
Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Gangguan Mobilitas Fisik
Informasi dokumen
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 3.10 MB |
- Asuhan Keperawatan
- Gangguan Mobilitas
- Pendidikan Keperawatan
Ringkasan
I. M dengan Gangguan Mobilitas Fisik Akibat Stroke Hemoragik
Studi kasus ini mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada Ny. M, pasien stroke hemoragik, di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pasien mengalami gangguan mobilitas fisik yang signifikan, ditandai dengan hemiparesis kanan dan skor GCS 8. Tiga diagnosa keperawatan prioritas diidentifikasi: gangguan mobilitas fisik, defisit perawatan diri, dan gangguan eliminasi urine. Studi ini dilakukan sebagai bagian dari program Ahlimadya Keperawatan di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
1. Gambaran Umum Kasus Ny. M
Studi kasus ini berfokus pada Ny. M, seorang pasien di RSUP Haji Adam Malik Medan yang didiagnosis mengalami stroke hemoragik. Sebelum masuk rumah sakit, Ny. M mengalami jatuh di kamar mandi dan kehilangan kemampuan menggerakkan ekstremitas kanan atas dan bawah. Diagnosa medisnya adalah stroke hemoragik, yang ditandai dengan pecahnya pembuluh darah di otak. Setelah observasi, tiga diagnosa keperawatan prioritas diidentifikasi: gangguan mobilitas fisik, defisit perawatan diri, dan gangguan eliminasi urine. Studi ini dilakukan antara tanggal 17-21 Juni 2013 di ruang RA4, kamar III2, RSUP H. Adam Malik Medan. Studi ini merupakan karya tulis ilmiah untuk menyelesaikan program Ahlimadya Keperawatan di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dengan Ibu Diah Aruum, S.Kep,Ns,M.Kep sebagai pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Keperawatan USU Medan, Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes, dan Pembantu Dekan I, Ibu Erniyati, S.Kep,Ns,MNS, serta rekan-rekan di RSUP H. Adam Malik Medan, Ali Imran Harahap dan Sri N Sihotang.
2. Latar Belakang Mobilisasi Pasien Stroke
Dokumen ini menjelaskan pentingnya mobilisasi dini pada pasien stroke sebagai salah satu bentuk rehabilitasi awal. Mobilisasi dini dapat mengurangi komplikasi akibat imobilisasi seperti pneumonia, Deep Vein Thrombosis (DVT), emboli pulmoner, dekubitus, dan masalah tekanan darah orthostatik. Selain itu, mobilisasi dini juga memiliki dampak psikologis yang positif. Penelitian oleh Gofir (2009) menunjukkan bahwa mobilisasi sangat dini merupakan faktor kunci dalam perawatan pasien stroke. Imobilitas, atau keterbatasan gerak, didefinisikan oleh North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai kondisi di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik, baik aktif maupun pasif, yang berdampak pada sistem tubuh (Kim et al, 1995). Pengaruh imobilisasi pada lansia dengan penyakit kronis berkembang lebih cepat dibandingkan dengan klien yang lebih muda (Perry dan Potter, 1994). Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kemandirian, kesehatan, memperlambat proses penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (Murbarak & Chayatin, 2008). Mobilisasi didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur untuk memenuhi kebutuhan aktivitas dan mempertahankan kesehatannya (Aziz, 2009). Jenis mobilisasi dibagi menjadi temporer dan permanen, tergantung pada sifat keterbatasan gerak.
3. Tujuan dan Rumusan Masalah
Tujuan umum karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan dasar mobilitas fisik pada Ny. M dengan diagnosa medis Stroke Hemoragik di ruang RA4, kamar III2, RSUP H. Adam Malik Medan, menggunakan asuhan keperawatan. Rumusan masalah difokuskan pada identifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan mobilisasi (aktual dan potensial) berdasarkan pengumpulan data selama pengkajian. Analisis data mengidentifikasi masalah dan risiko yang berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi. Perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya tersebut. Pasien berisiko mengalami bahaya akibat ketidaktepatan kesejajaran tubuh dan gangguan mobilisasi, membutuhkan perawatan langsung melalui pemberian posisi dan mobilisasi yang tepat (Potter & Perry, 2006). Rencana asuhan keperawatan didasarkan pada tujuan untuk meningkatkan kesejajaran tubuh dan mobilisasi sendi pasien.
