
Evaluasi Literasi Informasi pada Pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan
Informasi dokumen
Penulis | Winnie Agnesa Damanik |
instructor | Hotlan Siahaan, S.Sos,M.I.Kom. |
Sekolah | Universitas HKBP Nommensen Medan |
Jurusan | Ilmu Perpustakaan dan Informasi |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tempat | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 4.78 MB |
- Literasi Informasi
- Empowering 8
- Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen
Ringkasan
I.Evaluasi Literasi Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan Menggunakan Model Empowering 8
Penelitian ini mengevaluasi literasi informasi pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan menggunakan model Empowering 8. Studi ini melibatkan 99 responden (sampel accidental sampling) yang diberikan kuesioner. Hasilnya menunjukkan tingkat kemampuan pengguna dalam delapan aspek literasi informasi (identifikasi kebutuhan informasi, eksplorasi sumber, seleksi informasi, pengorganisasian, penciptaan karya, presentasi, penilaian, dan aplikasi) bervariasi, dengan persentase keberhasilan yang berbeda-beda untuk setiap aspek. Data menunjukan adanya celah dalam pemahaman strategi pencarian informasi seperti penggunaan Boolean Operator. Penelitian menyoroti pentingnya literasi informasi di era digital dan merekomendasikan agar universitas memasukkan mata kuliah literasi informasi sebagai mata kuliah wajib.
1. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi literasi informasi pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang disebar kepada 99 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Kuesioner tersebut dirancang berdasarkan model Empowering 8, yang menilai delapan aspek kemampuan literasi informasi: identifikasi kebutuhan informasi (identify), eksplorasi sumber (explorer), seleksi dan pencatatan informasi (select), pengorganisasian informasi (organise), penciptaan karya (creat), presentasi karya (present), penilaian karya (assess), dan aplikasi karya dalam kehidupan sehari-hari (apply). Setiap aspek diukur melalui sejumlah pertanyaan dalam kuesioner untuk mendapatkan gambaran komprehensif tentang literasi informasi pengguna perpustakaan.
2. Gambaran Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan
Universitas HKBP Nommensen Medan memiliki perpustakaan yang berperan penting dalam menunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi. Perpustakaan ini menyediakan berbagai sumber informasi, baik tercetak maupun non-tercetak, termasuk langganan jurnal elektronik ProQuest dan akses internet WiFi bagi penggunanya. Perpustakaan ini menjadi pusat sumber informasi bagi mahasiswa, mendukung kegiatan belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Ketersediaan sumber daya informasi yang lengkap ini menjadi kunci keberhasilan akademik mahasiswa, namun penelitian ini mengeksplorasi seberapa efektif mahasiswa memanfaatkan sumber daya tersebut melalui penilaian literasi informasi mereka.
3. Model Empowering 8 dan Literasi Informasi
Penelitian ini menggunakan model Empowering 8, sebuah model literasi informasi reflektif yang dikembangkan oleh NILIS (National Institute of Library and Information Science) dari Universitas Colombo, Sri Lanka pada tahun 2004. Model ini dipilih karena relevan dengan konteks Asia. Empowering 8 menekankan pada delapan tahapan kemampuan literasi informasi yang saling berkaitan dan berkelanjutan, membentuk suatu siklus. Model ini menjadi kerangka acuan untuk mengukur tingkat literasi informasi pengguna perpustakaan. Studi ini meneliti sejauh mana mahasiswa di Universitas HKBP Nommensen Medan telah menguasai kedelapan tahapan tersebut, sekaligus mengevaluasi efektivitas sumber daya perpustakaan yang ada dalam mendukung pengembangan literasi informasi mereka. Pemilihan model Empowering 8 didasari pada kemampuannya dalam merefleksikan capaian dan kendala yang dihadapi pengguna dalam setiap tahap.
