Analisis Geographic Tongue pada Pasien RSGMP FKG USU

Analisis Geographic Tongue pada Pasien RSGMP FKG USU

Informasi dokumen

Penulis

Farah Saufiika

instructor/editor Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM
Sekolah

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (FKG USU)

Jurusan Kedokteran Gigi
Jenis dokumen Skripsi
city Medan
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 3.51 MB
  • Skripsi Kedokteran Gigi
  • Geographic Tongue
  • Metodologi Penelitian

Ringkasan

I.Latar Belakang Penelitian tentang Geographic Tongue

Penelitian ini membahas prevalensi dan distribusi Geographic tongue (juga dikenal sebagai glossitis migratoria benigna, atau lingua geographica) pada pasien Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (FKG USU) di Medan, Sumatera Utara. Geographic tongue merupakan kondisi inflamasi kronis rekuren pada lidah, ditandai dengan bercak-bercak kemerahan yang tidak beraturan, hilangnya papila, dan penipisan epitel. Studi ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kondisi ini di RSGM FKG USU dan gejala yang dialami pasien. Penelitian sebelumnya menunjukkan prevalensi yang bervariasi secara global, mengingat rendahnya pengetahuan masyarakat Medan tentang penyakit ini, penelitian ini penting dilakukan sebagai referensi bagi dokter gigi.

1. Definisi dan Deskripsi Geographic Tongue

Bagian latar belakang dimulai dengan menjelaskan Geographic tongue sebagai kondisi inflamasi akut rekuren pada lidah. Ditandai dengan bercak-bercak kemerahan yang bentuknya tidak teratur, disertai hilangnya papila dan penipisan epitel. Bercak ini biasanya dikelilingi oleh zona papila dangkal yang warnanya lebih putih. Penjelasan ini memberikan gambaran klinis awal tentang kondisi yang diteliti, membentuk dasar pemahaman tentang penyakit yang menjadi fokus penelitian. Dokumen juga menyebutkan berbagai istilah lain yang digunakan untuk menyebut kondisi ini, seperti exfoliation areata linguae, glossitis exfoliativa marginata, lingua geographica, benign migratory glossitis, erythema migrans, annulus migrans, wandering rash of the tongue, dan migratory glossitis, menunjukkan variasi terminologi yang digunakan dalam literatur medis untuk menggambarkan kondisi yang sama.

2. Tujuan Penelitian dan Relevansi di Medan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan distribusi Geographic tongue pada pasien di RSGM FKG USU, serta gejala yang dialami pasien. Penelitian ini dirasa relevan karena pengetahuan tentang Geographic tongue di Medan masih rendah. Oleh karena itu, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dalam penanganan pasien Geographic tongue, khususnya di Medan dan Sumatera Utara secara umum. Ini menekankan pentingnya penelitian ini untuk mengisi kekosongan informasi dan meningkatkan kualitas perawatan kesehatan gigi di daerah tersebut. Menentukan prevalensi di lokasi spesifik sangat penting untuk membandingkan angka tersebut dengan data global dan menunjukan karakteristik unik dari penyakit di wilayah tersebut.

3. Prevalensi Geographic Tongue dalam Penelitian Sebelumnya

Dokumen menyebutkan bahwa penelitian tentang Geographic tongue telah banyak dilakukan di berbagai negara, tetapi dengan prevalensi yang bervariasi. Beberapa angka prevalensi yang dikutip dari penelitian sebelumnya menunjukkan rentang yang cukup luas, misalnya 1,0%-2,5%, 1-14%, 4,8%, dan bahkan hingga 27%. Variasi ini menyoroti kompleksitas dalam menentukan prevalensi suatu penyakit dan menekankan perlunya penelitian di berbagai populasi. Perbedaan prevalensi ini memberikan konteks penting bagi penelitian yang sedang dilakukan, yang bertujuan untuk mengukur prevalensi di lingkungan spesifik RSGM FKG USU, Medan, dan membandingkannya dengan angka-angka yang telah ada di literatur medis. Hal ini juga menunjukkan bahwa meskipun kondisi ini sudah dikenal, masih ada kebutuhan untuk penyelidikan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi dan distribusi geografis penyakit.

