Analisis Kinerja Jaringan Switching Batcher-Banyan

Analisis Kinerja Jaringan Switching Batcher-Banyan

Informasi dokumen

Penulis

Chairunnisa Fr. Tanjung

instructor Ir. M. Zulfin, MT (Dosen Pembimbing Tugas Akhir)
Sekolah

Universitas Sumatera Utara

Jurusan Teknik Elektro
Jenis dokumen Tugas Akhir (Undergraduate Thesis)
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.65 MB
  • Jaringan Switching
  • Batcher Banyan
  • Analisis Kinerja

Ringkasan

I.Jaringan Batcher Banyan Sebuah Analisis Kinerja

Tugas akhir ini menganalisis kinerja Jaringan Batcher-Banyan, sebuah jaringan self-routing yang mampu merutekan paket data secara simultan dari terminal input ke output tanpa kendali terpusat. Fokus utama penelitian adalah pengukuran probabilitas blocking dalam jaringan switching Banyan yang telah ditambahkan jaringan Batcher di depannya. Penelitian ini penting karena perkembangan pesat Teknologi Informasi dan Komunikasi membutuhkan perangkat keras yang handal dan efisien, dan Jaringan Batcher-Banyan menawarkan solusi potensial dalam hal ini. Studi ini meneliti cara membangun jaringan switching Banyan, sifat-sifatnya, dan bagaimana jaringan Batcher meningkatkan performanya dengan mengurangi blocking. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang jaringan interkoneksi banyak tingkat (MIN) dan optimasi perutean paket data.

1. Pengenalan Jaringan Batcher Banyan

Bagian ini memperkenalkan Jaringan Batcher-Banyan sebagai jaringan self-routing yang mampu melakukan routing paket data secara serentak tanpa kendali terpusat. Routing ditentukan oleh alamat dalam header setiap data. Tugas akhir ini berfokus pada analisis kinerja jaringan switching Banyan yang telah ditambahkan jaringan Batcher di depannya, dengan menggunakan probabilitas blocking sebagai tolak ukur. Untuk menganalisis kinerja, perlu dipahami bagaimana membangun jaringan switching Banyan dan sifat-sifatnya. Penting untuk dicatat bahwa jaringan ini dirancang untuk mengatasi tantangan perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi yang membutuhkan perangkat keras dengan kinerja andal dan biaya murah. Kemampuan jaringan ini untuk beroperasi secara self-routing, memungkinkan paket data menemukan jalur menuju terminal keluaran yang dituju tanpa memerlukan kontrol pusat, merupakan aspek kunci yang dikaji dalam penelitian ini. Memahami karakteristik self-routing dan kemampuannya untuk menangani lalu lintas data secara bersamaan adalah inti dari penelitian ini. Perancangan ini menjanjikan solusi efisien untuk sistem yang membutuhkan pemrosesan data yang cepat dan andal. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa efektif jaringan Batcher-Banyan dalam meminimalkan blocking, suatu masalah umum pada jaringan switching.

2. Metodologi Pengukuran Probabilitas Blocking

Bagian ini menjelaskan secara detail bagaimana probabilitas blocking diukur sebagai tolak ukur kinerja Jaringan Batcher-Banyan. Probabilitas blocking merupakan ukuran seberapa sering terjadi pemblokiran atau konflik dalam jaringan ketika paket data bersaing untuk sumber daya yang sama (misalnya, jalur atau link). Pengukuran ini penting karena mencerminkan efisiensi dan kehandalan jaringan dalam menangani lalu lintas data. Penelitian ini menyelidiki bagaimana penambahan jaringan Batcher di depan jaringan switching Banyan memengaruhi probabilitas blocking. Dengan kata lain, analisis ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: seberapa berhasil jaringan Batcher dalam mengurangi probabilitas blocking pada jaringan Banyan? Penelitian ini juga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi probabilitas blocking, seperti ukuran jaringan (jumlah input/output), pola lalu lintas data, dan algoritma perutean. Analisis ini tidak hanya berfokus pada pengukuran langsung probabilitas blocking tetapi juga menyelidiki faktor-faktor yang mendasari terjadinya blocking pada jaringan. Pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor ini penting untuk mengoptimalkan desain jaringan dan meningkatkan performanya. Hasil pengukuran probabilitas blocking akan digunakan untuk mengevaluasi kinerja Jaringan Batcher-Banyan secara keseluruhan dan membandingkannya dengan jaringan Banyan biasa.

