
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Nyeri Pasien Pasca Bedah Abdomen
Informasi dokumen
Penulis | Citra Hutri Anggry Ani |
Sekolah | Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan |
Jurusan | Sarjana Keperawatan |
Tempat | Medan |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 6.15 MB |
- nyeri pasca bedah
- faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
- perawatan pasien
Ringkasan
I.Latar Belakang Penelitian Research Background
Penelitian ini berfokus pada intensitas nyeri pasca bedah abdomen yang merupakan masalah utama bagi pasien pasca operasi. Sekitar 80% pasien mengalami nyeri sedang hingga berat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, dan tingkat kecemasan. Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan, melibatkan 45 pasien pasca bedah abdomen antara September-Oktober 2013. Data RSUD dr. Pirngadi Medan menunjukkan 812 kasus bedah abdomen (654 seksio sesaria dan 153 laparotomi) dalam dua tahun terakhir.
1. Nyeri sebagai Masalah Utama Pasien Pasca Bedah
Dokumen ini memulai dengan menyatakan bahwa nyeri merupakan masalah utama yang dialami sebagian besar pasien rawat inap, terutama pasien pasca bedah. Disebutkan bahwa sekitar 80% pasien pasca bedah mengalami nyeri sedang hingga berat. Hal ini menjadi landasan utama penelitian yang difokuskan pada nyeri pasca bedah abdomen. Pernyataan ini menekankan urgensi untuk memahami dan mengatasi masalah nyeri pasca bedah, yang memiliki implikasi signifikan terhadap pemulihan pasien dan kualitas perawatan kesehatan. Tingginya persentase pasien yang mengalami nyeri sedang hingga berat menunjukkan kebutuhan akan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri serta intervensi yang tepat untuk mengatasinya. Penelitian ini akan memberikan kontribusi penting dalam meningkatkan pemahaman dan penanganan nyeri pasca bedah, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2. Tujuan Penelitian dan Desain Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri pasien pasca bedah abdomen dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelatif, yang memungkinkan peneliti untuk menggambarkan karakteristik nyeri dan mengidentifikasi hubungan antara variabel independen (faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri) dan variabel dependen (intensitas nyeri). Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan melibatkan 45 pasien pasca bedah abdomen. Pilihan desain dan metode sampling ini bertujuan untuk memperoleh data yang relevan dan representatif untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian ini menunjukkan pendekatan sistematis dalam mengeksplorasi kompleksitas nyeri pasca bedah dan faktor-faktor yang terkait, yang penting untuk mengembangkan strategi manajemen nyeri yang lebih efektif.
3. Tinjauan Pustaka Persepsi dan Pengukuran Nyeri
Bagian ini menjelaskan berbagai definisi nyeri, mulai dari definisi subjektif sebagai perasaan tidak nyaman hingga definisi yang lebih komprehensif yang melibatkan aspek sensorik, emosional, dan perilaku. Diuraikan pula klasifikasi nyeri, terutama nyeri akut pasca bedah yang merupakan fokus penelitian. Berbagai metode pengukuran nyeri dibahas, termasuk skala nyeri numerik (NRS) dan skala analog visual (VAS), dengan penjelasan tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing metode. Bagian ini penting karena memberikan landasan teoritis dan metodologis bagi penelitian, serta membantu pembaca memahami konteks pengukuran nyeri yang digunakan dalam penelitian ini. Pentingnya pendekatan holistik dalam menilai nyeri, mempertimbangkan aspek fisik, emosional, dan budaya, juga ditekankan. Hal ini memberikan konteks yang relevan terhadap pemahaman kompleksitas nyeri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
4. Tinjauan Pustaka Faktor faktor yang Mempengaruhi Nyeri Pasca Bedah
Bagian ini membahas berbagai faktor yang dapat mempengaruhi intensitas nyeri pasca bedah, termasuk usia, jenis kelamin, budaya, dan tingkat kecemasan. Penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh faktor-faktor ini terhadap nyeri pasca bedah dirujuk, menunjukkan adanya perbedaan hasil penelitian terkait dengan pengaruh usia dan budaya. Adanya perbedaan tersebut menjadi salah satu alasan utama dilakukannya penelitian ini untuk melihat kondisi di RSUD dr. Pirngadi Medan. Bagian ini memberikan gambaran literatur terkait faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri, memberikan konteks penting bagi interpretasi hasil penelitian, dan menunjukkan adanya celah pengetahuan yang ingin diisi oleh penelitian yang sedang dibahas. Pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam memberikan intervensi nyeri ditekankan, sehingga perawatan nyeri dapat lebih komprehensif dan efektif.
