
Analisis Mineral Kalsium, Kalium, dan Magnesium pada Air Minum Isi Ulang di Kota Medan
Informasi dokumen
Penulis | Juli Handayani Paribu |
Sekolah | Universitas Sumatera Utara |
Jurusan | Farmasi |
Jenis dokumen | Skripsi |
Tempat | Medan |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 4.15 MB |
- Analisis Mineral
- Air Minum
- Skripsi Farmasi
Ringkasan
I.Metode Penelitian dan Analisis Air Minum Isi Ulang AMIU di Medan
Penelitian ini menganalisis kadar kalsium, kalium, dan magnesium pada berbagai jenis air minum isi ulang (AMIU) di Kota Medan, Sumatera Utara. Sampel AMIU yang diteliti meliputi: air minum isi ulang teknik filterisasi, air minum isi ulang teknik reverse osmosis (tanpa merek dan bermerek), serta air minum mineral isi ulang bermerek sebagai pembanding. Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom dengan panjang gelombang spesifik untuk masing-masing mineral (kalsium 422.7 nm, kalium 766.49 nm, magnesium 285.20 nm). Hasil analisis menunjukkan variasi kadar mineral yang signifikan antar jenis AMIU, dengan kadar pada AMIU reverse osmosis umumnya lebih rendah dibandingkan AMIU filterisasi dan air mineral bermerek. Penelitian ini juga membahas metode pengolahan air minum yang digunakan, termasuk filterisasi dan reverse osmosis, serta implikasi kadar mineral terhadap kesehatan.
1. Jenis Sampel Air Minum Isi Ulang AMIU
Penelitian ini meneliti kadar kalsium, kalium, dan magnesium dalam berbagai jenis air minum isi ulang (AMIU) di Medan. Jenis sampel yang digunakan meliputi air minum isi ulang dengan teknik filterisasi, air minum isi ulang dengan teknik reverse osmosis (baik yang bermerek maupun tanpa merek), dan air minum mineral bermerek sebagai kelompok pembanding. Pemilihan sampel dilakukan secara purposif, mempertimbangkan kesamaan karakteristik sampel yang tidak terambil dengan sampel yang diteliti. Lokasi pengambilan sampel tersebar di beberapa kelurahan di Medan, antara lain Asam Kumbang, Tanjung Sari, Padang Bulan, Sei Putih Barat, Gedung Johor, dan Pasar Merah. Pengambilan sampel yang representatif ini bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dan mencerminkan kondisi umum AMIU di Kota Medan.
2. Metode Analisis Kadar Mineral
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dipilih untuk menentukan kadar kalsium, kalium, dan magnesium dalam sampel AMIU. Pemilihan metode ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu ketelitian alat, kecepatan analisis, tidak memerlukan pemisahan pendahuluan, dan kemampuannya untuk menentukan kadar unsur dengan konsentrasi rendah. Untuk identifikasi mineral, digunakan beberapa reagen, seperti ammonium oxalate 6.3% untuk kalsium, picric acid 1% untuk kalium, dan titan yellow reagent serta sodium hydroxide 0.1% untuk magnesium. Uji nyala juga dilakukan untuk membantu identifikasi. Analisis kuantitatif dilakukan dengan SSA menggunakan panjang gelombang 422.7 nm untuk kalsium, 766.49 nm untuk kalium, dan 285.20 nm untuk magnesium, dengan nyala udara-asetilen. Proses pengasaman menggunakan larutan asam nitrat (HNO3) dilakukan sebelum analisis kuantitatif untuk mempersiapkan sampel.
