
Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Delima terhadap Bakteri Porphyromonas gingivalis
Informasi dokumen
Penulis | Shinta |
Sekolah | Fakultas Kedokteran Gigi, Departemen Ilmu Periodonsia |
Jurusan | Kedokteran Gigi |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 5.66 MB |
- Ekstrak Kulit Buah Delima
- Antibakteri
- Penyakit Periodontal
Ringkasan
I.Penyakit Periodontal dan Bakteri Porphyromonas gingivalis
Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi utama, dengan prevalensi tinggi di dunia. Periodontitis, bentuk penyakit periodontal yang parah, disebabkan oleh berbagai bakteri, termasuk Porphyromonas gingivalis (P. gingivalis), bakteri anaerob gram-negatif yang berperan penting dalam periodontitis kronis. Prevalensi P. gingivalis tinggi pada pasien dengan periodontitis, terutama pada poket periodontal yang dalam. Penggunaan antimikroba sintetis untuk pengobatan penyakit periodontal memiliki efek samping, mendorong pencarian alternatif pengobatan alami.
1. Penyakit Periodontal Definisi dan Prevalensi
Dokumen ini menjelaskan penyakit periodontal sebagai penyakit inflamasi pada jaringan sekitar gigi, meliputi gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan peradangan gusi akibat bakteri, ditandai kemerahan, bengkak, dan mudah berdarah, tanpa kehilangan jaringan pendukung gigi. Periodontitis, tahap yang lebih parah, melibatkan peradangan pada ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar, mengakibatkan kehilangan perlekatan jaringan ikat dan tulang. Tingkat prevalensi penyakit periodontal sangat tinggi secara global. WHO melaporkan 10-15% penduduk dunia menderita periodontitis parah. Laporan Centers for Disease Control and Prevention of America (CDC) menunjukkan prevalensi 47.2% atau 64.7 juta orang dewasa Amerika menderita periodontitis ringan, sedang, atau berat pada tahun 2009-2010, meningkat menjadi 70.1% pada usia 65 tahun ke atas. Penelitian di Medan, Indonesia, bahkan mencatat prevalensi mencapai 96%. Tinggi prevalensi ini menunjukkan urgensi penanganan penyakit periodontal yang efektif dan aman.
2. Porphyromonas gingivalis sebagai Patogen Utama Periodontitis
Porphyromonas gingivalis (P. gingivalis) diidentifikasi sebagai spesies bakteri anaerob gram-negatif dan termasuk dalam black-pigmented bacterioides. Bakteri ini ditemukan pada pasien periodontitis kronis ringan pada remaja dan dewasa, dan berperan utama dalam periodontitis kronis sedang hingga berat, bersama bakteri seperti P. intermedia dan A. actinomycetemcomitans. Studi menunjukkan prevalensi P. gingivalis bervariasi; Stingu melaporkan deteksi pada 51% pasien periodontitis kronis, sedangkan Kamma mencatat 89.4% pada periodontitis agresif. Jumlah P. gingivalis jauh lebih tinggi pada poket periodontal dalam dibandingkan yang dangkal. Kehadiran P. gingivalis di sulkus gingiva dan lidah mengindikasikan hubungan erat dengan gigi, sehingga kehilangan gigi berdampak pada populasi mikroflora dan jumlah P. gingivalis di rongga mulut. Karakteristik patogenik P. gingivalis, termasuk faktor virulensi seperti fimbria, lipopolisakarida (LPS), proteinase, dan enzim-enzim lainnya, berkontribusi pada patogenesis periodontitis kronis. Bakteri ini mampu berkoloni di sulkus gingiva dan menyerang sel epitel, memicu respon inflamasi dan kerusakan jaringan periodontal.
