Efektivitas Minum Air Putih Setiap Pagi pada Pasien Stroke yang Mengalami Konstipasi

Efektivitas Minum Air Putih Setiap Pagi pada Pasien Stroke yang Mengalami Konstipasi

Informasi dokumen

Penulis

Elisnawati Ambarita

instructor Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, CWCC
Sekolah

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Jurusan Keperawatan
Tempat Medan
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 4.21 MB
  • Efektivitas Minum Air Putih
  • Konstipasi
  • Stroke

Ringkasan

I.Latar Belakang Background

Penelitian ini menyelidiki efektivitas terapi air putih dalam mengurangi konstipasi pada pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan. Konstipasi merupakan masalah umum pada pasien stroke karena gangguan sistem saraf enterik usus. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah minum 1,5 liter air putih setiap pagi dapat secara signifikan mengurangi konstipasi. Studi ini relevan karena konstipasi dapat menimbulkan komplikasi kesehatan serius pada pasien stroke.

1. Definisi Stroke dan Konstipasi

Bagian ini mendefinisikan stroke sebagai sindrom klinis dengan gangguan fungsi otak yang dapat menyebabkan kematian atau kecacatan permanen, diakibatkan oleh gangguan vaskuler (WHO, 1982). Definisi lain menyebutnya sebagai Cerebro Vascular Accident (CVA), kerusakan jaringan otak karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah mendadak (Adib, 2009). WHO juga mencatat angka kejadian stroke yang tinggi secara global. Konstipasi dijelaskan sebagai masalah yang sering terjadi pada pasien stroke, disebabkan gangguan atau penurunan fungsi sistem saraf enterik usus pada saluran pencernaan. Meskipun sering dianggap tidak serius, konstipasi dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya, bahkan meningkatkan risiko kanker kolon (Diananda, 2007). Studi ini menekankan pentingnya penanganan konstipasi pada pasien stroke.

2. Terapi Air Putih sebagai Intervensi

Latar belakang juga membahas terapi air putih sebagai intervensi yang alami, non-invasif, sederhana, terjangkau, dan tanpa efek samping (Samuel, 2007). Terapi ini diyakini dapat memperlancar sistem pencernaan, salah satu manfaat air putih. Sebuah penelitian sebelumnya di Rumah Sakit Umum Sembiring Delitua, Deli Serdang, menunjukkan efek positif terapi air putih pada frekuensi defekasi pasien konstipasi (P=0,022, α=0,05). Penelitian ini juga menjelaskan bahwa otak membutuhkan aliran darah minimal 20 cc/gr/menit untuk fungsi optimal. Kurangnya aliran oksigen ke sel-sel otak selama beberapa menit saja dapat menyebabkan kerusakan sel otak (Adib, 2009). Penjelasan ini memperkuat argumen untuk mengatasi masalah konstipasi pada pasien stroke agar fungsi tubuh tetap optimal.

3. Mekanisme Stroke dan Faktor Risiko

Penjelasan lebih lanjut mengenai mekanisme stroke mencakup trombosis pembuluh darah besar (70% kasus stroke iskemik trombotik) dan trombosis pembuluh darah kecil, yang sering dikaitkan dengan hipertensi dan aterosklerosis. Muntagin (2007) menjelaskan infark serebral sebagai berkurangnya suplai darah ke area otak tertentu. Faktor risiko stroke meliputi kadar lemak darah tinggi, hematokrit tinggi, merokok, obesitas, asam urat tinggi, kurang olahraga, fibrinogen tinggi, dan faktor genetik. Penjelasan terperinci mengenai peran sistem saraf simpatis dan parasimpatis dalam mengendalikan aktivitas gastrointestinal, termasuk pengaruh norepinefrin, juga diberikan. Bagian ini memberikan pemahaman yang komprehensif tentang penyebab dan faktor risiko stroke, yang relevan dengan studi tentang konstipasi pada pasien stroke.