3. Prosedur Pengolahan Sampel dan Analisis Data
Sampel AMIU yang telah dikumpulkan kemudian melalui proses pengasaman dengan penambahan 5 mL HNO3 (p) pada 100 mL sampel. Setelah pemanasan dan pendinginan, sampel dipindahkan ke labu ukur 100 mL, diencerkan hingga tanda batas, dan disaring menggunakan kertas saring Whatman No. 42. Larutan yang dihasilkan digunakan untuk analisis kuantitatif dengan SSA. Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan untuk masing-masing mineral (kalsium, kalium, dan magnesium) dengan menggunakan larutan baku. Absorbansi sampel diukur pada panjang gelombang spesifik dan konsentrasi mineral ditentukan berdasarkan persamaan regresi kurva kalibrasi. Analisis statistik menggunakan uji ANOVA dengan SPSS dan uji Tukey dilakukan untuk membandingkan perbedaan kadar mineral antar jenis AMIU dengan taraf kepercayaan 95%. Metode penambahan baku digunakan untuk menentukan akurasi metode analisis, dengan nilai recovery yang diharapkan berada dalam rentang 80-120%.
II.Hasil Analisis Kadar Mineral dalam Air Minum Isi Ulang
Hasil analisis menunjukkan bahwa air minum isi ulang teknik filterisasi mengandung kalsium 6,5114 mg/l - 14,3137 mg/l, kalium 4,9328 mg/l - 5,5339 mg/l, dan magnesium 1,7817 mg/l - 3,1492 mg/l. Air minum isi ulang teknik reverse osmosis (bermerek dan tanpa merek) menunjukkan kadar mineral yang jauh lebih rendah. Sebagai contoh, kalsium berkisar antara 0,5676 mg/l hingga 0,8181 mg/l pada AMIU reverse osmosis. Air minum mineral isi ulang bermerek memiliki kadar kalsium, kalium, dan magnesium yang lebih tinggi dibandingkan AMIU reverse osmosis, tetapi masih di bawah batas minimum yang disarankan untuk kalsium (20 mg/l) dan magnesium (10 mg/l). Kadar kalium tidak memiliki batas minimum yang ditetapkan. Lokasi pengambilan sampel meliputi beberapa kelurahan di Medan: Asam Kumbang, Tanjung Sari, Padang Bulan, Sei Putih Barat, Gedung Johor, dan Pasar Merah.
1. Kadar Kalsium Kalium dan Magnesium pada Air Minum Isi Ulang
Analisis menunjukkan variasi kadar kalsium, kalium, dan magnesium yang signifikan antar jenis air minum isi ulang. Air minum isi ulang dengan teknik filterisasi memiliki kadar kalsium tertinggi (6,5114 mg/l hingga 14,3137 mg/l), diikuti oleh kalium (4,9328 mg/l hingga 5,5339 mg/l), dan magnesium (1,7817 mg/l hingga 3,1492 mg/l). Namun, kadar ini masih di bawah kadar minimum yang direkomendasikan, yaitu 20 mg/l untuk kalsium dan 10 mg/l untuk magnesium. Air minum isi ulang dengan teknik reverse osmosis menunjukkan kadar kalsium, kalium, dan magnesium yang jauh lebih rendah, berkisar antara 0,5676 mg/l hingga 0,8181 mg/l untuk kalsium, 0,5682 mg/l hingga 0,6705 mg/l untuk kalium, dan 0,0885 mg/l hingga 0,1667 mg/l untuk magnesium, baik yang bermerek maupun tidak. Air minum mineral isi ulang bermerek menunjukkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan AMIU reverse osmosis, tetapi masih berada di bawah kadar minimum yang direkomendasikan untuk kalsium dan magnesium. Kadar kalium tidak memiliki batas minimum yang ditetapkan.
2. Perbandingan Kadar Mineral Antar Jenis Air Minum Isi Ulang
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam kadar mineral antara air minum isi ulang teknik filterisasi dan reverse osmosis. Teknik filterisasi menghasilkan kadar kalsium, kalium, dan magnesium yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik reverse osmosis. Perbedaan ini disebabkan oleh proses penyaringan yang berbeda. Filterisasi memungkinkan material berukuran mikro melewati penyaring, sedangkan reverse osmosis memurnikan air dengan lebih efektif, sehingga menghasilkan kadar mineral yang lebih rendah. Meskipun air minum mineral isi ulang bermerek memiliki kadar mineral yang lebih tinggi daripada AMIU reverse osmosis, kadar tersebut tetap berada di bawah batas minimum yang direkomendasikan untuk kalsium dan magnesium. Perlu dicatat bahwa kadar kalium tidak memiliki batas minimum yang ditetapkan, sehingga perbedaan kadar kalium antar jenis AMIU perlu diinterpretasikan secara hati-hati.
