Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aman Nyaman

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aman Nyaman

Informasi dokumen

Penulis

Alan Anggara Pohan

instructor Yessi Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep
Sekolah

Fakultas Keperawatan USU

Jurusan DIII Keperawatan
Jenis dokumen Karya Tulis Ilmiah (Scientific Paper)
Tempat Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 2.89 MB
  • Asuhan Keperawatan
  • Kebutuhan Dasar
  • Karya Tulis Ilmiah

Ringkasan

I.Tinjauan Teori Kejang Demam dan Asuhan Keperawatan

Bagian ini membahas konsep dasar kejang demam, didefinisikan sebagai bangkitan kejang akibat peningkatan suhu tubuh di atas 38°C (rectal). Diskusi meliputi klasifikasi kejang demam sederhana dan kompleks, serta faktor-faktor risiko seperti usia, riwayat keluarga, dan kecepatan peningkatan suhu. Dampak psikososial pada anak dan keluarga juga dipertimbangkan. Lebih lanjut, dijelaskan konsep dasar Asuhan Keperawatan yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya keamanan dan kenyamanan (Aman Nyaman) anak yang mengalami kejang demam. Aspek-aspek yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan, seperti nutrisi, lingkungan, dan status imun, dijelaskan secara ringkas.

1. Definisi dan Klasifikasi Kejang Demam

Bagian ini mendefinisikan kejang demam sebagai bangkitan kejang yang terjadi akibat peningkatan suhu tubuh di atas 38°C (rectal), disebabkan oleh proses ekstrakranium. Dirujuk beberapa sumber seperti Mansjoer (2002) dan Ngastiyah (2005) yang mendukung definisi tersebut. Penjelasan lebih lanjut menjelaskan bahwa terjadinya kejang demam dipengaruhi oleh usia, tinggi dan kecepatan kenaikan suhu tubuh. Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda. Dokumen juga mengklasifikasikan kejang demam menjadi kejang demam sederhana, ditandai dengan kejang singkat yang biasanya berhenti sendiri dalam waktu singkat, dan kejang demam kompleks. Makalah menyimpulkan bahwa kejang demam sering ditemukan pada anak di bawah lima tahun dan menekankan pentingnya memahami perbedaan klasifikasi untuk penanganan yang tepat. Perbedaan durasi kejang dan kemungkinan komplikasi dijelaskan sebagai dasar klasifikasi ini.

2. Dampak Psikososial Kejang Demam dan Konsep Keamanan dan Kenyamanan

Selain dampak biologis, makalah ini membahas dampak psikososial kejang demam pada klien dan keluarga. Anak yang mengalami kejang demam dapat merasa rendah diri karena perubahan fisik dan keterbatasan aktivitas. Bagian ini kemudian membahas konsep keamanan dan kenyamanan (Aman Nyaman) sebagai bagian integral dari asuhan keperawatan. Mengacu pada Potter & Perry (2006) dan Carpenito (2000), keamanan didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis. Konsep kenyamanan dikaitkan dengan sensasi tidak menyenangkan dan respons terhadap rangsangan berbahaya. Beberapa faktor yang memengaruhi keamanan dan kenyamanan dibahas, termasuk aspek lingkungan seperti oksigen, nutrisi, dan status imun. Faktor-faktor lainnya seperti nyeri akut dan kronis, mual, serta faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, dan penggunaan antibiotik yang tidak rasional juga turut dijelaskan pengaruhnya terhadap kenyamanan dan keamanan pasien.

