
Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Aloe Vera terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar
Informasi dokumen
Penulis | Nurfadillah Agustina |
instructor | Nevi Yanti, drg., M.Kes |
Sekolah | Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Kedokteran Gigi |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tempat | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 6.68 MB |
- Antibakteri
- Aloe Vera
- Enterococcus faecalis
Ringkasan
I.Latar Belakang Permasalahan Enterococcus faecalis dan Potensi Ekstrak Etanol Aloe vera
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kendala perawatan saluran akar yang gagal akibat resistensi Enterococcus faecalis terhadap Ca(OH)₂. Enterococcus faecalis, bakteri penyebab infeksi saluran akar yang persisten, sulit dieradikasi dengan metode konvensional. Aloe vera, dengan sifat antibakteri, antiinflamasi, dan tidak toksik, diusulkan sebagai alternatif medikamen saluran akar yang alami.
1. Kegagalan Perawatan Saluran Akar dan Resistensi Enterococcus faecalis
Dokumen ini menjabarkan permasalahan utama dalam perawatan saluran akar, yaitu kegagalan perawatan yang sering disebabkan oleh bakteri Enterococcus faecalis. Bakteri ini dikenal resisten terhadap Ca(OH)₂, sebuah bahan antimikroba yang umum digunakan dalam medikasi saluran akar. Keberadaan Enterococcus faecalis pada perawatan saluran akar yang gagal menjadi fokus utama penelitian ini. Proses instrumentasi dan irigasi yang merupakan bagian dari perawatan saluran akar, ternyata tidak mampu mengeliminasi bakteri ini sepenuhnya, sehingga diperlukan alternatif pengobatan yang lebih efektif. Prevalensi Enterococcus faecalis pada kasus perawatan saluran akar yang gagal berkisar antara 24-77%, seringkali disertai periodontitis apikalis, menunjukkan urgensi pencarian solusi alternatif untuk mengatasi masalah ini. Ketidakmampuan Ca(OH)₂ untuk sepenuhnya menghambat pertumbuhan Enterococcus faecalis setelah 24 jam berada di dalam dentin juga menjadi poin penting yang diangkat dalam dokumen, menunjukkan perlunya pendekatan pengobatan yang berbeda dan lebih efektif.
2. Aloe vera sebagai Alternatif Medikamen Saluran Akar
Sebagai solusi alternatif, penelitian ini menitikberatkan pada penggunaan Aloe vera sebagai bahan medikamen saluran akar. Aloe vera dipilih karena sifatnya yang tidak toksik, antibakteri, antiinflamasi, dan kemampuannya meredakan rasa sakit. Sifat-sifat ini membuatnya menjadi kandidat yang menjanjikan untuk menggantikan atau melengkapi penggunaan Ca(OH)₂ yang terbukti kurang efektif dalam mengatasi infeksi Enterococcus faecalis. Aloe vera memiliki berbagai kandungan zat aktif, termasuk monosakarida, polisakarida, asam amino, antrakuinon, enzim, mineral, vitamin, dan senyawa antiprostaglandin. Di antara zat-zat aktif tersebut, antrakuinon, saponin, dan tanin dikenal memiliki sifat antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas ekstrak etanol Aloe vera dalam melawan Enterococcus faecalis, melihat potensi Aloe vera sebagai alternatif pengobatan alami yang aman dan efektif untuk perawatan saluran akar yang lebih berhasil.
3. Kebutuhan Penelitian Lebih Lanjut tentang Efek Antibakteri Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis
Dokumen tersebut secara eksplisit menyatakan bahwa untuk mengembangkan Aloe vera sebagai alternatif medikamen saluran akar, diperlukan berbagai penelitian lebih lanjut. Salah satu penelitian yang krusial, yang juga merupakan inti dari penelitian ini, adalah menguji efek antibakteri Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis. Hal ini penting karena Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang sulit dieliminasi dari saluran akar dan resisten terhadap bahan antimikroba yang biasa digunakan. Penelitian ini akan menentukan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC) dari ekstrak etanol Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis, memberikan data kuantitatif mengenai efektivitasnya sebagai agen antibakteri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan ilmiah untuk pengembangan Aloe vera sebagai alternatif pengobatan yang lebih efektif dan aman dalam perawatan saluran akar.