II.Pengkajian dan Diagnosa Keperawatan
Pengkajian komprehensif dilakukan, meliputi sistem respirasi (B1), neurologis (B3 - meliputi status mental, fungsi intelektual, dan pemeriksaan saraf kranial), musculoskeletal (B6), dan sistem lainnya yang terpengaruh oleh imobilitas. Data subjektif dan objektif dikumpulkan untuk mengidentifikasi masalah. Diagnosa keperawatan difokuskan pada gangguan mobilitas fisik terkait kerusakan neuromuskuler, defisit perawatan diri akibat kelemahan dan gangguan neuromuskuler, dan gangguan eliminasi urine terkait lesi neuron motor atas. Penggunaan kerangka kerja NANDA dalam pengkajian dan diagnosa ditekankan.
1. Pengkajian Fisik dan Neurologis
Pengkajian pasien mencakup berbagai sistem tubuh. Sistem respirasi (B1) dinilai melalui inspeksi (batuk, sputum, sesak napas) dan auskultasi (ronkhi). Pengkajian neurologis (B3) yang komprehensif dilakukan, meliputi status mental (penampilan, perilaku, bicara), fungsi intelektual (memori, kemampuan berhitung), kemampuan bahasa (afasia, disartria, apraksia), fungsi lobus frontal (perhatian, pemahaman), dan efek stroke pada hemisfer otak (hemiparesis, gangguan visual, perilaku). Pemeriksaan saraf kranial (III-XII) juga dilakukan untuk mendeteksi adanya kelumpuhan atau gangguan fungsi saraf. Sistem motorik dinilai untuk mengetahui adanya kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan, hemiplegia, atau hemiparesis. Sensitivitas dinilai untuk mendeteksi adanya kehilangan sentuhan ringan, propriosepsi, atau kesulitan menginterpretasi stimuli. Refleks profunda dan patologis juga diperiksa. Hasil pengkajian menunjukkan hemiparesis kanan, skor GCS 8 (E4M1V3), dan kekuatan otot ekstremitas dextra 1.
2. Analisa Data Subjektif dan Objektif
Data subjektif meliputi keluhan nyeri kepala, nyeri di daerah tubuh yang menonjol (dekubitus), kesulitan mengunyah dan menelan (akibat kerusakan neuromuskuler), dan penurunan nafsu makan. Pada pasien yang tidak mampu berkomunikasi, keluarga melaporkan masalah kebersihan pasien (Wahid, 2005). Data objektif didapatkan dari pemeriksaan fisik dan neurologis. Stroke sebagai penyakit neuron motor atas (UMN) menyebabkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Gangguan kontrol motorik pada satu sisi tubuh menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi otak yang berlawanan (Harsono, 2008). Disfungsi motorik yang paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada satu sisi) atau hemiparesis (kelemahan pada satu sisi) (Harsono, 2008). Kondisi fisik Ny. M menunjukkan hemiparesis kanan, GCS 8, dan kekuatan otot ekstremitas dextra 1, mendukung diagnosa gangguan mobilitas fisik.
3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian dan analisis data, tiga diagnosa keperawatan prioritas diidentifikasi. Pertama, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, ditandai dengan hemiparesis kanan, GCS 8, dan kekuatan otot ekstremitas dextra 1. Kedua, defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, gangguan neuromuskuler, dan penurunan kekuatan otot, ditandai dengan kondisi pasien yang kotor, mukosa mulut kering, kebersihan gigi dan lidah yang buruk, pakaian dan linen yang tidak terawat, serta kuku yang panjang dan kotor. Ketiga, gangguan eliminasi urine (inkontinensia urine) berhubungan dengan lesi pada neuron motor atas. Diagnosa keperawatan tambahan yang disebutkan, meskipun bukan prioritas, mencakup intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan gangguan eliminasi bowel (konstipasi) berhubungan dengan defek stimulasi saraf, otot dasar pelvis lemah, dan imobilitas sekunder akibat stroke.