4. Penjelasan Lebih Lanjut Konstipasi

Bagian latar belakang juga menjelaskan konstipasi secara detail, meliputi definisi, gejala (menurut Johanson JF, 2007), dan faktor penyebab seperti kurangnya asupan cairan, kurang serat, dan penggunaan laksatif berlebihan. Penjelasan mengenai mekanisme konstipasi meliputi pergerakan isi usus besar, penyerapan air, dan konsistensi feses. Termasuk juga penjelasan tentang warna feses yang dipengaruhi oleh bilirubin dari empedu. Risiko konstipasi pada klien, terutama regangan saat buang air besar yang dapat menyebabkan stres abdomen atau luka perineum, juga dijelaskan. Regangan juga dapat meningkatkan tekanan intratorakal dan intrakranial, berisiko bagi pasien dengan penyakit jantung atau pernapasan. Pemahaman yang menyeluruh tentang konstipasi menjadi landasan penting dalam penelitian ini.

II.Metode Penelitian Research Methods

Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimental dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Sebanyak 26 pasien stroke dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan dibagi menjadi dua kelompok: kelompok intervensi (menerima terapi air putih, 1500 cc per hari) dan kelompok kontrol (tidak menerima terapi). Data dikumpulkan melalui observasi dan kuesioner, kemudian dianalisis menggunakan uji Independent T-Test untuk membandingkan tingkat konstipasi di kedua kelompok. Penelitian berlangsung dari 22 Juli hingga 8 Oktober 2010.

1. Desain Penelitian

Metode penelitian menggunakan desain quasi-eksperimental dengan pendekatan pretest-posttest. Dua kelompok dilibatkan: kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kedua kelompok menerima pendidikan kesehatan tentang pentingnya minum air putih. Kelompok intervensi menjalani terapi minum 1,5 liter air putih (1500 cc) setiap pagi, diberikan bertahap 500 cc setiap 20 menit selama sebulan. Kelompok kontrol hanya menerima pendidikan kesehatan tanpa terapi tambahan. Konstipasi diukur sebelum dan setelah intervensi pada kedua kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas minum air putih setiap pagi pada pasien stroke yang mengalami konstipasi.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel dipilih dari populasi pasien stroke yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan. Besarnya sampel ditentukan menggunakan tabel power analyze, dengan efek size 0,80; level of significant (α) 0,05; dan power of test 0,80. Hasilnya, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 13 orang per kelompok, sehingga total sampel adalah 26 orang (13 orang untuk kelompok intervensi dan 13 orang untuk kelompok kontrol). Kriteria inklusi sampel meliputi pasien stroke yang dirawat inap, mampu berkomunikasi, dan bersedia mengikuti penelitian. Penelitian dilakukan di ruang RA4 RSUP Haji Adam Malik Medan, dipilih karena merupakan rumah sakit pendidikan dan rujukan utama di Sumatera Utara.

3. Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner demografi dan observasi konstipasi dengan instrumen konstipasi. Lembar observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan minum air putih setiap pagi pada kelompok intervensi. Alat dan bahan yang digunakan meliputi gelas ukur (dalam ukuran cc atau ml) dan air putih. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji Independent T-Test untuk mengetahui perbedaan skala konstipasi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Analisis statistik inferensial digunakan untuk mengetahui perbedaan signifikansi antara kedua kelompok, dengan membandingkan nilai p dan nilai alpha (α = 0,05). Jika nilai p ≤ α, hipotesis alternatif (Ha) gagal ditolak, dan jika nilai p > α, Ha ditolak.

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di ruang RA4, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, dari tanggal 22 Juli sampai dengan 8 Oktober 2010. Pemilihan RSUP Haji Adam Malik Medan didasarkan pada statusnya sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara dan rumah sakit rujukan tertinggi di Sumatera Utara, sehingga memudahkan akses ke subjek penelitian. Durasi penelitian selama kurang lebih tiga bulan ini memungkinkan pengamatan yang cukup terhadap efek terapi air putih pada kelompok intervensi.