II.Tinjauan Pustaka Enterococcus faecalis Aloe vera dan Mekanisme Antibakteri
Bagian ini membahas karakteristik Enterococcus faecalis, termasuk struktur dinding selnya (peptidoglikan dan teichoic acid) yang berkontribusi pada resistensi antibiotik. Diketahui juga komponen Aloe vera yang memiliki aktivitas antibakteri, yaitu antrakuinon, tanin, dan saponin. Mekanisme kerja antibakteriekstrak etanol Aloe vera dijelaskan, berfokus pada interaksi senyawa aktif dengan protein bakteri.
1. Karakteristik Enterococcus faecalis dan Mekanisme Resistensinya
Bagian tinjauan pustaka ini memulai dengan menjelaskan karakteristik Enterococcus faecalis, bakteri Gram-positif yang sering menjadi penyebab kegagalan perawatan saluran akar. Penjelasan mencakup morfologi bakteri, yaitu berbentuk kokus, tidak membentuk spora, tidak bergerak, dan bersifat fakultatif anaerob. Metabolisme fermentatifnya menghasilkan asam laktat dari karbohidrat. Lebih detail, dijelaskan bahwa dinding sel Enterococcus faecalis mengandung peptidoglikan dan teichoic acid dalam jumlah besar. Peptidoglikan berperan dalam menjaga bentuk sel dan perlindungan dari tekanan osmotik, menjadikannya target potensial untuk bahan antimikroba. Teichoic acid, yang terletak di antara membran sitoplasma dan peptidoglikan, menjaga fungsi selubung sel dan permeabilitas eksternal bakteri. Kemampuan Enterococcus faecalis untuk bertahan hidup dalam saluran akar dijelaskan melalui mekanisme homeostasis pH, dimana kemampuan buffering sitoplasma dan proton pump efektif menjaga pH sitoplasma tetap optimal, sehingga resisten terhadap Ca(OH)₂. Selain itu, kemampuannya berpenetrasi ke dalam tubulus dentin dan membentuk biofilm pada dinding dentin juga membuat bakteri ini sulit dieradikasi.
2. Komposisi dan Sifat Antibakteri Aloe vera
Tinjauan pustaka kemudian beralih pada tanaman Aloe vera, menjelaskan asal-usul dan berbagai nama yang digunakan untuk tanaman ini di berbagai belahan dunia. Aloe vera digambarkan sebagai tanaman yang mudah dibudidayakan dan memiliki potensi besar sebagai tanaman obat. Komposisi Aloe vera yang kaya akan berbagai senyawa aktif dijabarkan, meliputi monosakarida, polisakarida, asam amino esensial dan non-esensial, antrakuinon, enzim, mineral, vitamin, protein, lignin, asam salisilat, saponin, sterol, tanin, magnesium laktat, dan senyawa antiprostaglandin. Senyawa-senyawa yang memiliki sifat antibakteri antara lain antrakuinon, saponin, dan tanin. Keberadaan acemannan, suatu polisakarida dengan aktivitas antimikroba yang mampu menstimulasi leukosit fagositik dan meningkatkan kekebalan tubuh, juga disinggung. Penjelasan rinci mengenai mekanisme kerja antibakteri dari komponen-komponen Aloe vera diberikan, mencakup bagaimana antrakuinon, tanin, dan saponin dapat menginaktivasi protein bakteri, mengganggu fungsi sel, dan menyebabkan lisis sel bakteri.
III.Metodologi Penentuan MIC dan MBC Ekstrak Etanol Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis
Penelitian menggunakan metode dilusi untuk menentukan MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dan MBC (Minimum Bactericidal Concentration)ekstrak etanol Aloe vera terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis. Ekstrak dibuat melalui proses maserasi. Pengujian dilakukan dengan berbagai konsentrasi ekstrak etanol Aloe vera, membandingkan kekeruhan dan jumlah koloni bakteri. Uji fitokimia dilakukan untuk memastikan senyawa aktif antibakteri telah terekstrak sempurna.