III.Intervensi Keperawatan dan Implementasi
Intervensi keperawatan difokuskan pada peningkatan mobilitas fisik pasien. Implementasi meliputi perubahan posisi minimal setiap 2 jam, latihan rentang gerak (ROM) aktif dan pasif, dan dukungan untuk aktivitas sesuai kemampuan pasien. Intervensi lain ditujukan untuk mengatasi defisit perawatan diri dan gangguan eliminasi. Prinsip mekanika tubuh yang tepat digunakan dalam memindahkan dan memposisikan pasien. Peran keluarga dalam mendukung rehabilitasi pasien juga di sorot.
1. Intervensi untuk Gangguan Mobilitas Fisik
Intervensi keperawatan utama difokuskan pada penanganan gangguan mobilitas fisik. Perubahan posisi minimal setiap dua jam (telentang, miring) dilakukan, lebih sering jika diperlukan. Latihan rentang gerak (ROM) pasif dan aktif diberikan secara konsisten. Pasien didorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuannya. Teknik-teknik dalam implementasi mobilisasi, seperti mengangkat, mengubah posisi, memindahkan pasien, dan latihan rentang gerak, dilakukan dengan memperhatikan prinsip mekanika tubuh yang benar untuk menjaga kesejajaran tubuh dan mencegah cedera (Potter & Perry, 2006). Tujuannya adalah agar pasien mampu melakukan mobilitas fisik di tempat tidur dan mencapai skor GCS 15 secara mandiri setiap hari. Kriteria hasil meliputi kemampuan pasien melakukan latihan rentang gerak pada sendi dan mempertahankan fungsi posisi tanpa kontraktur. Peran keluarga sangat membantu dalam peningkatan kesehatan dan mobilitas fisik pasien, baik di rumah sakit maupun di rumah.
2. Intervensi untuk Defisit Perawatan Diri
Intervensi untuk mengatasi defisit perawatan diri difokuskan pada peningkatan kebersihan dan perawatan diri pasien. Asuhan keperawatan diarahkan untuk meningkatkan kesehatan pasien dan mengurangi imobilisasi agar pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri (Potter & Perry, 2006). Implementasi keperawatan bertujuan mencegah dan meminimalkan bahaya akibat imobilisasi. Perubahan posisi setiap 2 jam dan latihan ROM merupakan intervensi penting (Potter & Perry, 2006). Perawatan kulit untuk mencegah dekubitus dilakukan. Kriteria hasil mencakup perbaikan integritas kulit, bebas dari tanda-tanda edema dan peradangan. Perawatan mulut juga diberikan untuk mengatasi mukosa mulut kering.
3. Intervensi untuk Gangguan Eliminasi
Intervensi untuk gangguan eliminasi meliputi penanganan gangguan eliminasi urine (inkontinensia urine) dan gangguan eliminasi bowel (konstipasi). Untuk inkontinensia urine, fokusnya adalah pada manajemen dan pencegahan infeksi saluran kemih. Untuk konstipasi, intervensi diarahkan pada stimulasi defekasi, memperhatikan defek stimulasi saraf, kelemahan otot dasar pelvis, dan imobilitas. Intervensi untuk gangguan menelan mencakup penilaian kemampuan mengunyah dan menelan, posisi kepala yang ditinggikan selama dan setelah makan, dan stimulasi manual bibir untuk membuka dan menutup mulut jika diperlukan. Evaluasi keberhasilan intervensi dilakukan untuk menentukan intervensi selanjutnya. Terapi komunikasi juga diimplementasikan untuk mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif dengan pasien.
IV.Evaluasi dan Hasil
Setelah empat hari asuhan keperawatan, masalah gangguan mobilitas fisik pada Ny. M belum sepenuhnya teratasi, kekuatan otot masih rendah. Namun, masalah integritas kulit menunjukkan perbaikan. Evaluasi berfokus pada efektivitas intervensi dalam meningkatkan kesejajaran tubuh, mobilitas fisik, dan perawatan diri. Studi ini memberikan gambaran tentang tantangan dan keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien stroke hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1. Evaluasi Gangguan Mobilitas Fisik
Setelah empat hari asuhan keperawatan, masalah utama, yaitu gangguan mobilitas fisik, belum teratasi sepenuhnya. Kekuatan otot pasien Ny. M masih berada pada level 1. Meskipun intervensi seperti perubahan posisi setiap dua jam dan latihan ROM telah dilakukan, hasilnya belum menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kemampuan mobilitas pasien. Ini menunjukkan bahwa dibutuhkan intervensi lebih lanjut dan mungkin perlu penyesuaian strategi perawatan untuk mengatasi masalah ini. Evaluasi ini menekankan pentingnya monitoring yang cermat terhadap respon pasien terhadap intervensi dan perlunya adaptasi rencana perawatan berdasarkan perkembangan kondisi pasien.