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis kinerja jaringan switching Banyan dengan penambahan jaringan Batcher di depannya, dengan fokus pada pengukuran probabilitas blocking. Penelitian ini didorong oleh kebutuhan akan perangkat keras jaringan yang handal dan efisien dalam menghadapi perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi. Manfaat penelitian ini meliputi peningkatan pemahaman tentang kinerja Jaringan Batcher-Banyan, identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi probabilitas blocking, serta kontribusi pada pengembangan desain jaringan yang lebih efisien dan andal. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam perancangan dan implementasi sistem jaringan yang membutuhkan pemrosesan data yang cepat dan efisien. Dengan kata lain, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi praktis pada bidang teknologi jaringan komputer. Penelitian ini juga memberikan wawasan mengenai optimasi perutean paket data dan manajemen lalu lintas dalam jaringan yang kompleks. Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk membandingkan kinerja Jaringan Batcher-Banyan dengan alternatif lain, sehingga memberikan dasar yang lebih kuat untuk pengambilan keputusan dalam pemilihan arsitektur jaringan yang tepat untuk aplikasi tertentu. Kesimpulannya, penelitian ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis tetapi juga pada implikasi praktisnya dalam pengembangan teknologi jaringan di masa depan.

II.Jaringan Interkoneksi Banyak Tingkat MIN

Bagian ini membahas sejarah dan perkembangan jaringan interkoneksi, mencakup evolusi dari switching telepon hingga interkoneksi processor-memory. Dibandingkan circuit switching, packet switching dibahas sebagai solusi yang lebih efisien untuk mengatasi kendala kecepatan data yang berbeda dan beban lalu lintas yang tinggi. Konsep sinkronisasi dan algoritma perutean dalam jaringan dijelaskan, membedakan antara jaringan interkoneksi statis dan dinamis. Berbagai topologi jaringan dan tantangan dalam memilih topologi yang tepat untuk komunikasi data dibahas, termasuk trade-off antara biaya, kinerja (termasuk lebar pita dan latency), dan fleksibilitas.

1. Sejarah dan Perkembangan Jaringan Interkoneksi

Bagian ini menelusuri sejarah panjang perkembangan jaringan interkoneksi, dimulai dari jaringan switching telepon. Awalnya, jaringan telepon menggunakan switch crossbar elektromekanis atau switch step-by-step. Pada akhir 1980-an, banyak switch telepon lokal masih menggunakan relay elektromekanis, meskipun switch jarak jauh sudah elektronik dan digital. Kemudian, interkoneksi processor-memory muncul pada akhir 1960-an, di mana sistem prosesor paralel menggunakan jaringan untuk memungkinkan akses memori tanpa membebani prosesor lain. Mesin kecil menggunakan switch crossbar, sementara mesin yang lebih besar menggunakan topologi butterfly. Sejak tahun 1980-an, variasi topologi ini digunakan dalam sistem prosesor paralel dengan memori bersama. Jaringan interkoneksi berbasis prosesor digunakan di hampir semua sistem digital besar yang menghubungkan dua komponen atau lebih. Aplikasi umum meliputi sistem komputer (menghubungkan prosesor ke memori dan perangkat I/O), switch komunikasi dan router jaringan (menghubungkan port input dan output), dan sistem kontrol (menghubungkan sensor dan aktuator ke prosesor). Dengan demikian, jaringan interkoneksi merupakan komponen penting dalam berbagai sistem digital modern.

2. Circuit Switching vs. Packet Switching

Bagian ini membandingkan dua metode utama dalam jaringan interkoneksi: circuit switching dan packet switching. Pada circuit switching, jalur antara sumber dan tujuan harus tersedia sebelum komunikasi, dan koneksi dipertahankan hingga pesan sampai tujuan. Setiap koneksi membangun kanal komunikasi fisik, dan laju data tetap konstan. Kelemahannya adalah peningkatan jumlah jalur yang dibutuhkan seiring bertambahnya node, menyebabkan biaya tinggi dan kompleksitas pengaturan switching. Integrasi dengan jaringan dengan kecepatan berbeda juga sulit. Sebaliknya, packet switching memecahkan pesan menjadi paket-paket data dengan informasi kendali yang membantu pencarian rute. Keunggulan packet switching meliputi kemampuan menangani laju data yang berbeda antara jaringan, pengiriman paket meskipun beban lalu lintas tinggi (walaupun dengan peningkatan penundaan), dan pengiriman data berdasarkan prioritas. Dengan demikian, packet switching menawarkan fleksibilitas dan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan circuit switching dalam berbagai kondisi jaringan.