III.Hasil Penelitian Research Results

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan (p = 0,08; p > 0,05) dalam tingkat konstipasi antara kelompok intervensi (terapi air putih) dan kelompok kontrol. Meskipun kelompok intervensi menunjukkan peningkatan rata-rata skala konstipasi, peningkatan ini tidak signifikan secara statistik. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh intervensi lain yang dilakukan keluarga pasien pada kelompok kontrol, seperti pemberian buah pepaya. Nilai mean konstipasi pada kelompok kontrol adalah 2,5385 dan kelompok intervensi 3,7692.

1. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dari 22 Juli hingga 8 Oktober 2010 melibatkan 26 pasien stroke, terbagi dalam dua kelompok (intervensi dan kontrol), masing-masing 13 orang. Kelompok intervensi menerima terapi air putih 1500 cc per hari (diberikan bertahap 500 cc setiap 15-20 menit), sementara kelompok kontrol tidak menerima terapi khusus, hanya minum air putih sesuai kebutuhan. Hasil penelitian difokuskan pada perbedaan tingkat konstipasi antara kedua kelompok setelah intervensi. Data dikumpulkan dan dianalisis untuk menguji hipotesis mengenai efektivitas terapi minum air putih dalam mengurangi konstipasi pada pasien stroke.

2. Analisis Uji Independent T Test

Analisis data menggunakan uji Independent t-test untuk membandingkan tingkat keparahan konstipasi antara kelompok intervensi dan kontrol. Hasil uji menunjukkan nilai p = 0,08 (p > 0,05), yang berarti tidak ada perbedaan signifikan secara statistik antara kedua kelompok. Nilai mean konstipasi pada kelompok kontrol adalah 2,5385 dengan standar deviasi 1,05003, sedangkan pada kelompok intervensi nilai mean sebesar 3,7692 dengan standar deviasi 0,86232. Meskipun terdapat perbedaan nilai mean, perbedaan tersebut tidak cukup signifikan untuk menolak hipotesis nol (H0), yang menyatakan tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok dalam hal tingkat konstipasi.

3. Pengaruh Faktor Lain pada Kelompok Kontrol

Temuan menunjukkan kemungkinan adanya faktor lain yang mempengaruhi hasil pada kelompok kontrol. Meskipun kelompok intervensi menunjukkan peningkatan rata-rata skala konstipasi, peningkatan ini tidak signifikan secara statistik. Penelitian mencatat bahwa beberapa pasien dalam kelompok kontrol mendapatkan intervensi tambahan dari keluarga mereka, seperti mengonsumsi buah pepaya untuk mengatasi konstipasi. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi lain di luar terapi air putih juga dapat mempengaruhi tingkat konstipasi pada pasien stroke. Oleh karena itu, temuan ini perlu diinterpretasikan dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.

4. Kesimpulan Mengenai Efektivitas Terapi Air Putih

Berdasarkan hasil analisis statistik, penelitian ini tidak memberikan bukti yang cukup untuk mendukung efektivitas terapi air putih dalam mengurangi konstipasi pada pasien stroke. Meskipun beberapa pasien di kelompok intervensi melaporkan penurunan konstipasi, temuan ini tidak signifikan secara statistik. Penelitian lebih lanjut dengan kontrol yang lebih ketat dan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi konstipasi, seperti pola makan dan aktivitas fisik, diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitas terapi air putih sebagai intervensi untuk mengatasi konstipasi pada pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan.

IV.Kesimpulan Conclusion

Berdasarkan hasil uji Independent T-Test, penelitian ini tidak membuktikan efektivitas terapi air putih dalam mengurangi konstipasi pada pasien stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan. Meskipun terdapat beberapa laporan penurunan konstipasi pada kelompok intervensi, temuan ini tidak signifikan secara statistik. Penelitian lebih lanjut dengan kontrol yang lebih ketat diperlukan untuk mengkaji efektivitas terapi air putih sebagai intervensi untuk konstipasi pada pasien stroke.

