Evaluasi Kadar Bakteri di Udara di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU

Evaluasi Kadar Bakteri di Udara di Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU

Informasi dokumen

Penulis

Ghina Addina

instructor Hendry Rusdy, drg., Sp.BM., M.Kes
Sekolah

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Jurusan Kedokteran Gigi
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.99 MB
  • Evaluasi Kadar Bakteri
  • Kesehatan Lingkungan
  • Penelitian Bakteri Udara

Ringkasan

I.Latar Belakang dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini meneliti kualitas udara di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGMP) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (USU), Medan. Fokusnya pada kadar bakteri udara di ruang kerja mahasiswa kepaniteraan klinik dan ruang bedah minor. Tujuannya adalah mengidentifikasi jenis-jenis bakteri yang ada dan menilai apakah tingkat kontaminasi bakteri melebihi ambang batas yang ditetapkan, terkait dengan risiko infeksi silang dan kesehatan lingkungan rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode Total Plate Count (TPC) untuk menghitung Indeks Angka Kuman (CFU/m³).

1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas Udara Rumah Sakit

Rumah sakit, sebagai tempat berkumpulnya orang sakit dan sehat, berpotensi menjadi sumber pencemaran lingkungan dan penularan penyakit. Salah satu polutan penting yang memengaruhi kesehatan adalah keberadaan bakteri di udara dalam ruangan. Penelitian sebelumnya, seperti oleh Ririn Arminsih di RSU Bhakti Depok, menunjukkan efektivitas disinfeksi dan sterilisasi dalam menurunkan jumlah koloni kuman di kamar operasi, meskipun masih ada bakteri yang tersisa karena faktor lingkungan seperti pencahayaan yang kurang memadai. Studi lain menunjukkan bahwa meskipun dilakukan disinfeksi rutin, jumlah bakteri udara masih bisa melebihi ambang batas yang diizinkan. Mikroorganisme ada di mana-mana, dan bakteri meningkatkan kemampuan bertahan hidup dan penyebarannya, bahkan bakteri yang normal dalam tubuh manusia bisa menular antar individu. Sejak lahir, manusia berinteraksi dengan berbagai mikroorganisme, yang dapat menyebabkan infeksi. Infeksi silang merupakan risiko besar di lingkungan klinis, terjadi melalui kontak antarmanusia atau objek terkontaminasi, termasuk melalui udara. Oleh karena itu, kualitas udara di rumah sakit, khususnya indeks angka kuman, menjadi hal krusial yang perlu dipantau untuk mencegah penyebaran penyakit.

1.2 Permasalahan Infeksi Silang di Lingkungan Klinik Gigi

Pasien, dokter gigi, dan perawat berisiko terhadap infeksi silang di klinik gigi karena kontak langsung dan tidak langsung dengan mikroorganisme di saliva dan darah pasien. Dokter gigi berisiko tinggi terhadap penyakit menular berbahaya akibat kontak dengan darah dan saliva. Infeksi silang bisa terjadi melalui pasien, dokter gigi dan staf, instrumen, dan udara. Rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya orang sakit dan sehat berpotensi menjadi tempat penularan penyakit dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit yang baik, termasuk kualitas udara, sangat penting untuk menghindari risiko kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan terkait persyaratan lingkungan rumah sakit menetapkan standar kualitas udara ruangan, termasuk indeks angka kuman yang diizinkan. Berbagai virus seperti Hepatitis A dan B, serta HIV yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh, juga menjadi perhatian utama dalam pencegahan infeksi silang. Standard precautions dikembangkan untuk melindungi petugas kesehatan dan pasien dari patogen yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh. Penggunaan alat-alat sekali pakai, sterilisasi, dan pembuangan limbah medis yang tepat merupakan langkah penting untuk pencegahan infeksi silang.

1.3 Tujuan Penelitian Kualitas Udara di RSGMP FKG USU

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis bakteri di udara di ruang kerja mahasiswa kepaniteraan klinik dan ruang bedah minor di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP-Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini juga bertujuan untuk menilai apakah kadar bakteri udara di kedua ruangan tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan atau telah melebihi ambang batas yang telah ditentukan. Penelitian ini penting untuk menilai risiko infeksi silang dan dampaknya terhadap kesehatan lingkungan rumah sakit. Dengan mengetahui jenis dan jumlah bakteri di udara, maka langkah-langkah pencegahan dan pengendalian infeksi dapat direncanakan dengan lebih efektif dan tepat sasaran. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional untuk memberikan gambaran mengenai kualitas udara di kedua ruangan tersebut pada suatu titik waktu tertentu.