1. Pembuatan Ekstrak Etanol Aloe vera
Metode penelitian diawali dengan pembuatan ekstrak etanol Aloe vera. Prosesnya dimulai dengan penimbangan 1015,5 gram Aloe vera segar, kemudian diiris tipis, dan dikeringkan menggunakan freeze dryer hingga diperoleh 28,2 gram Aloe vera kering. Aloe vera kering kemudian diblender menjadi serbuk, lalu dimaserasi dengan 600 ml etanol 96% selama 2 hari sambil dikocok. Setelah disaring, diperoleh ekstrak cair sebanyak 380 ml. Untuk memastikan senyawa aktif antibakteri telah terekstrak sempurna, dilakukan uji identifikasi fitokimia terhadap ekstrak etanol Aloe vera dan ekstrak dari ampas terakhir. Uji ini meliputi uji antrakuinon, uji saponin, dan uji tanin, menggunakan metode yang baku untuk mendeteksi keberadaan senyawa-senyawa tersebut. Hasil uji fitokimia akan memastikan kualitas ekstrak yang digunakan dalam penelitian.
2. Pembuatan Suspensi Bakteri dan Pengenceran Ekstrak Aloe vera
Selanjutnya, suspensi bakteri Enterococcus faecalis ATCC 29212 disiapkan dengan membiakkan bakteri pada media MHA secara anaerob hingga pertumbuhannya optimal. Koloni bakteri kemudian disuspensikan dalam larutan NaCl 0,9% hingga mencapai kekeruhan standar 0,5 Mc Farland (10⁸ CFU/ml), yang kemudian diencerkan menjadi 10⁶ CFU/ml untuk digunakan dalam pengujian. Ekstrak etanol Aloe vera disuspensikan dalam Mueller Hinton Broth (MHB) dengan perbandingan 1 gram/1 ml, lalu dilakukan pengenceran berganda untuk mendapatkan berbagai konsentrasi (100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, dan 1,56%). Konsentrasi terbesar (100%) digunakan sebagai titik awal karena konsentrasi efektif belum diketahui sebelumnya. Pengenceran ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi minimum yang dibutuhkan untuk menghambat dan membunuh bakteri.
3. Penentuan MIC dan MBC menggunakan Metode Dilusi dan Drop Plate
Metode dilusi digunakan untuk menentukan Minimum Inhibitory Concentration (MIC), yaitu konsentrasi minimum ekstrak Aloe vera yang mampu menghambat pertumbuhan Enterococcus faecalis. Namun, karena warna ekstrak yang gelap, penentuan MIC secara visual tidak dapat dilakukan. Untuk menentukan Minimum Bactericidal Concentration (MBC), yaitu konsentrasi minimum yang mampu membunuh bakteri, digunakan metode Drop Plate Mills Mesra. Setelah inkubasi selama 24 jam pada 37°C dalam inkubator CO₂, 50 µl dari masing-masing konsentrasi ekstrak Aloe vera diteteskan ke media Mueller Hinton Agar (MHA) dan direplikasi sebanyak 4 kali. Setelah inkubasi selanjutnya selama 24 jam, jumlah koloni bakteri dihitung untuk menentukan MBC. Metode Drop Plate dipilih karena memungkinkan pengamatan yang lebih teliti terhadap jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada berbagai konsentrasi ekstrak Aloe vera, untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan representatif.
IV.Hasil dan Pembahasan Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Aloe vera dan Nilai MBC
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol Aloe vera memiliki efek antibakteri terhadap Enterococcus faecalis, dengan nilai MBC 12,5%. Penelitian juga membahas potensi mekanisme kerja antibakteri dari antrakuinon, tanin, dan saponin. Hasil ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menguji efek Aloe vera pada bakteri lain (misalnya, Fusobacterium nucleatum). Perbedaan hasil dikaitkan dengan perbedaan struktur dinding sel bakteri gram positif dan gram negatif.
1. Hasil Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Aloe vera
Bagian hasil penelitian melaporkan bahwa penentuan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dari ekstrak etanol Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis tidak dapat dilakukan secara visual karena warna ekstrak yang hijau kehitaman menyebabkan kekeruhan larutan tidak berubah signifikan setelah inkubasi. Oleh karena itu, penelitian hanya berhasil menentukan Minimum Bactericidal Concentration (MBC). Penggunaan metode dilusi untuk MIC dinilai tidak representatif karena faktor warna ekstrak tersebut. Metode Drop Plate Mills Mesra digunakan untuk menentukan MBC. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol Aloe vera memiliki efek antibakteri terhadap Enterococcus faecalis dengan nilai MBC 12,5%. Artinya, konsentrasi 12,5% ekstrak etanol Aloe vera mampu membunuh bakteri Enterococcus faecalis. Namun, perlu dicatat bahwa pada konsentrasi 6,25%, jumlah koloni bakteri yang masih hidup sangat sedikit (1,58 x 10³ CFU/ml) dibandingkan dengan kontrol (264 x 10¹⁵ CFU/ml), mengindikasikan potensi MBC yang sebenarnya mungkin berada di antara 6,25% dan 12,5%. Penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih sensitif disarankan untuk menentukan nilai MBC yang lebih presisi.