4. Analisis Data dan Temuan
Hasil analisis data menunjukkan persentase kemampuan literasi informasi pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan pada setiap aspek Empowering 8. Terdapat variasi tingkat kemampuan, misalnya, kemampuan mengidentifikasi kebutuhan informasi cukup tinggi (66,6%), sedangkan eksplorasi sumber informasi relatif lebih rendah (48,8%). Temuan menarik lainnya adalah rendahnya pemahaman pengguna terhadap strategi pencarian informasi menggunakan Boolean Operator. Hasil analisis lebih lanjut menunjukkan sebagian besar mahasiswa mampu memilih informasi yang relevan dan mengandung fakta, namun masih perlu peningkatan dalam menyusun informasi dengan bahasa yang baik dan benar. Temuan ini penting untuk memahami tingkat literasi informasi mahasiswa dan untuk menyusun strategi intervensi yang tepat guna meningkatkan literasi informasi di lingkungan perguruan tinggi.
II.Hasil Analisis Literasi Informasi Berdasarkan Model Empowering 8
Analisis deskriptif berdasarkan model Empowering 8 menunjukkan kemampuan literasi informasi pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan. Aspek-aspek yang diteliti meliputi identifikasi kebutuhan informasi (66,6%), eksplorasi sumber (48,8%), seleksi dan pencatatan informasi (63,6%), pengorganisasian informasi (63,6%), penciptaan karya (61,5%), presentasi karya (57,9%), penilaian karya (70,7%), dan penerapan karya (67,6%). Hasil menunjukkan variasi kemampuan dalam setiap aspek literasi informasi, menunjukan perlunya peningkatan kemampuan tertentu seperti dalam penggunaan strategi pencarian dan evaluasi informasi yang kritis. Sebagian besar responden menunjukkan kemampuan yang baik dalam memilih informasi yang relevan dan berfakta, serta dalam mempresentasikan dan menerapkan pengetahuan yang didapat.
1. Kemampuan Mengidentifikasi Kebutuhan Informasi Identify
Hasil analisis menunjukkan bahwa 66,6% pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan mampu mengidentifikasi kebutuhan informasi mereka. Ini menandakan sebagian besar pengguna memiliki pemahaman dasar tentang informasi apa yang mereka butuhkan sebelum melakukan pencarian. Kemampuan ini merupakan langkah awal yang krusial dalam proses literasi informasi, karena menentukan arah dan fokus pencarian informasi selanjutnya. Kemampuan yang baik dalam tahap ini akan meningkatkan efisiensi pencarian dan meminimalisir waktu yang terbuang sia-sia dalam mencari informasi yang tidak relevan. Data ini memberikan indikasi positif tentang pemahaman dasar pengguna terhadap proses literasi informasi, meskipun masih terdapat ruang untuk peningkatan lebih lanjut.
2. Kemampuan Eksplorasi Sumber dan Seleksi Informasi Explorer Select
Analisis data menunjukkan bahwa 48,8% pengguna mampu mengeksplorasi sumber dan informasi yang sesuai dengan topik (Explorer), sementara 63,6% pengguna mampu menyeleksi dan merekam informasi yang relevan (Select). Perbedaan persentase antara kedua aspek ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar pengguna mampu memilih informasi yang relevan, kemampuan dalam menemukan dan mengeksplorasi sumber informasi masih perlu ditingkatkan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang strategi pencarian yang efektif atau kurangnya pemahaman tentang berbagai jenis sumber informasi yang tersedia. Peningkatan kemampuan eksplorasi sumber akan mendukung proses seleksi informasi yang lebih efektif dan efisien.
3. Kemampuan Pengorganisasian Penciptaan dan Presentasi Karya Organise Creat Present
Studi ini juga mengkaji kemampuan pengorganisasian informasi (Organise), penciptaan karya (Creat), dan presentasi karya (Present). Sebanyak 63,6% pengguna mampu memilih dan membedakan informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka (Organise). Kemampuan menciptakan karya dari informasi yang diperoleh (Creat) mencapai 61,5%, dan presentasi karya yang telah ditulis (Present) mencapai 57,9%. Meskipun angka-angka ini menunjukkan tingkat kemampuan yang cukup baik, masih terdapat potensi peningkatan. Ketiga aspek ini saling terkait dan mendukung kemampuan pengguna dalam memproses dan mengkomunikasikan informasi. Peningkatan di setiap aspek akan menghasilkan output yang lebih berkualitas dan terstruktur.