3. Keterbatasan Pengobatan Sintetis dan Kebutuhan Alternatif Alami
Meskipun banyak antimikroba sintetis tersedia, tidak ada yang tanpa kekurangan. Klorheksidin, yang sering digunakan sebagai standar emas, memiliki keterbatasan penggunaan jangka panjang karena menyebabkan pewarnaan gigi, rasa tidak nyaman, dan iritasi mukosa mulut. Minyak esensial dari tanaman telah dievaluasi sebagai alternatif, namun pencarian agen antiplak dan antigingivitis yang aman dan efektif jangka panjang terus berlanjut. Meningkatnya resistensi terhadap antimikroba sintetis mendorong eksplorasi alternatif alami. Oleh karena itu, potensi bahan alami tumbuhan untuk profilaksis oral perlu dipertimbangkan sebagai pendekatan pengobatan yang lebih aman dan efektif. Hal ini penting mengingat dampak negatif dari penggunaan antimikroba sintetis jangka panjang, serta kontraindikasinya selama kehamilan dan menyusui.
II.Potensi Ekstrak Kulit Buah Delima sebagai Antimikroba Alami
Kulit buah delima (Punica granatum L) kaya akan senyawa bioaktif seperti polifenol, flavonoid, tanin, dan antosianin, yang memiliki aktivitas antimikroba dan antioksidan yang kuat. Kandungan ini lebih tinggi pada kulit daripada jus buahnya. Penelitian ini mengeksplorasi potensi ekstrak kulit buah delima sebagai agen antibakteri alami terhadap P. gingivalis secara in vitro.
1. Kandungan Bioaktif Kulit Buah Delima dan Aktivitas Antimikroba
Buah delima (Punica granatum L) telah dikenal sejak ratusan tahun lalu karena manfaat kesehatannya, termasuk aktivitas antimikroba. Buah ini kaya akan senyawa bioaktif seperti polifenol, flavonoid, tanin, dan antosianin, yang berperan sebagai antioksidan kuat. Yang penting, konsentrasi senyawa-senyawa ini lebih tinggi di kulit buah delima dibandingkan dengan jusnya. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan efektivitas berbagai bagian tanaman delima, termasuk kulitnya, dalam menghambat pertumbuhan berbagai patogen bakteri dan virus. Kadar antioksidan pada delima bahkan menyamai teh hijau dan melebihi anggur merah. Komponen-komponen ini, terutama tanin, memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan bakteri, merusak dinding sel dan sitoplasma, dan menginaktivasi enzim-enzim bakteri, sehingga menjadikannya kandidat yang menjanjikan untuk pengobatan penyakit periodontal. Flavonoid, misalnya, terbukti menghambat pertumbuhan berbagai bakteri seperti Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans, dan Streptococcus salivarius.
2. Penelitian Terdahulu tentang Ekstrak Buah Delima dan Penyakit Periodontal
Beberapa penelitian telah meneliti efek ekstrak buah delima terhadap penyakit periodontal. Hasilnya menunjukkan potensi ekstrak dalam menguatkan gingiva, memperkuat gigi yang goyang, dan mengurangi tanda-tanda klinis periodontitis kronis. Penelitian Sastravaha (2003) misalnya, menunjukkan bahwa chip yang mengandung ekstrak delima dan pegagan dapat mengurangi kedalaman probing dan tanda-tanda klinis periodontitis. Penelitian lain oleh Bhadbhade (2011) menyatakan bahwa ekstrak buah delima (whole fruit) dapat menghambat pertumbuhan P. gingivalis pada konsentrasi 3,125%. Namun, penelitian ini menggunakan ekstrak dari keseluruhan buah, bukan hanya kulitnya. Perbedaan hasil penelitian ini menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk menentukan efektivitas ekstrak kulit buah delima secara spesifik, mempertimbangkan faktor-faktor seperti perbedaan metode ekstraksi dan varietas tanaman delima.