3. Karakteristik Jaringan Interkoneksi Sinkronisasi dan Algoritma Perutean

Bagian ini membahas karakteristik penting jaringan interkoneksi, yaitu sinkronisasi dan algoritma perutean. Jaringan interkoneksi sinkron dikendalikan oleh clock pusat, sementara jaringan asinkron tidak. Algoritma perutean menentukan jalur pesan berdasarkan sumber dan tujuan, serta jalur interkoneksi yang tersedia. Pada jaringan non-rearrangeable, jalur tetap dan tidak dapat diubah meskipun terjadi kepadatan lalu lintas, yang menyebabkan pemblokiran koneksi. Kemudian dijelaskan mengenai klasifikasi jaringan interkoneksi menjadi jaringan statis (langsung) dan dinamis (tidak langsung). Jaringan statis memiliki jalur pasif yang telah ditentukan, sedangkan jaringan dinamis mengubah konfigurasi jalur berdasarkan kondisi elemen switching. Jaringan statis menggunakan algoritma perutean untuk memilih jalur, dan semua teknik switching dapat digunakan. Jaringan dinamis dibangun menggunakan elemen switching crossbar 2x2. Dalam lingkungan multiprosesor, link tingkat pertama terhubung ke sumber (prosesor) dan link terakhir ke tujuan (modul memori). Elemen switching dalam jaringan banyak tingkat dapat memiliki buffer input atau output untuk mengatasi konflik dan pemblokiran pesan.

III.Jaringan Batcher Banyan Arsitektur dan Operasi

Bagian ini menjelaskan detail arsitektur Jaringan Batcher-Banyan. Jaringan Banyan, sebagai komponen utama, dijelaskan sebagai jaringan switching bertingkat (MIN) yang menggunakan elemen switching 2x2. Konsep self-routing dalam jaringan Banyan diuraikan, di mana alamat tujuan dalam header paket menentukan jalur. Dua metode pembangunan jaringan Banyan, yaitu dengan metode shuffle dan iterasi, dijelaskan. Kelemahan utama jaringan Banyan, yaitu sifatnya yang blocking, dibahas, dan bagaimana jaringan Batcher mengatasi masalah ini dengan melakukan pengurutan data sebelum memasuki jaringan Banyan untuk mengurangi internal blocking dan collision. Konsep self-routing header juga dijelaskan, yang membantu proses pengurutan dan perutean.

1. Gambaran Umum Jaringan Batcher Banyan

Jaringan Batcher-Banyan dijelaskan sebagai jaringan self-route yang mampu merutekan paket data secara simultan dari terminal input ke output tanpa kendali terpusat. Proses routing ditentukan oleh alamat yang terdapat pada header setiap paket data. Arsitektur ini dibangun dengan menggabungkan jaringan Batcher dan jaringan Banyan. Penggunaan teknologi VLSI memungkinkan implementasi jaringan ini dalam sebuah chip tunggal. Namun, penundaan propagasi sinyal antar chip dapat menjadi kontributor utama keterlambatan pemrosesan, suatu faktor yang perlu diperhatikan dalam desain dan implementasi. Ukuran dan kompleksitas jaringan Batcher-Banyan dapat bervariasi, dengan potensi untuk diimplementasikan pada skala yang sangat besar. Kemampuannya untuk menangani sejumlah besar paket data secara bersamaan menjadikan jaringan ini menarik untuk berbagai aplikasi di mana kecepatan dan efisiensi menjadi prioritas utama. Kemampuan self-routing, yang memungkinkan paket data menentukan jalurnya sendiri berdasarkan alamat tujuan, merupakan keunggulan utama dari arsitektur ini. Efisiensi dan kemampuan routing simultan ini merupakan hal yang membedakan jaringan Batcher-Banyan dari arsitektur jaringan lain yang mungkin memerlukan kontrol pusat dan pengaturan yang lebih kompleks. Kemampuan self-routing secara langsung mengurangi beban komputasi pada sistem dan meningkatkan kecepatan keseluruhan.