3. Penatalaksanaan Medis Kejang Demam dan Pemeriksaan Diagnostik

Dokumen ini membahas penatalaksanaan medis kejang demam, mencakup pemberian cairan intravena (IV) yang mengandung glukosa, dan penggunaan kortikosteroid atau glukokortikoid untuk edema otak jika kejang berlangsung lama. Terapi antikonvulsan diindikasikan pada kasus tertentu seperti kejang fokal atau lama, abnormalitas neurologi, kejang tanpa demam, usia di bawah 1 tahun, dan kejang multiple dalam waktu kurang dari 24 jam. Pemeriksaan diagnostik yang dijelaskan meliputi MRI untuk mendeteksi perubahan patologis di SSP, dan rontgen tengkorak untuk mendeteksi fraktur, meskipun kurang membantu dalam mendiagnosis aktivitas kejang. Pemeriksaan penunjang lainnya bertujuan untuk mendeteksi kondisi patologis otak seperti tumor, edema, infark, lesi kongenital, dan perdarahan. Dokumen juga menyinggung potensi komplikasi jangka panjang dari kejang demam yang berkepanjangan, termasuk retardasi mental dan epilepsi. Hubungan antara kejang demam dan IQ, serta faktor-faktor risiko seperti riwayat keluarga juga dibahas.

II.Pengkajian dan Diagnosa Keperawatan

Bagian ini memaparkan proses pengkajian pasien anak dengan kejang demam di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Pengkajian meliputi riwayat kesehatan sekarang dan masa lalu, pemeriksaan fisik, dan data penunjang. Berdasarkan data tersebut, diagnosa keperawatan utama yang dirumuskan antara lain: risiko tinggi cedera terkait aktivitas motorik dan kehilangan kesadaran selama kejang, risiko kejang demam berulang, dan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Kasus studi berfokus pada An. T, seorang anak yang mengalami kejang demam di Ruang Perinatologi RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1. Pengumpulan Data Pasien dengan Kejang Demam

Pengkajian pasien dilakukan melalui berbagai metode, termasuk wawancara dengan orang tua, pemeriksaan fisik langsung, observasi perilaku pasien, dan penelaahan rekam medis. Data yang dikumpulkan mencakup data demografis, riwayat kesehatan sekarang (peningkatan suhu tubuh >38°C, peningkatan nadi, apnea, kelelahan, inkontinensia, mual/muntah, nyeri otot, sakit kepala), riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan kepala (kulit kepala, rambut, mukosa mulut, sklera, konjungtiva), dan penilaian perkembangan motorik, bahasa, dan kognitif pasien. Data pertumbuhan dan perkembangan pasien, khususnya dalam konteks anak balita (0-5 tahun) juga dikaji berdasarkan referensi seperti Smeltzer (2000), meliputi berat badan, tinggi badan, kemampuan motorik, kemampuan makan dan eliminasi, serta perkembangan kognitif. Semua data ini dikumpulkan untuk membentuk gambaran komprehensif tentang kondisi pasien dan sejarah kesehatannya sebelum dilakukan diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan berdasarkan Data Pengkajian

Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui pengkajian, beberapa diagnosa keperawatan utama dirumuskan. Penulis menggunakan kerangka kerja dari Doenges (2000) untuk mengidentifikasi masalah keperawatan. Diagnosa utama yang dirumuskan meliputi: risiko tinggi cedera berhubungan dengan aktivitas motorik dan hilangnya kesadaran selama kejang; risiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh; dan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah. Penjelasan mengenai bagaimana data pengkajian mendukung masing-masing diagnosa ini dibahas secara rinci, menghubungkan gejala-gejala yang diamati dengan kerangka kerja diagnosa keperawatan yang baku. Hal ini menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang kondisi pasien dan bagaimana kondisi tersebut diterjemahkan ke dalam permasalahan keperawatan yang perlu ditangani.

III.Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

Bagian ini menjelaskan perencanaan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang telah diidentifikasi pada An. T. Tujuan utama adalah mencegah kejang demam berulang, menjaga keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan nafsu makan, dan mengurangi kecemasan orang tua. Intervensi keperawatan mencakup edukasi kepada orang tua tentang tanda dan gejala kejang demam, manajemen perawatan selama kejang, dan pengobatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan komunikatif juga ditekankan. Terapi anti konvulsan dipertimbangkan jika diindikasikan.