5. Lokasi dan Waktu Penelitian serta Data RSUD dr. Pirngadi Medan
Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan, tepatnya di ruang pemulihan (recovery room), antara bulan September dan Oktober 2013. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada ketersediaan fasilitas dan pelayanan bedah yang lengkap, serta kerjasama yang baik antara peneliti dan rumah sakit. Data dari RSUD dr. Pirngadi Medan menunjukkan adanya 812 kasus bedah abdomen dalam dua tahun terakhir, terdiri dari 654 kasus seksio sesaria dan 153 kasus laparotomi. Informasi ini memberikan konteks tentang jumlah pasien yang berpotensi menjadi subjek penelitian dan menggambarkan pentingnya penelitian ini dalam konteks pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Kolaborasi dengan RSUD dr. Pirngadi Medan memperkuat validitas dan relevansi temuan penelitian dalam konteks pelayanan kesehatan di Indonesia.
II.Metodologi Penelitian Research Methodology
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan metode pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Numeric Rating Scale (NRS) untuk mengukur intensitas nyeri dan State Anxiety Inventory (SAI) Form Y untuk menilai tingkat kecemasan. Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan uji Cronbach alpha.
1. Desain dan Metode Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif, yang bertujuan untuk menggambarkan karakteristik nyeri pasca bedah abdomen dan mengidentifikasi hubungan antara intensitas nyeri dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desain ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengkaji hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, di mana peneliti secara sengaja memilih sampel yang memenuhi kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, sampel terdiri dari 45 pasien pasca bedah abdomen. Penggunaan purposive sampling memungkinkan peneliti untuk memilih peserta yang memiliki karakteristik yang relevan dengan pertanyaan penelitian, sehingga data yang dikumpulkan lebih terfokus dan relevan. Metode ini dipilih untuk memaksimalkan informasi yang diperoleh, mengingat karakteristik khusus populasi yang diteliti.
2. Instrumen Pengukuran
Dua instrumen utama digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur variabel-variabel yang diteliti. Pertama, Numeric Rating Scale (NRS) digunakan untuk mengukur intensitas nyeri pasca bedah. NRS merupakan skala numerik yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien, sehingga dinilai cocok untuk mengukur nyeri yang bersifat subjektif. Kedua, State Anxiety Inventory (SAI) Form Y digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan pasien pasca bedah. SAI merupakan instrumen yang teruji validitas dan reliabilitasnya, yang dirancang untuk mengukur tingkat kecemasan sesaat (state anxiety). Pemilihan instrumen ini didasarkan pada ketepatan dan validitasnya untuk mengukur variabel yang diteliti, sehingga hasil penelitian dapat diandalkan dan memberikan informasi yang akurat. Ketepatan pemilihan instrumen sangat penting untuk mendukung keabsahan dan kualitas data yang dihasilkan.
3. Pengumpulan dan Analisis Data
Proses pengumpulan data melibatkan pengenalan diri peneliti kepada responden, penjelasan tujuan penelitian, dan pengambilan informed consent. Setelah responden memberikan persetujuan, data dikumpulkan melalui pengisian instrumen NRS dan SAI. Interaksi antara peneliti dan responden berlangsung sekitar 10 menit. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara statistik. Proses analisis data meliputi pengolahan data mentah, pembersihan data untuk menghilangkan kesalahan, dan penyimpanan data yang siap dianalisis. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson untuk menentukan kekuatan hubungan antara variabel independen (usia, jenis kelamin, tingkat kecemasan) dan variabel dependen (intensitas nyeri). Nilai p < 0,05 digunakan sebagai kriteria signifikansi statistik.
