
Efek Analgesik Ekstrak Jahe Merah terhadap Inflamasi Pulpa pada Gigi Kelinci
Informasi dokumen
Penulis | Cyntia Gloria E G |
instructor | Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) |
Sekolah | Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Kedokteran Gigi |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tempat | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 5.66 MB |
- analgesik
- jahe merah
- inflamasi pulpa
Ringkasan
I.Metode Penelitian dan Rancangan Percobaan
Penelitian eksperimental laboratorium ini menggunakan rancangan acak lengkap untuk meneliti efek analgesik ekstrak jahe merah (Zingiber officinale roscoe) terhadap inflamasi pulpa gigi pada kelinci (Oryctolagus cuniculus). Sebanyak 35 kelinci dibagi menjadi 7 kelompok perlakuan: ekstrak jahe merah 1% hari ke-1 dan ke-3, ekstrak jahe merah 2% hari ke-1 dan ke-3, eugenol hari ke-1 dan ke-3, serta kelompok kontrol. Metode stimulasi elektrik gigi digunakan dengan frekuensi 50 Hz dan arus 0,2 mA untuk mengukur ambang nyeri melalui pengamatan tingkah laku menjilat (licking) pada menit ke-0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60. Nyeri pulpa diinduksi dengan perforasi pulpa gigi insisivus atas setelah aplikasi 20 µl bahan uji dan penutupan dengan RM GIC.
1. Desain Penelitian dan Sampel
Penelitian ini merupakan studi eksperimental laboratorium dengan rancangan acak lengkap. Sebanyak 35 ekor kelinci digunakan sebagai sampel dan dibagi menjadi tujuh kelompok perlakuan. Setiap kelompok mewakili perlakuan yang berbeda, meliputi pemberian ekstrak jahe merah dengan konsentrasi 1% pada hari pertama dan ketiga, ekstrak jahe merah dengan konsentrasi 2% pada hari pertama dan ketiga, eugenol pada hari pertama dan ketiga, dan satu kelompok kontrol negatif yang tidak diberikan perlakuan. Pembagian kelompok ini bertujuan untuk membandingkan efek analgesik dari berbagai konsentrasi ekstrak jahe merah dan membandingkannya dengan eugenol, sebagai kontrol positif yang umum digunakan dalam pengobatan nyeri pulpa. Rancangan acak lengkap dipilih untuk meminimalisir bias dan memastikan distribusi sampel yang merata antar kelompok perlakuan. Hal ini penting untuk memastikan validitas dan reliabilitas hasil penelitian.
2. Induksi Inflamasi Pulpa dan Aplikasi Bahan Uji
Pada setiap kelinci, gigi insisivus atas dipreparasi hingga terjadi perforasi pulpa. Setelah anestesi, perforasi pulpa ini kemudian diaplikasikan 20 µl ekstrak jahe merah (dengan konsentrasi 1% atau 2%, sesuai kelompok perlakuan) atau eugenol. Setelah aplikasi bahan uji, kavitas gigi ditutup dengan RM GIC. Proses induksi inflamasi pulpa dan aplikasi bahan uji dilakukan secara hati-hati dan terstandarisasi untuk memastikan konsistensi dan mengurangi variabilitas antar kelompok. Standarisasi ini sangat penting untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat diinterpretasi secara tepat. Tujuannya adalah untuk menciptakan kondisi inflamasi pulpa yang seragam pada semua kelompok perlakuan, kecuali kelompok kontrol, sehingga efek analgesik dari masing-masing bahan uji dapat diukur secara valid.
3. Pengukuran Nyeri dengan Metode Stimulasi Elektrik
Untuk mengukur efek analgesik, peneliti menggunakan metode stimulasi elektrik gigi. Stimulasi diberikan menggunakan kymograph dengan frekuensi 50 Hz dan arus 0,2 mA. Nilai voltase yang dibutuhkan untuk menimbulkan respon menjilat (licking) pada kelinci dicatat pada menit ke-0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60. Respon menjilat ini dijadikan sebagai indikator ambang nyeri. Pengukuran dilakukan secara berulang setiap 10 menit selama satu jam untuk memantau durasi dan intensitas efek analgesik dari masing-masing bahan uji. Metode stimulasi elektrik dipilih karena ketepatannya dalam mengukur ambang nyeri, sehingga dapat memberikan data kuantitatif yang objektif. Penggunaan interval waktu 10 menit memungkinkan peneliti untuk mengamati perubahan ambang nyeri secara dinamis seiring waktu, memberikan gambaran yang komprehensif tentang efek analgesik dari bahan uji.