1. Perencanaan Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Tahap perencanaan berfokus pada penyusunan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang telah diidentifikasi sebelumnya, mengacu pada kerangka kerja Doenges (2000). Prioritas masalah difokuskan pada pencegahan kejang berulang, restorasi keseimbangan cairan tubuh, peningkatan nafsu makan, dan pengurangan kecemasan orang tua. Tujuan dan kriteria hasil yang spesifik ditetapkan untuk setiap masalah keperawatan. Rencana tindakan yang terstruktur dan sistematis dirumuskan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup intervensi yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Contoh intervensi meliputi edukasi pada orang tua, pemantauan suhu tubuh, dan intervensi untuk meningkatkan asupan nutrisi. Perencanaan ini didasarkan pada diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu risiko kejang berulang, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan risiko tinggi cedera.

2. Intervensi Keperawatan untuk Mengatasi Masalah

Bagian ini merinci intervensi keperawatan yang direncanakan untuk mengatasi masalah keperawatan yang telah diidentifikasi. Intervensi difokuskan pada empat tujuan utama: mencegah kejang berulang, menjaga keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan nafsu makan, dan mengurangi kecemasan orang tua. Intervensi mencakup edukasi kepada anak dan keluarga tentang tanda dan gejala yang menyebabkan kejang, cara mengelola kejang, serta terapi pengobatan yang diresepkan. Selain itu, dijelaskan pentingnya mengkaji lingkungan sekitar untuk meminimalisir risiko cedera selama kejang. Intervensi juga meliputi pemantauan tanda vital, pemberian cairan, dan dukungan emosional kepada keluarga. Peran tenaga perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, termasuk penggunaan keterampilan komunikasi terapeutik yang efektif, juga ditekankan. Keterlibatan aktif keluarga dalam proses perawatan sangat penting untuk keberhasilan intervensi.

IV.Kesimpulan dan Saran

Kesimpulannya, makalah ini menggambarkan penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penulis mampu menerapkan proses keperawatan secara sistematis, dari pengkajian hingga intervensi. Saran diberikan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam menangani kasus kejang demam, serta pentingnya edukasi kesehatan kepada keluarga untuk mencegah kejadian berulang. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengeksplorasi faktor-faktor risiko dan strategi pencegahan kejang demam yang lebih efektif.

1. Kesimpulan Penerapan Asuhan Keperawatan

Kesimpulan utama dari makalah ini adalah bahwa penulis berhasil menerapkan proses asuhan keperawatan pada pasien anak (An. A) dengan diagnosa demam kejang. Proses keperawatan yang diterapkan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan secara sistematis dan sesuai dengan konsep keperawatan yang telah dipelajari. Keberhasilan ini menunjukkan pemahaman yang baik tentang proses keperawatan dan kemampuan dalam menerapkannya pada kasus demam kejang. Hal ini dicapai melalui penggunaan metode pengkajian yang komprehensif, analisis data yang cermat untuk merumuskan diagnosa keperawatan, serta perencanaan dan implementasi intervensi yang tepat sasaran. Kesimpulan ini menggarisbawahi kemampuan penulis dalam mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam praktik keperawatan nyata.

2. Saran untuk Perbaikan Asuhan Keperawatan dan Penelitian Lebih Lanjut

Makalah ini memberikan saran untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada kasus demam kejang. Diharapkan perawat selalu mempersiapkan diri dengan pengetahuan, keterampilan, dan komunikasi terapeutik yang memadai untuk mempermudah pengumpulan data dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang efektif. Perencanaan yang matang dan sistematis sangat penting untuk keberhasilan asuhan keperawatan. Penulis juga menyarankan agar klien dan keluarga mampu menjaga kesehatan dan mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk mencegah kejang berulang. Lebih lanjut, makalah ini menyarankan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi faktor-faktor risiko dan strategi pencegahan demam kejang yang lebih efektif. Penelitian ini penting untuk meningkatkan pemahaman tentang demam kejang dan mengembangkan intervensi yang lebih tepat untuk mencegah dan mengelola kondisi ini. Saran ini menekankan pentingnya pengembangan berkelanjutan dalam praktik dan penelitian keperawatan.