2. Pembahasan Mekanisme Antibakteri dan Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya
Pembahasan menjelaskan bahwa efektivitas antibakteri ekstrak etanol Aloe vera kemungkinan berasal dari senyawa aktifnya, yaitu antrakuinon, tanin, dan saponin. Mekanisme kerja antibakteri tersebut dijelaskan berdasarkan literatur, dimana antrakuinon diduga membentuk kompleks ireversibel dengan asam amino nukleofilik dalam protein bakteri, menginaktivasi protein penting. Tanin, sebagai senyawa fenolik, juga dapat membentuk kompleks dengan protein, menginaktivasi adhesin, enzim, dan protein transpor pada selubung sel bakteri. Saponin, bertindak sebagai deterjen, dapat menghancurkan membran sel bakteri. Hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menguji efek antibakteri Aloe vera terhadap bakteri lain, seperti Fusobacterium nucleatum (MBC 20% dan 50%) dan Candida albicans (MIC 2,5% dan 21%). Perbedaan nilai MBC antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya dijelaskan kemungkinan karena perbedaan jenis bakteri yang diuji, khususnya perbedaan struktur dinding sel bakteri Gram-positif (Enterococcus faecalis) dan Gram-negatif (Fusobacterium nucleatum), serta perbedaan metode ekstraksi Aloe vera. Penelitian ini melakukan remaserasi ampas Aloe vera untuk memastikan ekstraksi senyawa aktif secara sempurna, berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya melakukan maserasi sekali.
V.Kesimpulan Potensi Ekstrak Etanol Aloe vera sebagai Alternatif Medikamen Saluran Akar
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak etanol Aloe vera memiliki potensi sebagai alternatif medikamen saluran akar alami untuk mengatasi infeksi Enterococcus faecalis. Nilai MBC 12,5% menunjukkan efektivitasnya dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan konsentrasi dan formulasi untuk aplikasi klinis.
1. Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis
Kesimpulan utama penelitian ini adalah ekstrak etanol Aloe vera menunjukkan efektivitas antibakteri terhadap Enterococcus faecalis. Meskipun Minimum Inhibitory Concentration (MIC) tidak dapat ditentukan secara visual karena warna ekstrak yang gelap, Minimum Bactericidal Concentration (MBC) berhasil ditentukan pada konsentrasi 12,5%. Ini berarti bahwa konsentrasi ekstrak etanol Aloe vera sebesar 12,5% mampu membunuh bakteri Enterococcus faecalis. Temuan ini mendukung potensi penggunaan ekstrak etanol Aloe vera sebagai alternatif medikamen saluran akar untuk mengatasi infeksi bakteri ini. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan nilai MIC dan mengoptimalkan konsentrasi yang lebih tepat untuk aplikasi klinis, mengingat kemungkinan MBC sebenarnya berada di kisaran 6,25% hingga 12,5% berdasarkan hasil pengamatan pada konsentrasi 6,25%.
2. Potensi Pengembangan sebagai Medikamen Saluran Akar Alami
Penelitian ini memberikan bukti awal yang mendukung potensi ekstrak etanol Aloe vera sebagai alternatif medikamen saluran akar yang alami. Sifat antibakteri Aloe vera, yang diindikasikan melalui pencapaian nilai MBC, menawarkan solusi potensial untuk mengatasi masalah resistensi Enterococcus faecalis terhadap Ca(OH)₂ yang selama ini menjadi kendala dalam perawatan saluran akar. Keunggulan Aloe vera sebagai bahan alami yang tidak toksik juga menjadi poin penting. Namun, perlu diingat bahwa penelitian ini masih bersifat in vitro, sehingga penelitian in vivo dan uji klinis lebih lanjut diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya pada kondisi klinis sebenarnya. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk pengembangan lebih lanjut, termasuk optimasi konsentrasi ekstrak, formulasi yang tepat untuk aplikasi klinis, serta pemahaman lebih mendalam mengenai mekanisme antibakteri yang bekerja secara spesifik.