3. Alasan Penggunaan Ekstrak Kulit Buah Delima dan Metode Ekstraksi
Kulit buah delima, yang sering terbuang, justru mengandung konsentrasi polifenol yang tinggi, termasuk ellagic tannins, flavonol, antosianin, asam ellagic, dan asam gallic, yang memberikan aktivitas antimikroba dan antioksidan yang kuat. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada ekstrak kulit buah delima, bukan seluruh buah. Untuk mendapatkan efektivitas maksimal senyawa aktifnya, metode ekstraksi etanol dipilih. Pilihan ini didasarkan pada penelitian Voravuthikunchai (2005) yang menunjukkan bahwa ekstraksi etanol pada kulit buah delima memberikan hasil terbaik dalam menghambat pertumbuhan Escherichia coli, dibandingkan dengan metode ekstraksi air mendidih atau kloroform. Pemilihan konsentrasi ekstrak (25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,6125%, dan 0,8%) juga didasarkan pada penelitian sebelumnya oleh Badbhade (2011) yang menunjukan KHM 3,125% pada ekstrak keseluruhan buah delima. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi efektivitas pada rentang konsentrasi di atas dan di bawah konsentrasi tersebut.
III.Metode Penelitian dan Hasil Uji Aktivitas Antibakteri
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari ekstrak kulit buah delima terhadap P. gingivalis. Metode Drop Plate Miles Mesra digunakan pada media Tryptic Soy Agar dengan berbagai konsentrasi ekstrak (25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,6125%, dan 0,8%). Hasil menunjukkan bahwa pada konsentrasi 1,6125% dan di atasnya, tidak ditemukan pertumbuhan bakteri (0 CFU/ml), sehingga nilai KBM ditetapkan pada 1,6125%. KHM tidak dapat ditentukan karena kendala visual akibat warna ekstrak.
1. Tujuan Penelitian dan Metode Pengujian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menentukan efektivitas ekstrak kulit buah delima terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis (P. gingivalis) secara in vitro. Parameter yang diukur adalah Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Metode Drop Plate Miles Mesra dipilih untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak kulit delima. Pengujian dilakukan dengan menggunakan media Tryptic Soy Agar dan berbagai konsentrasi ekstrak kulit delima, yaitu 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,6125%, dan 0,8%. Koloni P. gingivalis yang digunakan berasal dari stem cell P. gingivalis ATCC 33277 dan dikultur dalam kondisi anaerob. Metode dilusi digunakan untuk menentukan KHM, di mana tabung dengan kekeruhan yang mulai tampak jernih menunjukkan konsentrasi minimal ekstrak yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri setelah inkubasi selama 24 jam. Penggunaan metode ini didasarkan pada prinsip bahwa satu sel bakteri hidup yang dibiakkan pada media padat akan tumbuh menjadi satu koloni bakteri.
2. Hasil Pengujian dan Penentuan KBM
Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, dan 1,6125%, tidak ditemukan pertumbuhan bakteri (0 CFU/ml). Namun, pada konsentrasi 0,8%, ditemukan pertumbuhan bakteri dengan rata-rata 4,56 x 10² CFU/ml pada setiap pengulangan. Karena kesulitan dalam menentukan titik kekeruhan yang menunjukkan KHM akibat warna coklat pekat dari ekstrak, maka nilai KHM tidak dapat ditentukan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian hanya berhasil menentukan KBM, yaitu konsentrasi minimal ekstrak yang mampu membunuh bakteri P. gingivalis. Berdasarkan hasil perhitungan jumlah koloni bakteri pada berbagai konsentrasi, nilai KBM ekstrak kulit buah delima terhadap P. gingivalis ditentukan sebesar 1,6125%. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah delima efektif dalam menghambat dan membunuh P. gingivalis pada konsentrasi tertentu.
3. Kendala dan Saran Perbaikan Metode
Kendala utama dalam penelitian ini adalah kesulitan menentukan KHM akibat warna ekstrak kulit delima yang sangat coklat, yang mengganggu pengamatan kekeruhan pada metode dilusi. Meskipun demikian, penelitian berhasil menentukan KBM. Untuk menentukan nilai KHM secara lebih akurat pada penelitian selanjutnya, disarankan penggunaan metode lain seperti metode difusi cakram, yang kurang dipengaruhi oleh warna ekstrak. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa warna gelap ekstrak, yang mungkin disebabkan oleh kandungan tanin yang tinggi (mencapai 25% menurut Voravuthikunchai, 2005), dapat menyulitkan penggunaan metode dilusi untuk menentukan KHM. Hasil penelitian Seeram (2004) juga mendukung hal ini, dimana ekstrak tanin murni dari kulit buah delima menghasilkan serbuk berwarna coklat gelap.