2. Arsitektur Jaringan Switching Banyan

Jaringan Banyan dijelaskan sebagai jaringan switching bertingkat (Multistage Interconnection Network/MIN) yang terdiri dari sejumlah elemen switching yang dihubungkan dalam beberapa tingkat. Setiap elemen switching dapat diimplementasikan menggunakan modul crossbar 2x2. Jaringan Banyan NxN menggunakan (N/2)logN elemen switching. Karena sifatnya yang tidak non-blocking, buffer penghalus diperlukan untuk meminimalkan kehilangan paket. Salah satu karakteristik utama jaringan Banyan adalah kemampuan self-routing, di mana bit alamat keluaran dalam header paket menentukan jalur. Jaringan Banyan dapat dibangun dengan dua metode: shuffle dan iterasi. Meskipun memiliki jalur pendek dan seragam (panjang jalur Log2 N), jaringan Banyan memiliki kelemahan serius yaitu bersifat blocking, di mana konflik dapat terjadi ketika dua atau lebih paket bersaing untuk link output yang sama. Konflik atau collision ini terjadi ketika lebih dari satu paket tiba pada elemen Banyan yang sama pada waktu yang bersamaan dan harus melewati port output yang sama. Untuk mengatasi hal ini, penataan elemen switch yang cermat diperlukan, misalnya dengan menggunakan teknik 'perfect shuffle' untuk memastikan paket menuju port output yang tepat tanpa mengalami konflik. Arsitektur jaringan Banyan menjadi dasar dari arsitektur Batcher-Banyan yang lebih kompleks.

3. Mengatasi Blocking pada Jaringan Banyan Peran Jaringan Batcher

Bagian ini menjelaskan bagaimana jaringan Batcher mengatasi kelemahan utama jaringan Banyan, yaitu sifat blocking-nya. Jaringan Batcher ditempatkan di depan jaringan Banyan untuk melakukan penyortiran data sebelum memasuki jaringan Banyan. Proses penyortiran ini bertujuan untuk menghasilkan input non-blocking ke jaringan Banyan. Meskipun penambahan jaringan Batcher meningkatkan kompleksitas dan biaya, serta menambah waktu perjalanan data, hal ini meningkatkan kecepatan keseluruhan karena menghindari penundaan akibat blocking. Elemen switching pada jaringan Batcher membandingkan angka pada self-routing header dan meneruskan paket dengan angka lebih tinggi ke satu port output dan yang lebih rendah ke port lainnya (atau memilih secara acak jika sama). Jenis elemen switching ini memainkan peran penting dalam pengurutan dan mengurangi konflik dalam jaringan. Dengan demikian, kombinasi Batcher dan Banyan menghasilkan jaringan yang lebih efisien dan lebih cepat daripada jaringan Banyan sederhana. Konsep self-routing header, yang ditambahkan ke paket sebelum memasuki jaringan Batcher, berperan dalam proses pengurutan dan perutean. Header ini berisi informasi routing yang digunakan oleh elemen switching pada jaringan Batcher dan kemudian dibuang setelah melewati jaringan. Teknik ini juga memungkinkan penerapan virtual circuit dalam jaringan.

4. Internal Blocking dan Mekanisme Self Routing

Bagian ini membahas masalah internal blocking pada jaringan Banyan, yang terjadi ketika lebih dari satu data mencoba menggunakan link yang sama antara dua tingkat. Buffer pada link internal digunakan sebagai penyimpanan sementara untuk data yang bertubrukan. Mekanisme self-routing dijelaskan lebih rinci, dengan ilustrasi bagaimana bit alamat tujuan dalam header paket menentukan jalur melalui elemen switching. Penting untuk diingat bahwa jaringan Banyan hanya memiliki satu jalur antara port input dan output, sehingga internal blocking menjadi masalah yang perlu diatasi. Konsep ini dijelaskan lebih lanjut melalui ilustrasi bagaimana elemen switching pada jaringan Batcher bekerja dengan membandingkan angka pada self-routing header dan meneruskan paket berdasarkan nilai tersebut, mengurangi kemungkinan internal blocking. Perbedaan cara kerja elemen switching pada jaringan Batcher dan Banyan dijelaskan. Secara keseluruhan, bagian ini menjelaskan detail arsitektur jaringan, khususnya mekanisme self-routing dan upaya untuk mengatasi masalah internal blocking melalui penambahan jaringan Batcher dan penggunaan buffer.

