi yang efektif antara mahasiswa dan dosen pembimbing untuk mengurangi kecemasan komunikasi dan meningkatkan keberhasilan penyelesaian skripsi.
1. Kesimpulan Umum tentang Kecemasan Komunikasi dalam Bimbingan Skripsi
Kesimpulan penelitian ini menekankan kompleksitas kecemasan komunikasi dan ketidakpastian yang dialami mahasiswa dalam bimbingan skripsi. Kecemasan ini tidak hanya disebabkan oleh kesulitan akademik dalam proses penelitian dan penulisan skripsi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis dan interaksi sosial dengan dosen pembimbing. Penelitian menunjukkan adanya variasi tingkat kecemasan dan ketidakpastian di antara mahasiswa, yang dipengaruhi oleh faktor internal (seperti kepribadian dan self-esteem) dan eksternal (seperti sikap dan perilaku dosen pembimbing, serta dukungan lingkungan). Kecemasan komunikasi ini dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti detak jantung yang cepat, keringat dingin, dan kurang percaya diri. Penelitian ini menyoroti pentingnya komunikasi antarpribadi yang efektif dan suportif antara mahasiswa dan dosen pembimbing untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan keberhasilan penyelesaian skripsi. Keterbukaan dan penerimaan dari dosen pembimbing sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi dan kepercayaan diri mahasiswa.
2. Peran Komunikasi Antarpribadi yang Efektif
Kesimpulan penelitian ini menekankan peran penting komunikasi antarpribadi yang efektif dalam mengurangi kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa selama bimbingan skripsi. Keterbukaan dan penerimaan dari dosen pembimbing terbukti berpengaruh signifikan terhadap peningkatan motivasi mahasiswa dan keberhasilan proses bimbingan. Mahasiswa yang merasa diterima dan didengarkan cenderung lebih percaya diri dan mampu mengatasi tantangan dalam penulisan skripsi. Sebaliknya, kurangnya keterbukaan atau respon yang kurang suportif dari dosen pembimbing dapat meningkatkan kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa, yang pada akhirnya dapat menghambat proses penyelesaian skripsi. Penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif tidak hanya melibatkan penyampaian informasi akademik, tetapi juga pemahaman dan empati terhadap kondisi emosional mahasiswa. Oleh karena itu, pembinaan hubungan yang baik dan saling percaya antara mahasiswa dan dosen pembimbing menjadi faktor kunci kesuksesan dalam bimbingan skripsi.
3. Implikasi dan Rekomendasi untuk Peningkatan Bimbingan Skripsi
Penelitian ini memberikan implikasi penting bagi peningkatan kualitas bimbingan skripsi di lingkungan pendidikan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan perlunya pelatihan dan pengembangan bagi dosen pembimbing untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam membangun komunikasi antarpribadi yang efektif dan suportif. Dosen pembimbing perlu memahami pentingnya keterbukaan, empati, dan dukungan dalam membimbing mahasiswa. Selain itu, lembaga pendidikan perlu menciptakan lingkungan yang kondusif dan suportif bagi mahasiswa, yang dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam proses bimbingan skripsi. Penelitian ini juga menyarankan agar mahasiswa proaktif dalam membangun komunikasi yang baik dengan dosen pembimbing, serta mencari dukungan dari lingkungan sekitar untuk mengurangi kecemasan. Dengan demikian, peningkatan kualitas bimbingan skripsi dapat dicapai melalui kerjasama antara dosen pembimbing, lembaga pendidikan, dan mahasiswa itu sendiri.