III.Hasil Penelitian Research Results
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66.7% pasien mengalami intensitas nyeri sedang, 26.7% nyeri berat, dan 6.7% nyeri ringan. Analisis menunjukkan hubungan signifikan antara intensitas nyeri dengan usia (p=0.044), jenis kelamin (p=0.001), dan tingkat kecemasan (p=0.000). Ini menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut secara signifikan mempengaruhi nyeri pasca bedah abdomen.
1. Distribusi Intensitas Nyeri
Hasil penelitian menunjukkan distribusi intensitas nyeri pada pasien pasca bedah abdomen sebagai berikut: Sebagian besar pasien (30 orang atau 66.7%) mengalami nyeri sedang. Jumlah pasien yang mengalami nyeri berat tergolong cukup signifikan, yaitu 12 orang (26.7%). Hanya sedikit pasien (3 orang atau 6.7%) yang melaporkan nyeri ringan. Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien pasca bedah abdomen mengalami nyeri dengan tingkat keparahan yang cukup tinggi, yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang tepat. Proporsi yang signifikan dari pasien yang mengalami nyeri sedang hingga berat menegaskan pentingnya intervensi nyeri yang efektif dan efisien dalam perawatan pasca bedah.
2. Faktor faktor yang Berhubungan Signifikan dengan Intensitas Nyeri
Analisis statistik menunjukkan beberapa faktor yang berhubungan secara signifikan dengan intensitas nyeri pasca bedah abdomen. Usia (p-value = 0.044), jenis kelamin (p-value = 0.001), dan tingkat kecemasan (p-value = 0.000) memiliki hubungan signifikan dengan tingkat keparahan nyeri yang dialami pasien. Hasil ini menunjukkan bahwa usia, jenis kelamin, dan tingkat kecemasan merupakan faktor-faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengelola nyeri pasca bedah. Temuan ini memberikan implikasi penting dalam praktik klinis, di mana perawat dan tim medis perlu mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam melakukan asesmen nyeri dan merencanakan intervensi yang tepat sasaran. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengkaji lebih detail mekanisme pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap intensitas nyeri.
IV.Diskusi Discussion
Hasil penelitian sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan variasi intensitas nyeri pasca bedah. Namun, beberapa temuan berbeda dengan penelitian lain terkait pengaruh usia dan budaya terhadap persepsi nyeri. Hubungan antara kecemasan dan intensitas nyeri sesuai dengan teori yang ada. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan instrumen yang lebih objektif, seperti Pain Behavior Observation Protocol, dan memonitor tanda vital pasien untuk meningkatkan akurasi pengukuran intensitas nyeri.
1. Intensitas Nyeri dan Penelitian Sebelumnya
Diskusi diawali dengan membandingkan hasil penelitian dengan temuan studi sebelumnya. Hasil penelitian yang menunjukkan mayoritas pasien mengalami nyeri sedang (66.7%), diikuti nyeri berat (26.7%) dan nyeri ringan (6.7%), dibandingkan dengan literatur yang menyatakan bahwa nyeri pasca bedah bervariasi dari ringan hingga berat. Kesesuaian ini memperkuat validitas temuan penelitian. Namun, penelitian ini juga membahas perbedaan hasil penelitian dengan teori yang ada mengenai pengaruh usia, jenis kelamin, dan budaya terhadap persepsi nyeri. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang beragam tentang hubungan usia dengan intensitas nyeri pasca bedah, dengan beberapa penelitian menunjukkan perbedaan signifikan antar kelompok usia, sementara yang lain tidak menemukan korelasi. Perbedaan ini dibahas dan dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mungkin berperan, seperti faktor psikologis.