IV.Analisis Kinerja Jaringan Batcher Banyan

Bagian ini memaparkan analisis kinerja dari konfigurasi Jaringan Batcher-Banyan yang telah diuji. Deskripsi diberikan tentang jaringan penyortir Batcher yang digunakan untuk mengurutkan data sebelum memasuki jaringan Banyan. Diskusi mengenai pengukuran kinerja, khususnya probabilitas blocking, dijelaskan sebagai tolak ukur utama. Meskipun detail konfigurasi (misalnya, 4x4 input/output) diberikan, fokus utama adalah pada metodologi analisis dan hasil yang diperoleh untuk meningkatkan pemahaman mengenai kinerja jaringan Batcher-Banyan secara keseluruhan.

1. Konfigurasi Jaringan Batcher Banyan dan Pengukuran Kinerja

Analisis kinerja difokuskan pada konfigurasi Jaringan Batcher-Banyan dengan empat input dan empat output, di mana input dan output berupa data. Tahap pertama terdiri dari jaringan penyortir Batcher yang mengurutkan data secara menaik atau menurun. Dalam konfigurasi tertentu, jaringan penyortir Batcher terdiri dari enam switch 3x2, dengan dua switch Batcher mendahului manajer kontensi, dan jaringan Banyan terdiri dari rangkaian switch 2x2. Probabilitas blocking digunakan sebagai tolak ukur kinerja. Analisis ini mengeksplorasi bagaimana arsitektur dua tahap ini, dengan penambahan jaringan Batcher untuk penyortiran sebelum masuk ke jaringan Banyan, mempengaruhi probabilitas blocking. Pengukuran ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas jaringan Batcher dalam mengurangi konflik dan meningkatkan efisiensi jaringan secara keseluruhan. Dengan memahami bagaimana arsitektur ini bekerja dan bagaimana perilaku pengurutan data mempengaruhi kinerja, penelitian ini memberikan wawasan yang berharga dalam optimasi jaringan dan performa yang lebih baik. Konfigurasi spesifik yang digunakan memungkinkan analisis yang terfokus dan hasil yang dapat dibandingkan secara langsung.

2. Peran Jaringan Penyortir Batcher

Jaringan penyortir Batcher berperan penting dalam meningkatkan kinerja Jaringan Batcher-Banyan dengan mengurutkan data sebelum masuk ke jaringan Banyan. Pengurutan ini dilakukan secara menaik atau menurun, tergantung pada konfigurasi. Jaringan penyortir Batcher dirancang untuk mengurangi probabilitas blocking dengan memastikan bahwa paket data yang masuk ke jaringan Banyan memiliki urutan yang teratur. Urutan ini meminimalkan konflik antara paket-paket yang mencoba mengakses link yang sama dalam jaringan Banyan. Konfigurasi spesifik dari jaringan penyortir Batcher (misalnya, seri switch 3x2) berpengaruh pada kinerja keseluruhan. Analisis menyelidiki bagaimana efisiensi dan efektivitas dari jaringan penyortir Batcher dalam mengurutkan data berkontribusi pada pengurangan probabilitas blocking. Ini penting karena jaringan Banyan sendiri rentan terhadap blocking, khususnya internal blocking, yang terjadi ketika lebih dari satu paket mencoba mengakses link yang sama antara dua tingkat. Oleh karena itu, peran jaringan penyortir Batcher adalah untuk meminimalkan kejadian ini.

3. Pengaruh Jaringan Batcher terhadap Probabilitas Blocking

Tujuan utama analisis kinerja adalah untuk mengukur pengaruh penambahan jaringan Batcher pada probabilitas blocking dalam jaringan Banyan. Dengan membandingkan kinerja jaringan Batcher-Banyan dengan jaringan Banyan biasa, penelitian ini berusaha untuk menentukan seberapa efektif jaringan Batcher dalam mengurangi blocking. Analisis ini mencakup pengukuran kuantitatif probabilitas blocking dalam berbagai kondisi lalu lintas. Pengurangan probabilitas blocking menunjukkan peningkatan efisiensi dan kehandalan jaringan dalam menangani lalu lintas data yang tinggi. Hasil dari analisis ini akan menunjukkan seberapa besar peningkatan kinerja yang dapat dicapai dengan penambahan jaringan penyortir Batcher. Dengan demikian, penelitian ini memberikan bukti empiris tentang keefektifan arsitektur Batcher-Banyan dalam mengatasi masalah blocking yang umum terjadi pada jaringan Banyan. Penelitian ini juga akan membantu dalam menentukan parameter desain optimal untuk jaringan Batcher-Banyan, seperti ukuran dan konfigurasi jaringan Batcher dan Banyan, untuk berbagai kebutuhan kinerja.