4. Anatomi dan Fungsi Lidah sebagai Konteks

Dokumen memberikan sedikit informasi tentang anatomi lidah normal, meliputi berbagai bagian seperti korpus lingua, radiks lingua, dan jenis-jenis papila (filiformis, fungiformis, foliata, dan sirkumvalata). Penjelasan singkat ini memberikan dasar anatomi yang relevan untuk memahami lokasi dan karakteristik lesi Geographic tongue. Fungsi lidah dalam proses pengunyahan, menelan, dan berbicara juga disinggung, memberikan konteks mengenai pentingnya kesehatan lidah bagi fungsi tubuh secara keseluruhan. Bagian ini meskipun singkat, memberikan pondasi pemahaman tentang struktur dan fungsi organ yang menjadi fokus studi, sehingga pembaca dapat lebih memahami konteks dari kondisi yang diteliti (Geographic tongue) di dalam anatomi lidah manusia.

II.Metodologi Penelitian Geographic Tongue

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel sebanyak 100 pasien RSGM FKG USU diambil menggunakan non-probability sampling: purposive sampling, berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan melalui pemeriksaan langsung dan pencatatan rekam medis pasien pada periode Maret-April 2014. Usia rata-rata pasien adalah 33,34 tahun (terendah 6 tahun, tertinggi 67 tahun).

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain survei deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional berarti pengamatan dan pengukuran variabel dilakukan pada satu titik waktu tertentu. Subjek hanya diobservasi sekali, tanpa tindak lanjut pengukuran. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran penyebaran dan distribusi Geographic tongue pada pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (FKG USU). Pilihan metode ini sesuai dengan tujuan penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan kondisi Geographic tongue pada populasi yang diteliti pada waktu tertentu. Studi ini tidak bertujuan untuk menelusuri perkembangan penyakit dari waktu ke waktu, sehingga pendekatan cross-sectional menjadi tepat.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSGM FKG USU yang beralamat di Jalan Alumni No. 2, Kampus USU Medan. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada status RSGM FKG USU sebagai rumah sakit gigi terbesar dan terlengkap di Kota Medan, dengan sarana dan rekam medis yang lengkap untuk memudahkan pencarian subjek penelitian. Penjelasan ini memberikan konteks geografis dan institusional penelitian, memastikan ketersediaan data dan aksesibilitas yang memadai. Penelitian ini di lakukan pada bulan Maret-April 2014, rentang waktu yang spesifik membantu dalam membatasi populasi penelitian dan menjelaskan periode pengumpulan data.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling: purposive sampling. Metode ini berarti sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi tertentu, bukan secara acak. Jumlah sampel yang digunakan adalah 100 pasien yang mengunjungi RSGM FKG USU. Besar sampel ini didapatkan berdasarkan persentase prevalensi Geographic tongue dari penelitian Honarmand dkk. tahun 2013 di Iran (7,8%). Penjelasan ini menjelaskan secara rinci bagaimana sampel penelitian dipilih, memastikan representasi sampel sesuai dengan tujuan penelitian. Menggunakan purposive sampling memudahkan peneliti untuk fokus pada populasi yang sesuai dengan kriteria penelitian. Ukuran sampel yang digunakan juga dijelaskan, memberikan gambaran tentang skala penelitian.

III.Hasil Penelitian Geographic Tongue di RSGM FKG USU

Dari 100 pasien, 11 pasien (11%) menderita Geographic tongue. Prevalensi ini relatif konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya, baik di negara Barat maupun Asia. Sebagian besar (81,8%) pasien asimtomatik, sementara sisanya (18,2%) melaporkan gejala. Distribusi lesi Geographic tongue paling banyak ditemukan di area lateral lidah (68,6%), diikuti anterior (58,5%), dan dorsum lidah (42%). Penelitian juga menemukan prevalensi lebih tinggi pada perempuan, yang mungkin terkait faktor hormonal atau psikosomatik.

1. Prevalensi Geographic Tongue

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi Geographic tongue sebesar 11% dari 100 pasien yang mengunjungi RSGM FKG USU pada Maret-April 2014. Angka ini relatif konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya, baik di populasi Barat maupun Asia. Temuan ini menunjukkan bahwa karakteristik populasi di RSGM FKG USU tidak jauh berbeda dengan populasi yang diteliti di studi lain. Konsistensi prevalensi ini penting karena mendukung keabsahan hasil penelitian, menunjukkan bahwa temuan ini sejalan dengan tren global terkait prevalensi Geographic tongue. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa variasi prevalensi antar penelitian tetap ada, dan mungkin disebabkan oleh perbedaan metodologi, sampel, dan karakteristik populasi yang diteliti.