II.Pembuatan Ekstrak Jahe Merah
Ekstrak jahe merah dibuat dengan konsentrasi 1% dan 2%, menggunakan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) 0,2% sebagai suspending agent. Proses pembuatan melibatkan pencampuran bubuk jahe merah dengan aquadest dan CMC, kemudian dihomogenkan hingga membentuk gel kental. Konsentrasi 1% dipilih berdasarkan penelitian pendahuluan yang menunjukkan efek antiinflamasi.
1. Konsentrasi dan Bahan Tambahan
Penelitian ini menggunakan ekstrak jahe merah dengan dua konsentrasi, yaitu 1% dan 2%. Pemilihan konsentrasi ini didasarkan pada penelitian pendahuluan yang menunjukkan bahwa konsentrasi 1% sudah menunjukkan efek antiinflamasi. Untuk membuat ekstrak jahe merah menjadi kental dan homogen, digunakan Carboxy Methyl Cellulose (CMC) sebagai suspending agent dengan konsentrasi 0,2%. Penggunaan CMC ini dijelaskan sebagai bahan inert yang tidak akan mengubah struktur kimia senyawa aktif dalam ekstrak jahe merah, serta meningkatkan viskositas dan kestabilan ekstrak. Oleh karena itu, penggunaan CMC dianggap tidak akan memengaruhi hasil penelitian yang didapatkan. Proses pembuatan ekstrak ini memastikan bahwa setiap kelompok perlakuan menerima jumlah dan konsentrasi yang sama, sehingga dapat mengurangi bias pada hasil penelitian.
2. Proses Pembuatan Ekstrak
Meskipun detail langkah-langkah pembuatan ekstrak jahe merah secara lengkap tidak dijelaskan secara rinci dalam bagian ini, namun disebutkan bahwa proses pembuatan melibatkan pemanasan aquadest, penambahan bubuk CMC, dan pencampuran hingga terbentuk gel homogen. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan ekstrak jahe merah yang memiliki konsistensi yang tepat untuk diaplikasikan pada gigi kelinci. Ketelitian dalam proses pembuatan ekstrak ini sangat penting untuk memastikan bahwa setiap kelompok perlakuan menerima ekstrak dengan kualitas dan konsentrasi yang konsisten. Konsistensi ini krusial untuk mencegah bias dan memastikan validitas hasil penelitian. Keberhasilan pembuatan ekstrak ini merupakan langkah awal yang penting untuk memastikan kesuksesan penelitian.
III.Hasil Penelitian dan Efek Analgesik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jahe merah 2% memiliki efek analgesik yang lebih baik dibandingkan eugenol dan ekstrak jahe merah 1%, terutama pada hari ke-3. Ekstrak jahe merah 2% mencapai titik puncak penurunan nyeri pulpa pada menit ke-10. Pengamatan dilakukan selama 1 jam dengan interval 10 menit pada hari ke-1 dan ke-3. Pada menit ke-60, semua bahan uji tidak lagi menunjukkan efek analgesik. Penelitian ini didukung oleh studi sebelumnya yang menunjukkan efek antiinflamasi dari gingerol dan shogaol, senyawa aktif dalam jahe merah yang menghambat produksi PGE2.
1. Pengukuran Efek Analgesik
Efek analgesik diukur menggunakan metode stimulasi elektrik gigi dengan kymograph pada frekuensi 50 Hz dan arus 0,2 mA. Nilai voltase yang dibutuhkan untuk menimbulkan respon menjilat (licking) pada kelinci, sebagai indikator ambang nyeri, dicatat setiap 10 menit selama 1 jam pada hari pertama dan ketiga setelah induksi inflamasi pulpa. Penggunaan metode ini memungkinkan pengukuran yang objektif dan kuantitatif terhadap efek analgesik dari ekstrak jahe merah dan eugenol. Pengamatan pada hari pertama dan ketiga dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya (Esmeraldo, 2013) yang mengamati penurunan sel radang akibat inflamasi pulpa pada hari ke-1, 3, dan 7; penelitian ini memilih hari ke-1 dan ke-3 untuk efisiensi dan kendali perilaku kelinci. Pada menit ke-60, tidak ada lagi efek analgesik yang signifikan pada semua kelompok perlakuan.
2. Hasil Pengamatan Hari Pertama dan Ketiga
Pada hari pertama dan ketiga, hasil pencatatan nilai voltase dianalisis untuk melihat efek analgesik dari ekstrak jahe merah 1%, ekstrak jahe merah 2%, dan eugenol. Hasil menunjukkan perbedaan signifikan antara ketiga perlakuan tersebut pada setiap interval waktu 10 menit selama pengamatan 1 jam. Secara khusus, ekstrak jahe merah 2% menunjukkan efek analgesik yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak jahe merah 1% dan eugenol, terutama terlihat pada hari ketiga. Ekstrak jahe merah 2% mencapai titik puncak efek analgesiknya pada menit ke-10 pada hari ketiga (1,54 ± 0,114 volt). Hasil uji LSD menunjukkan perbedaan yang signifikan antara ekstrak jahe merah 2% dan eugenol hingga menit ke-20 pada hari ketiga. Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ekstrak jahe merah 1% dan eugenol selama pengamatan 1 jam pada hari ketiga. Temuan ini menunjukkan potensi ekstrak jahe merah 2% sebagai analgesik yang lebih efektif dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih rendah dan eugenol.