4. Kemampuan Penilaian dan Penerapan Karya Assess Apply
Aspek penilaian (Assess) dan penerapan (Apply) dalam model Empowering 8 juga dikaji. Hasilnya menunjukkan bahwa 70,7% pengguna mampu memberi atau menerima penilaian terhadap karya yang telah ditulis (Assess), dan 67,6% pengguna mampu menerapkan karya yang telah ditulis dalam kehidupan sehari-hari (Apply). Tingkat kemampuan yang tinggi pada kedua aspek ini mengindikasikan bahwa pengguna memiliki pemahaman yang cukup baik tentang bagaimana mengevaluasi informasi dan menerapkannya dalam konteks praktis. Kedua aspek ini penting untuk memastikan bahwa informasi yang diperoleh tidak hanya dipahami secara teoritis tetapi juga dapat diimplementasikan dan diintegrasikan ke dalam kehidupan nyata. Namun, peningkatan kualitas penilaian dan pengaplikasian informasi tetap perlu diperhatikan untuk menghasilkan karya yang lebih berdampak.
III.Kesimpulan dan Rekomendasi
Penelitian ini menyimpulkan bahwa literasi informasi pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan, meskipun menunjukkan kemampuan yang baik dalam beberapa aspek model Empowering 8, masih memerlukan peningkatan di area tertentu, terutama dalam hal penggunaan operator Boolean dan evaluasi informasi yang lebih kritis. Oleh karena itu, direkomendasikan agar Universitas HKBP Nommensen Medan mempertimbangkan untuk memasukkan mata kuliah literasi informasi dalam kurikulumnya untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola dan memanfaatkan informasi secara efektif di era digital. Hal ini penting untuk mendukung keberhasilan akademik mahasiswa dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan global.
1. Kesimpulan Tingkat Literasi Informasi
Berdasarkan analisis data menggunakan model Empowering 8, penelitian ini menyimpulkan bahwa pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan menunjukkan tingkat literasi informasi yang beragam. Beberapa aspek, seperti penilaian karya (assess) dan penerapan pengetahuan (apply), menunjukkan persentase kemampuan yang tinggi (masing-masing 70,7% dan 67,6%). Ini menunjukkan kemampuan yang baik dalam mengevaluasi dan mengaplikasikan informasi yang diperoleh. Namun, aspek lain seperti eksplorasi sumber (explorer) menunjukkan persentase yang lebih rendah (48,8%), mengindikasikan perlunya peningkatan strategi pencarian informasi yang lebih efektif. Secara keseluruhan, meskipun terdapat beberapa kekuatan, hasil penelitian menunjukkan adanya area yang perlu ditingkatkan dalam literasi informasi pengguna perpustakaan, khususnya terkait strategi pencarian dan pemahaman penggunaan Boolean Operator. Pengguna perlu dilatih untuk memanfaatkan sumber daya informasi secara optimal dan efisien.
2. Rekomendasi Peningkatan Literasi Informasi
Berdasarkan temuan penelitian, beberapa rekomendasi diajukan untuk meningkatkan literasi informasi pengguna Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen Medan. Pertama, Universitas HKBP Nommensen Medan disarankan untuk memasukkan mata kuliah literasi informasi sebagai mata kuliah wajib dalam kurikulumnya. Hal ini akan memberikan pemahaman yang komprehensif kepada mahasiswa tentang berbagai aspek literasi informasi, termasuk strategi pencarian efektif, evaluasi kritis informasi, dan aplikasi pengetahuan dalam konteks kehidupan nyata. Kedua, perpustakaan perlu menyediakan pelatihan dan workshop tentang strategi pencarian informasi, khususnya penggunaan Boolean Operator. Ketiga, perpustakaan dapat menyediakan berbagai sumber daya dan panduan yang membantu mahasiswa dalam meningkatkan keterampilan literasi informasi mereka. Dengan demikian, peningkatan literasi informasi akan mendukung keberhasilan akademis mahasiswa dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan informasi di era digital. Rekomendasi ini bertujuan untuk menutup kesenjangan yang teridentifikasi dalam penelitian, khususnya dalam hal pemahaman dan penerapan strategi pencarian informasi yang efektif.