1. Kesimpulan Utama

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji Independent t-test, tidak ditemukan perbedaan signifikan (p=0,08; p>0,05) dalam tingkat konstipasi antara kelompok intervensi (yang diberi terapi minum 1,5 liter air putih setiap pagi) dan kelompok kontrol. Meskipun nilai mean konstipasi lebih tinggi pada kelompok intervensi (3,7692) dibandingkan kelompok kontrol (2,5385), perbedaan ini tidak mencapai tingkat signifikansi statistik. Oleh karena itu, hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terapi minum air putih efektif mengurangi konstipasi pada pasien stroke ditolak.

2. Pertimbangan Faktor Eksternal

Kesimpulan penelitian perlu mempertimbangkan potensi adanya faktor eksternal yang mempengaruhi hasil pada kelompok kontrol. Kemungkinan adanya intervensi lain yang diberikan oleh keluarga pasien, seperti pemberian buah-buahan (misalnya pepaya) untuk mengatasi konstipasi, bisa menjadi faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat konstipasi antara kedua kelompok. Faktor-faktor lain seperti pola makan, tingkat stres, dan aktivitas fisik juga bisa mempengaruhi tingkat konstipasi pada pasien stroke dan perlu dipertimbangkan dalam penelitian selanjutnya.

3. Rekomendasi untuk Penelitian Lanjutan

Meskipun penelitian ini tidak menunjukkan efektivitas signifikan dari terapi minum air putih dalam mengurangi konstipasi pada pasien stroke, penelitian lebih lanjut dengan desain dan kontrol yang lebih ketat masih diperlukan. Penelitian mendatang perlu mempertimbangkan dan mengontrol faktor-faktor eksternal yang mungkin berpengaruh, seperti asupan makanan, aktivitas fisik, dan kondisi psikologis pasien. Dengan kontrol yang lebih baik, penelitian selanjutnya dapat memberikan kesimpulan yang lebih akurat mengenai efektivitas terapi minum air putih sebagai intervensi untuk mengatasi konstipasi pada pasien stroke.

V.Informasi Tambahan Additional Information

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan, sebuah rumah sakit pendidikan dan rujukan utama di Sumatera Utara. Peneliti, Elisnawati Ambarita (091121070), adalah mahasiswi Ilmu Keperawatan USU. Jumlah sampel penelitian adalah 26 pasien stroke, dibagi menjadi 13 orang untuk kelompok intervensi dan 13 orang untuk kelompok kontrol. Periode penelitian berlangsung selama kurang lebih tiga bulan.

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang RA4, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan, sebuah rumah sakit pendidikan yang juga merupakan rumah sakit rujukan utama di Sumatera Utara. Penelitian berlangsung dari tanggal 22 Juli hingga 8 Oktober 2010, selama kurang lebih tiga bulan. Lokasi penelitian dipilih karena kemudahan akses kepada subjek penelitian, yaitu pasien stroke yang dirawat inap di rumah sakit tersebut. Durasi penelitian yang relatif panjang memungkinkan pengamatan yang memadai terhadap efektivitas terapi air putih.

2. Jumlah dan Karakteristik Sampel

Sebanyak 26 pasien stroke dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan menjadi responden penelitian. Responden dibagi menjadi dua kelompok secara acak: kelompok intervensi dan kelompok kontrol, masing-masing terdiri dari 13 orang. Pembagian ini memastikan perbandingan yang seimbang untuk analisis data. Tidak terdapat informasi lebih lanjut mengenai karakteristik demografis responden, seperti usia dan jenis kelamin, dalam bagian informasi tambahan ini. Informasi lebih lengkap terkait karakteristik responden dapat ditemukan pada bagian hasil penelitian.

3. Peneliti dan Afiliasi Institusi

Penelitian ini dilakukan oleh Elisnawati Ambarita dengan NIM 091121070, seorang mahasiswi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU). Penelitian ini merupakan bagian dari tugas akhir yang diselesaikan di Fakultas Ilmu Keperawatan USU. Afiliasi peneliti dengan USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan keterkaitan penelitian dengan institusi pendidikan dan pelayanan kesehatan di Sumatera Utara. Informasi ini memberikan konteks bagi penelitian dan kredibilitas hasil yang diperoleh.