2. Pengaruh Usia Jenis Kelamin dan Kecemasan terhadap Intensitas Nyeri
Bagian ini mendiskusikan temuan yang menunjukkan hubungan signifikan antara intensitas nyeri dengan usia (p=0.044), jenis kelamin (p=0.001), dan tingkat kecemasan (p=0.000). Hubungan antara kecemasan dan nyeri dibahas lebih lanjut, didukung oleh teori-teori yang menjelaskan interaksi kompleks antara aspek psikologis dan fisiologis nyeri. Studi ini menemukan bahwa pasien dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi cenderung mengalami nyeri yang lebih hebat. Penjelasan mengenai kemungkinan perbedaan hasil penelitian dengan beberapa studi lain mengenai pengaruh usia dan budaya juga diuraikan. Perbedaan tersebut dikaitkan dengan faktor-faktor seperti campuran budaya dan tingkat asimilasi budaya pada responden, yang dapat mempengaruhi cara mereka merespon dan melaporkan nyeri.
3. Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut
Bagian ini menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan akurasi pengukuran intensitas nyeri. Disarankan untuk menggunakan instrumen yang lebih objektif, seperti Pain Behavior Observation Protocol, dan memperhatikan observasi tanda-tanda vital pasien. Rekomendasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang lebih komprehensif dan akurat tentang pengalaman nyeri pasien. Penggunaan instrumen tambahan dan observasi tanda vital akan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang nyeri, bukan hanya dari persepsi subjektif pasien, tetapi juga dari aspek fisiologis. Hal ini penting untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas pengukuran nyeri dalam penelitian selanjutnya dan untuk pengembangan intervensi nyeri yang lebih efektif.
V.Kesimpulan dan Saran Conclusion and Recommendations
Penelitian ini menyimpulkan bahwa usia, jenis kelamin, dan tingkat kecemasan secara signifikan berhubungan dengan intensitas nyeri pasca bedah abdomen. Perawat disarankan untuk memperhatikan faktor-faktor ini dalam memberikan intervensi keperawatan nyeri yang tepat untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan instrumen pengukuran nyeri yang lebih komprehensif.
1. Kesimpulan Penelitian
Kesimpulan penelitian menegaskan adanya hubungan signifikan antara intensitas nyeri pasca bedah abdomen dengan usia, jenis kelamin, dan tingkat kecemasan pasien. Temuan ini menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut perlu dipertimbangkan dalam memberikan asuhan keperawatan nyeri yang komprehensif dan efektif. Mayoritas pasien dalam penelitian ini mengalami nyeri sedang hingga berat, menekankan pentingnya manajemen nyeri yang baik untuk meningkatkan kualitas pemulihan pasca bedah. Kesimpulan ini didasarkan pada analisis data yang menunjukkan nilai p yang signifikan untuk masing-masing variabel yang diteliti, mengindikasikan adanya hubungan kausal antara variabel independen dan variabel dependen. Hasil ini memberikan landasan penting untuk pengembangan strategi intervensi nyeri yang lebih tepat dan efektif.
2. Saran untuk Perawat dan Penelitian Selanjutnya
Saran diberikan kepada perawat agar lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri pasca bedah abdomen, seperti usia, jenis kelamin, dan tingkat kecemasan pasien, untuk memberikan intervensi yang tepat dan meningkatkan mutu pelayanan. Pengkajian nyeri yang optimal dan akurat sangat penting untuk menentukan intervensi yang tepat dan efektif. Selain itu, penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan instrumen pengukuran nyeri yang lebih objektif, seperti Pain Behavior Observation Protocol, dan melakukan observasi tanda-tanda vital pasien untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Saran ini menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam manajemen nyeri, mempertimbangkan aspek fisik, psikologis, dan perilaku pasien. Penelitian lebih lanjut dengan metodologi yang lebih komprehensif akan memperkaya pemahaman dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan nyeri.