II.Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Pengukuran kadar bakteri udara dilakukan dengan metode Total Plate Count (TPC) menggunakan media Plate Count Agar (PCA). Sampel udara diambil di tiga ketinggian (10 cm, 115 cm, dan 135 cm) di kedua ruangan selama tiga hari berturut-turut. Setelah inkubasi selama 48 jam, koloni bakteri dihitung dan diidentifikasi. Data diolah secara manual untuk menentukan jenis bakteri dominan.

2.1 Desain Penelitian dan Lokasi Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi cross-sectional, yang artinya pengambilan data dilakukan pada satu titik waktu tertentu untuk memberikan gambaran umum. Lokasi pengambilan sampel adalah ruang kerja mahasiswa kepaniteraan klinik dan ruang bedah minor di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGMP, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan potensi risiko infeksi silang dan paparan bakteri di udara pada kedua lingkungan tersebut. Ruang kerja mahasiswa kepaniteraan klinik dipilih karena merupakan area dengan aktivitas tinggi dan potensial kontak dengan berbagai mikroorganisme, sedangkan ruang bedah minor dipilih karena merupakan area steril yang memerlukan pengawasan ketat terhadap kualitas udara untuk mencegah infeksi pasca operasi. Kedua lokasi tersebut mewakili dua kondisi berbeda dalam hal tingkat sterilitas dan aktivitas yang berlangsung.

2.2 Metode Pengukuran Kadar Bakteri Udara

Pengukuran kadar bakteri udara dilakukan dengan menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Metode ini dipilih karena dianggap akurat dalam menghitung jumlah mikroorganisme hidup dalam suatu sampel. Media yang digunakan adalah Plate Count Agar (PCA), yang diletakkan di dalam cawan petri. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menempatkan tiga cawan petri berisi PCA di tiga ketinggian berbeda (10 cm, 115 cm, dan 135 cm) di masing-masing ruangan. Tinggi 10 cm dipilih karena mencerminkan area lantai yang sering terkontaminasi, tinggi 115 cm mewakili tinggi pinggang operator sebagai area potensial paparan, dan tinggi 135 cm mewakili area dada yang lebih steril. Cawan petri dibiarkan terbuka selama 15 menit untuk menangkap bakteri di udara, kemudian ditutup dan dibawa ke laboratorium Mikrobiologi FK USU untuk inkubasi selama 48 jam. Setelah inkubasi, koloni bakteri yang tumbuh dihitung dan diidentifikasi secara manual untuk menentukan jenis bakteri dominan. Proses pengolahan data dilakukan secara manual untuk menentukan jenis bakteri yang paling banyak ditemukan di masing-masing sampel.

2.3 Analisis Data dan Identifikasi Bakteri

Setelah inkubasi, jumlah koloni bakteri pada setiap cawan petri dihitung dan dinyatakan dalam satuan Colony Forming Unit per meter kubik (CFU/m³). Data ini kemudian diolah untuk menghitung indeks angka kuman di masing-masing ruangan. Analisis data dilakukan secara manual untuk menentukan bakteri dominan di setiap lokasi pengambilan sampel. Identifikasi jenis bakteri dilakukan setelah pertumbuhan koloni bakteri diamati. Identifikasi bakteri ini penting untuk mengetahui jenis bakteri yang paling banyak terdapat di udara ruangan, sehingga dapat memberikan informasi tambahan mengenai potensi risiko infeksi di ruang tersebut. Informasi ini juga penting untuk menentukan langkah-langkah yang tepat untuk pengendalian infeksi di masa mendatang.

III.Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan indeks angka kuman di ruang kerja mahasiswa kepaniteraan klinik adalah 257,78 CFU/m³, masih dalam batas normal. Namun, indeks angka kuman di ruang bedah minor mencapai 112,22 CFU/m³, melebihi ambang batas yang diizinkan. Empat jenis bakteri diidentifikasi: Bacillus sp, Neisseria sp, Staphylococcus sp, dan Streptococcus sp.