III.Kesimpulan dan Implikasi Penelitian Air Minum Isi Ulang
Penelitian ini menunjukkan variasi signifikan dalam kadar kalsium, kalium, dan magnesium pada berbagai jenis air minum isi ulang (AMIU) di Medan. Metode pengolahan air, baik filterisasi maupun reverse osmosis, berpengaruh besar terhadap komposisi mineral. Meskipun sebagian besar sampel memiliki kadar mineral di bawah batas minimum yang direkomendasikan, khususnya untuk kalsium dan magnesium, penelitian ini menekankan pentingnya kualitas air minum dan implikasinya bagi kesehatan. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara komprehensif dampak jangka panjang mengonsumsi air minum dengan kadar mineral rendah. Hasil uji akurasi menunjukkan nilai recovery yang baik untuk kalsium, kalium, dan magnesium (sekitar 85-87%), menunjukkan kehandalan metode analisis yang digunakan.
1. Variasi Kadar Mineral dan Implikasi Kesehatan
Penelitian ini menemukan variasi signifikan dalam kadar kalsium, kalium, dan magnesium pada berbagai jenis air minum isi ulang. Kadar mineral yang rendah, khususnya pada air minum isi ulang dengan teknik reverse osmosis, perlu mendapat perhatian. Meskipun kadar kalium pada semua sampel berada di atas batas deteksi dan kuantitas, kadar kalsium dan magnesium pada beberapa sampel, terutama air reverse osmosis, berada di bawah batas minimum yang direkomendasikan (20 mg/l untuk kalsium dan 10 mg/l untuk magnesium). Temuan ini relevan dengan penelitian sebelumnya yang mengaitkan konsumsi air minum rendah mineral dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan kanker. Oleh karena itu, kualitas air minum isi ulang perlu dipantau secara ketat untuk memastikan kandungan mineral yang cukup bagi kesehatan konsumen.
2. Akurasi Metode Analisis dan Batas Deteksi
Akurasi metode Spektrofotometri Serapan Atom yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan metode penambahan baku. Hasil uji menunjukkan persentase recovery yang cukup baik untuk kalsium (85,78%), kalium (87,70%), dan magnesium (86,64%), berada dalam rentang 80-120% yang menunjukkan kecermatan kerja yang baik. Batas deteksi dan kuantitas untuk masing-masing mineral juga ditentukan. Batas deteksi dan kuantitas kalsium adalah 0,2834 mg/l dan 0,9447 mg/l; kalium 0,1574 mg/l dan 0,5247 mg/l; dan magnesium 0,0139 mg/l dan 0,4620 mg/l. Meskipun sebagian besar sampel menunjukkan hasil yang baik, beberapa sampel air reverse osmosis memiliki kadar kalsium dan magnesium di bawah batas kuantitas, hal ini perlu dipertimbangkan dalam interpretasi hasil.
3. Rekomendasi dan Penelitian Lebih Lanjut
Kesimpulannya, penelitian ini menekankan pentingnya pengawasan kualitas air minum isi ulang, khususnya terkait kadar kalsium dan magnesium. Metode pengolahan air minum, baik filterisasi maupun reverse osmosis, secara signifikan mempengaruhi kadar mineral. Meskipun metode analisis yang digunakan menunjukkan akurasi yang baik, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki secara komprehensif dampak jangka panjang dari konsumsi air minum dengan kadar mineral rendah terhadap kesehatan masyarakat. Studi lebih lanjut juga disarankan untuk mengeksplorasi metode pengolahan air minum yang dapat menghasilkan air minum dengan kadar mineral yang optimal dan memenuhi standar kesehatan yang berlaku. Penelitian ini memberikan dasar informasi penting dalam upaya meningkatkan kualitas air minum isi ulang di Medan dan daerah lain.