2. Evaluasi Defisit Perawatan Diri dan Integritas Kulit
Evaluasi terhadap defisit perawatan diri menunjukkan adanya perbaikan sebagian. Luka peradangan pada ekstremitas dextra dan punggung pasien telah dirawat. Perubahan posisi miring kiri-kanan setiap dua jam telah dilakukan, dan tidak ada lagi tanda-tanda edema atau peradangan pada kulit. Ini menunjukkan bahwa intervensi untuk menjaga integritas kulit efektif. Namun, evaluasi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan perawatan diri pasien secara keseluruhan, terutama mengingat kebutuhan perawatan mulut dan kebersihan diri yang masih memerlukan perhatian.
3. Kesimpulan Evaluasi Keseluruhan
Secara keseluruhan, evaluasi menunjukkan keberhasilan sebagian dalam memberikan asuhan keperawatan kepada Ny. M. Meskipun intervensi untuk defisit perawatan diri dan integritas kulit menunjukkan hasil positif, gangguan mobilitas fisik utama belum teratasi sepenuhnya. Ini menyoroti kompleksitas perawatan pasien stroke dan perlunya pendekatan yang holistik dan adaptif. Studi kasus ini menyimpulkan bahwa meskipun intervensi yang diberikan sudah sesuai dengan standar, perlu evaluasi dan modifikasi yang berkelanjutan untuk mencapai hasil yang optimal dalam meningkatkan mobilitas fisik pasien stroke. Perlu dipertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi proses pemulihan pasien, dan kerjasama tim kesehatan sangat krusial untuk memberikan perawatan yang komprehensif.
V.Informasi Tambahan
Studi kasus ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pembimbing akademik adalah Ibu Diah Aruum,S.Kep,Ns,M.Kep. Dekan Fakultas Keperawatan USU Medan adalah Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes, dan Pembantu Dekan I adalah Ibu Erniyati, S.Kep,Ns,MNS. Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di RSUP H. Adam Malik Medan, Ali Imran Harahap dan Sri N Sihotang, atas dukungannya.
1. Lokasi Studi dan Tim Penulis
Studi kasus ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan, di ruang RA4, kamar III2, pada tanggal 17-21 Juni 2013. Penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang membantu dalam penyelesaian karya tulis ini. Mereka termasuk Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes, Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan; Ibu Erniyati, S.Kep,Ns,MNS, Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU Medan; dan Ibu Diah Aruum, S.Kep,Ns,M.Kep, selaku pembimbing. Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada rekan-rekan di RSUP H. Adam Malik Medan, Ali Imran Harahap dan Sri N Sihotang, atas dukungan moral yang diberikan. Ibu Nur Afi Darti, S.Kep,Ns,M.Kep juga disebutkan sebagai Ketua Program Studi DIII Keperawatan USU Medan. Karya tulis ini disusun sebagai syarat menyelesaikan program pendidikan Ahlimadya Keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Pengakuan dan Penutup
Penulis mengakui adanya kekurangan dalam karya tulis ini, baik dari segi isi maupun susunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua, Bapak Adil Tarigan dan Ibu Merry Saragih, serta saudara-saudara atas dukungan materi dan doa selama proses penulisan. Kesimpulannya, bagian ini memberikan informasi tambahan terkait konteks penulisan karya tulis, mencakup lokasi penelitian, tim yang terlibat, dan ucapan terima kasih kepada individu dan institusi yang memberikan kontribusi dalam proses penyelesaian studi kasus ini. Hal ini penting untuk memberikan konteks yang lebih lengkap terhadap hasil penelitian.