IV.Pembahasan dan Kesimpulan
Ekstrak kulit buah delima menunjukkan efektivitas dalam membunuh P. gingivalis, dengan KBM sebesar 1,6125%. Kandungan tanin yang tinggi dalam ekstrak kemungkinan berkontribusi pada aktivitas antimikroba. Penelitian ini menunjukkan potensi ekstrak kulit buah delima sebagai alternatif profilaksis oral yang alami untuk mengobati penyakit periodontal. Metode lain seperti metode difusi cakram disarankan untuk menentukan KHM secara lebih akurat pada penelitian selanjutnya. Perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya kemungkinan disebabkan oleh perbedaan metode ekstraksi, bagian buah delima yang digunakan (kulit saja vs. buah utuh), dan asal tanaman.
1. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Delima
Penelitian ini menguji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah delima terhadap Porphyromonas gingivalis menggunakan metode Drop Plate Miles Mesra pada media Tryptic Soy Agar. Enam konsentrasi ekstrak diuji (25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,6125%, dan 0,8%). Hasilnya menunjukkan bahwa pada konsentrasi 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, dan 1,6125%, tidak ditemukan pertumbuhan bakteri (0 CFU/ml). Hanya pada konsentrasi 0,8% ditemukan pertumbuhan bakteri dengan rata-rata 4,56 x 10² CFU/ml per pengulangan. Berdasarkan hasil ini, Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak kulit delima terhadap P. gingivalis ditentukan sebesar 1,6125%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit delima efektif membunuh P. gingivalis pada konsentrasi tersebut atau lebih tinggi. Namun, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) tidak dapat ditentukan karena warna gelap ekstrak mempengaruhi pengamatan kekeruhan pada metode dilusi yang digunakan.
2. Pembahasan Hasil dan Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya
Efektivitas ekstrak kulit delima dalam membunuh P. gingivalis dikonfirmasi oleh penelitian ini, dengan nilai KBM yang berhasil ditentukan. Kandungan tanin yang tinggi dalam ekstrak kulit delima diduga berperan dalam aktivitas antimikroba ini, mengingat kemampuan tanin untuk menembus dinding sel bakteri, merusak struktur sel, dan menghambat aktivitas enzim. Hasil ini sebagian sesuai dengan penelitian Badbhade (2011) yang menunjukkan KHM ekstrak buah delima (seluruh buah) terhadap P. gingivalis pada konsentrasi 3,125%. Perbedaan hasil ini dapat dijelaskan oleh perbedaan penggunaan bagian buah delima (kulit saja vs. seluruh buah) dan kemungkinan variasi kandungan senyawa aktif pada tanaman yang berbeda. Penelitian ini menyoroti pentingnya penggunaan metode ekstraksi yang tepat dan memilih bagian tanaman yang tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal. Lebih lanjut, warna ekstrak yang gelap, akibat kandungan tanin yang tinggi, menjadi kendala dalam penentuan KHM dengan metode yang digunakan, sehingga disarankan penggunaan metode alternatif seperti metode difusi cakram pada penelitian selanjutnya.
3. Kesimpulan dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya
Kesimpulannya, ekstrak kulit buah delima menunjukkan efektivitas dalam membunuh bakteri P. gingivalis dengan nilai KBM 1,6125%. Meskipun KHM tidak dapat ditentukan dalam penelitian ini karena keterbatasan metode, hasil ini menunjukkan potensi ekstrak kulit delima sebagai alternatif alami untuk pengobatan penyakit periodontal. Kandungan tanin yang tinggi diduga berkontribusi pada aktivitas antimikroba. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan penggunaan metode alternatif seperti metode difusi cakram untuk menentukan KHM guna melengkapi data dan meningkatkan akurasi hasil. Penelitian lebih lanjut juga dibutuhkan untuk menyelidiki mekanisme kerja antimikroba ekstrak kulit delima secara lebih detail, serta mengkaji efektivitasnya in vivo.