3.1 Indeks Angka Kuman di Ruang Kerja Mahasiswa dan Ruang Bedah Minor

Hasil penelitian menunjukkan indeks angka kuman (jumlah koloni bakteri di udara) di ruang kerja mahasiswa kepaniteraan klinik adalah 257,78 CFU/m³. Angka ini masih berada dalam batas normal yang diizinkan. Sebaliknya, di ruang bedah minor, indeks angka kuman tercatat 112,22 CFU/m³, yang melebihi ambang batas yang telah ditetapkan. Seluruh sampel dari kedua ruangan menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri. Di ruang kerja mahasiswa, jumlah koloni bakteri bervariasi antara 12 hingga 47 koloni, sementara di ruang bedah minor, jumlahnya berkisar antara 4 hingga 25 koloni. Terdapat peningkatan jumlah koloni bakteri di kedua ruangan pada setiap hari pengamatan (hari pertama, kedua, dan ketiga). Perbedaan signifikan ini menunjukkan potensi risiko infeksi yang lebih tinggi di ruang bedah minor dibandingkan dengan ruang kerja mahasiswa.

3.2 Jenis Bakteri yang Ditemukan

Studi ini mengidentifikasi empat jenis bakteri yang terdapat di udara kedua ruangan yang diteliti, yaitu Bacillus sp, Neisseria sp, Staphylococcus sp, dan Streptococcus sp. Keempat jenis bakteri ini ditemukan baik di ruang kerja mahasiswa maupun ruang bedah minor, meskipun dengan jumlah yang berbeda. Temuan ini menunjukkan keragaman jenis bakteri di udara kedua ruangan tersebut. Keberadaan Neisseria sp, yang merupakan flora normal saluran pernapasan, menunjukkan adanya kontribusi dari sumber respirasi manusia terhadap kualitas udara. Informasi mengenai jenis bakteri yang ditemukan menjadi penting untuk memahami sumber kontaminasi dan menentukan strategi pencegahan infeksi yang tepat.

3.3 Perbandingan Indeks Angka Kuman dengan Standar Kesehatan

Hasil pengukuran indeks angka kuman dibandingkan dengan standar yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Standar tersebut menetapkan indeks angka kuman udara pada ruang operasi sebesar 10 CFU/m³, sedangkan untuk ruang perawatan, administrasi, dan pertemuan berkisar antara 200-500 CFU/m³. Indeks angka kuman di ruang kerja mahasiswa (257,78 CFU/m³) berada di antara rentang standar untuk ruang perawatan, administrasi, dan pertemuan, sementara angka kuman di ruang bedah minor (112,22 CFU/m³) jauh melebihi ambang batas yang diizinkan untuk ruang operasi. Perbandingan ini menunjukkan bahwa kualitas udara di ruang bedah minor memerlukan perhatian khusus untuk mencegah potensi infeksi.

IV.Pembahasan

Tingginya indeks angka kuman di ruang bedah minor kemungkinan disebabkan oleh pintu yang sering terbuka selama operasi, serta perpindahan petugas medis yang mungkin membawa bakteri dari area lain. Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan faktor suhu, kelembaban, dan cahaya untuk menganalisis lebih akurat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri di udara. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dijadikan acuan dalam menentukan ambang bataskadar bakteri udara yang aman.

4.1 Analisis Indeks Angka Kuman dan Perbandingannya dengan Standar

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan dalam indeks angka kuman udara antara ruang kerja mahasiswa kepaniteraan klinik dan ruang bedah minor. Ruang kerja mahasiswa menunjukkan indeks angka kuman 257,78 CFU/m³, yang masih berada di dalam rentang normal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 (200-500 CFU/m³ untuk ruang perawatan, administrasi, dan pertemuan). Namun, ruang bedah minor menunjukkan indeks angka kuman 112,22 CFU/m³, jauh melampaui batas yang direkomendasikan untuk ruang operasi (10 CFU/m³). Perbedaan ini menunjukkan adanya potensi risiko infeksi yang lebih tinggi di ruang bedah minor. Penelitian hanya mengukur indeks angka kuman udara, dan belum mempertimbangkan faktor lingkungan lain seperti suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Analisis lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut diperlukan untuk pemahaman yang lebih komprehensif.