2. Gejala yang Dialami Pasien

Sebagian besar (81,8%) dari 11 pasien yang menderita Geographic tongue mengaku tidak mengalami keluhan. Hanya 2 orang (18,2%) yang melaporkan adanya gejala. Temuan ini serupa dengan penelitian Ella M. tahun 2012 di Thailand, yang juga menunjukkan mayoritas subjek penelitiannya (75,5%) asimtomatik. Meskipun demikian, beberapa penelitian lain menyebutkan kemungkinan sensasi terbakar, terutama saat mengonsumsi makanan atau minuman asam dan pedas. Perbedaan ini menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar kasus asimtomatik, beberapa pasien mungkin mengalami gejala yang bervariasi. Perbedaan karakteristik ini mungkin berkaitan dengan variasi sensitivitas lidah setiap individu.

3. Distribusi Lokasi Geographic Tongue

Distribusi lesi Geographic tongue pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar lesi ditemukan di area lateral lidah (68,6%), diikuti anterior (58,5%), dan dorsum lidah (42%). Ini menunjukkan bahwa lokasi munculnya Geographic tongue cukup beragam, yang sesuai dengan laporan penelitian sebelumnya. Temuan ini mendukung literatur yang menyatakan bahwa lokasi berkembangnya Geographic tongue sangat bervariasi antar individu. Penelitian Honarmand M. tahun 2013 di Iran juga menunjukkan hal serupa, dengan lesi yang umumnya terjadi pada anterior, lateral, dan dorsal lidah, meskipun terkadang dapat meluas ke bagian ventral. Variasi lokasi ini menyoroti kompleksitas kondisi Geographic tongue dan pentingnya pengamatan menyeluruh pada pemeriksaan klinis.

4. Perbedaan Prevalensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Penelitian ini menemukan bahwa Geographic tongue lebih banyak ditemukan pada perempuan. Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh Mirza D. (2013) dan Miloglu O. (2009), dan mungkin disebabkan oleh faktor hormonal, psikosomatik, atau defisiensi nutrisi. Hubungan antara prevalensi Geographic tongue dan jenis kelamin menunjukkan kemungkinan adanya faktor biologis yang memengaruhi perkembangan kondisi ini. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengkonfirmasi temuan ini dan menyelidiki lebih dalam mekanisme biologis yang mendasari perbedaan prevalensi berdasarkan jenis kelamin. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin berkontribusi.

IV.Kesimpulan dan Saran Penelitian Geographic Tongue

Penelitian ini menunjukkan prevalensi Geographic tongue di RSGM FKG USU sebesar 11%, konsisten dengan temuan global. Perbedaan prevalensi antar studi mungkin dipengaruhi perbedaan sampel dan karakteristik populasi. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menyelidiki faktor-faktor etiologi dan hubungannya dengan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, dan kebiasaan hidup di populasi Medan. Informasi ini penting untuk meningkatkan penanganan Geographic tongue di Sumatera Utara.

1. Kesimpulan Prevalensi Geographic Tongue

Kesimpulan utama penelitian ini adalah prevalensi Geographic tongue di RSGM FKG USU sebesar 11%. Angka ini relatif konsisten dengan temuan penelitian sebelumnya pada populasi Barat dan Asia. Konsistensi ini menunjukkan bahwa karakteristik sampel dan populasi penelitian di RSGM FKG USU tidak jauh berbeda dengan populasi lain yang telah diteliti sebelumnya. Ini memperkuat validitas temuan penelitian dan menunjukkan bahwa prevalensi Geographic tongue di RSGM FKG USU sejalan dengan tren global. Namun, perlu diingat bahwa perbedaan metodologi dan karakteristik populasi antar penelitian dapat menyebabkan variasi angka prevalensi.

2. Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut

Meskipun penelitian ini memberikan data prevalensi Geographic tongue yang konsisten dengan penelitian internasional, penelitian lebih lanjut disarankan untuk menyelidiki lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi dan distribusi Geographic tongue di populasi Medan. Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi lebih detail hubungan antara Geographic tongue dengan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan hidup, dan penyakit sistemik. Studi yang lebih mendalam ini akan memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang kondisi ini dan dapat membantu dalam pengembangan strategi pencegahan dan pengobatan yang lebih efektif. Penelitian dengan sampel yang lebih besar dan desain yang berbeda juga direkomendasikan untuk memvalidasi dan memperkuat temuan ini.