IV.Kesimpulan dan Implikasi
Kesimpulannya, ekstrak jahe merah 2% menunjukkan efek analgesik yang signifikan terhadap inflamasi pulpa gigi pada kelinci, lebih baik dibandingkan dengan eugenol dan ekstrak jahe merah 1%. Hasil ini mendukung potensi jahe merah sebagai analgesik alami untuk mengatasi nyeri pulpa. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengkaji mekanisme kerja dan efektivitasnya pada manusia.
1. Kesimpulan Utama
Kesimpulan utama penelitian ini adalah ekstrak jahe merah 2% menunjukkan efek analgesik yang lebih signifikan terhadap inflamasi pulpa gigi kelinci dibandingkan dengan ekstrak jahe merah 1% dan eugenol. Efek analgesik ekstrak jahe merah 2% paling terlihat pada hari ketiga setelah induksi inflamasi pulpa, ditandai dengan nilai voltase yang lebih rendah (menunjukkan ambang nyeri yang lebih tinggi) dibandingkan kelompok kontrol dan perlakuan lainnya. Temuan ini mendukung hipotesis penelitian dan menunjukkan potensi jahe merah sebagai alternatif analgesik alami untuk mengatasi nyeri pulpa. Penelitian ini memberikan bukti empiris mengenai efektivitas ekstrak jahe merah dalam mengurangi nyeri yang disebabkan oleh inflamasi pulpa, khususnya pada konsentrasi 2%.
2. Implikasi dan Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini memiliki implikasi penting dalam pengembangan pengobatan nyeri pulpa dengan memanfaatkan bahan alami. Ekstrak jahe merah, khususnya dengan konsentrasi 2%, menunjukkan potensi sebagai analgesik alternatif yang aman dan efektif. Namun, penelitian ini masih terbatas pada model hewan (in vivo) pada kelinci. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengkonfirmasi temuan ini pada manusia dan untuk menyelidiki mekanisme kerja analgesik ekstrak jahe merah secara lebih mendalam. Studi lanjutan dapat mencakup uji klinis pada manusia, penentuan dosis optimal, dan identifikasi senyawa aktif spesifik dalam jahe merah yang bertanggung jawab atas efek analgesiknya. Selain itu, penelitian dapat juga mengeksplorasi kemungkinan kombinasi ekstrak jahe merah dengan bahan-bahan lain untuk meningkatkan efektivitasnya dalam mengatasi nyeri pulpa.
V.Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan oleh Health Research Ethical Committee USU (No.170/KOMET/FK USU/2015). Penggunaan kelinci sebagai hewan coba sesuai dengan kriteria berat 1,5-2 kg dan telah diadaptasi sebelum perlakuan.
1. Persetujuan Etik
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Health Research Ethical Committee USU dengan nomor 170/KOMET/FK USU/2015. Persetujuan etik ini merupakan bukti bahwa penelitian telah dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip etika penelitian, terutama terkait dengan penggunaan hewan coba. Hal ini penting untuk memastikan bahwa penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan kesejahteraan hewan dan mematuhi standar etika yang berlaku dalam penelitian biomedis. Proses perolehan persetujuan etik ini memastikan bahwa penelitian dilakukan secara bertanggung jawab dan etis, mengurangi potensi risiko yang tidak perlu bagi hewan yang digunakan sebagai subjek penelitian.
2. Kriteria Hewan Coba
Kelinci (Oryctolagus cuniculus) yang digunakan sebagai hewan coba dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria tertentu, yaitu berat badan antara 1,5-2 kg, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam penelitian Gondim et al (2010). Kelinci-kelinci ini juga diadaptasi sebelum perlakuan untuk mengurangi stres dan memastikan kondisi kesehatan yang optimal selama penelitian. Pemilihan kriteria ini bertujuan untuk meminimalisir variabilitas hasil penelitian yang dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi fisik hewan coba. Dengan demikian, penggunaan kelinci yang memenuhi kriteria tertentu membantu dalam meningkatkan reliabilitas dan validitas hasil penelitian, serta memastikan bahwa hasil penelitian dapat digeneralisasikan dengan lebih baik.