4.2 Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kontaminasi Bakteri di Ruang Bedah Minor

Tingginya angka kuman di ruang bedah minor kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor utama adalah pintu ruang bedah minor yang sering terbuka lebar selama operasi, memungkinkan masuknya bakteri dari lingkungan sekitar. Hal ini melanggar pedoman yang menetapkan bahwa pintu ruang operasi harus tetap tertutup selama prosedur berlangsung. Selain itu, kebiasaan tenaga medis yang berjalan di departemen dengan pakaian operasi, sandal, dan masker sebelum melakukan operasi juga berkontribusi terhadap peningkatan angka kuman. Bakteri menempel pada pakaian dan terbawa ke dalam ruang bedah. Kondisi ini menunjukkan perlunya peningkatan kepatuhan terhadap protokol kebersihan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.

4.3 Identifikasi Jenis Bakteri dan Implikasinya

Penelitian ini mengidentifikasi empat jenis bakteri: Bacillus sp, Neisseria sp, Staphylococcus sp, dan Streptococcus sp. Meskipun Neisseria sp merupakan flora normal saluran pernapasan manusia dan jarang menyebabkan penyakit, Neisseria meningitides, sejenis bakteri patogen, dapat menyebar melalui udara pernapasan, batuk, bersin, atau percikan air liur dan menyebabkan meningitis jika kekebalan tubuh rendah. Bacillus sp dapat membentuk spora yang sangat tahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Keberadaan Staphylococcus sp dan Streptococcus sp juga menunjukkan potensi risiko infeksi. Analisis lebih lanjut mengenai jenis bakteri patogen yang ditemukan dan potensi virulensinya diperlukan untuk menentukan strategi pencegahan dan pengendalian infeksi yang efektif. Informasi ini krusial untuk meningkatkan protokol kebersihan dan keamanan di ruang bedah.

V.Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan pentingnya pengawasan kualitas udara dan pengendalian infeksi silang di rumah sakit, khususnya di ruang bedah. Tingkat kontaminasi bakteri udara di ruang bedah minor RSGMP FKG USU melebihi batas aman, yang menandakan perlunya peningkatan prosedur kebersihan dan sistem ventilasi untuk mengurangi risiko penularan penyakit melalui udara. Penggunaan metode Total Plate Count (TPC) terbukti efektif untuk memantau kadar bakteri udara di lingkungan rumah sakit.

5.1 Kesimpulan Utama Mengenai Kualitas Udara

Penelitian ini menunjukkan pentingnya pengawasan kualitas udara dan pengendalian infeksi silang di rumah sakit, terutama di ruang bedah. Metode Total Plate Count (TPC) terbukti efektif dalam memantau kadar bakteri udara. Di RSGMP FKG USU, ruang bedah minor ditemukan memiliki indeks angka kuman (112,22 CFU/m³) yang melebihi ambang batas yang diizinkan, sementara ruang kerja mahasiswa (257,78 CFU/m³) masih dalam batas normal. Hasil ini menyoroti perlunya peningkatan praktik kebersihan dan sistem ventilasi di ruang bedah minor untuk mengurangi risiko penularan penyakit melalui udara. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengeksplorasi lebih detail faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang dapat memengaruhi pertumbuhan bakteri di udara.

5.2 Rekomendasi untuk Peningkatan Keamanan dan Kebersihan

Berdasarkan temuan ini, beberapa rekomendasi diajukan untuk meningkatkan kualitas udara dan keamanan di RSGMP FKG USU. Pertama, perlu peningkatan kepatuhan terhadap protokol kebersihan dan pengendalian infeksi, terutama di ruang bedah minor. Ini termasuk memastikan pintu ruang operasi selalu tertutup selama prosedur dan di antara prosedur, serta memperhatikan kebersihan pakaian dan perlengkapan tenaga medis. Kedua, evaluasi dan peningkatan sistem ventilasi di ruang bedah minor sangat penting untuk memastikan pertukaran udara yang memadai dan mencegah penumpukan bakteri di udara. Ketiga, penelitian lebih lanjut yang mencakup analisis faktor-faktor lingkungan (suhu, kelembaban, dan pencahayaan) diperlukan untuk pemahaman yang lebih komprehensif tentang pertumbuhan bakteri di udara. Dengan mengimplementasikan rekomendasi ini, rumah sakit dapat secara signifikan mengurangi risiko infeksi dan meningkatkan keselamatan pasien dan tenaga medis.