Analisis Bakteri di Toilet Umum dan Kepekaannya terhadap Antibiotik di Kota Medan

Analisis Bakteri di Toilet Umum dan Kepekaannya terhadap Antibiotik di Kota Medan

Informasi dokumen

authors Rio Try Saputra
Sekolah

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

city Medan
Jenis dokumen Karya Tulis Ilmiah
Bahasa Indonesian
Jumlah halaman 72
Format | PDF
Ukuran 6.19 MB
  • mikrobiologi
  • kesehatan masyarakat
  • antibiotik

Ringkasan

I.Jenis Bakteri dan Sensitivitasnya

Studi ini mengidentifikasi adanya 8 jenis bakteri di toilet umum di pusat perbelanjaan Medan, yaitu K.pneumoniae (35%), K.oxytoca (20%), E. coli (12,5%), Proteus spp. (10%), Bacillus subtilis (7,5%), S. epidermidis (7,5%), S. aureus (5%), dan Pseudomonas spp. (2,5%). Dari 7 strain bakteri yang diuji sensitivitasnya, bakteri gram negatif menunjukkan 74,3% sensitivitas antibiotik, sedangkan gram positif 64,3%.

1. Jenis Bakteri yang Ditemukan

  • 32 (80%) bakteri gram negatif
  • 8 (20%) bakteri gram positif
  • 8 jenis bakteri yang teridentifikasi:
    • K. pneumoniae (35%)
    • K. oxytoca (20%)
    • E. coli (12,5%)
    • Proteus spp. (10%)
    • Bacillus subtilis (7,5%)
    • S. epidermidis (7,5%)
    • S. aureus (5%)
    • Pseudomonas spp. (2,5%)

2. Uji Sensitivitas Antibiotik

  • Uji sensitivitas dilakukan pada 7 bakteri (masing-masing mewakili tiap spesies)
  • Bakteri gram negatif: 74,3% dari antibiotik yang diuji
  • Bakteri gram positif: 64,3% dari antibiotik yang diuji

II.Dominasi Bakteri Gram Negatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri gram negatif (80%) lebih banyak ditemukan dibandingkan gram positif (20%). Hal ini karena bakteri gram negatif lebih mampu bertahan hidup di lingkungan luar tubuh manusia, termasuk di toilet.

1. Dominasi Bakteri Gram Negatif

Temuan penelitian menunjukkan bahwa proporsi bakteri gram negatif secara signifikan lebih tinggi dibandingkan bakteri gram positif, dengan 32 dari 40 isolat (80%) dikategorikan sebagai gram negatif.

2. Jenis Bakteri Gram Negatif

Hasil penelitian mengidentifikasi delapan jenis bakteri gram negatif yang terdistribusi di seluruh lokasi toilet di dua pusat perbelanjaan modern, yaitu: - K. pneumoniae (35%) - K. oxytoca (20%) - E. coli (12,5%) - Proteus spp. (10%) - Bacillus subtilis (7,5%) - S. epidermidis (7,5%) - S. aureus (5%) - Pseudomonas spp. (2,5%)

3. Analisis Sensitivitas Antibiotik

Analisis sensitivitas antibiotik dilakukan terhadap tujuh bakteri gram negatif yang mewakili setiap spesies, menunjukkan bahwa: - Bakteri gram negatif memiliki persentase sensitivitas rata-rata 74,3% terhadap berbagai antibiotik (n=5) - Sementara bakteri gram positif memiliki sensitivitas rata-rata 64,3% terhadap berbagai antibiotik (n=5)

4. Resistensi Antibiotik

Studi ini mengidentifikasi resistensi terhadap beberapa antibiotik, khususnya: - K. pneumonia dan Pseudomonas spp. resisten terhadap sefuroksim dan seftriakson - S. epidermidis menunjukkan tingkat resistensi yang lebih tinggi dibandingkan S. aureus, resisten terhadap oksasilin, ampisilin, eritromisin, dan klindamisin - S. aureus resisten terhadap ampisilin dan amoksisilin-asam klavulanat

III.Resistensi Terhadap Antibiotik

Dua bakteri, K. pneumonia dan Pseudomonas spp., menunjukkan resistensi terhadap seftriakson dan sefuroksim. Hal ini menimbulkan kekhawatiran adanya bakteri penghasil ESBL (Extended Spectrum Beta Laktamase), yang semakin membatasi pilihan antibiotik untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut.

1. Resistensi terhadap Antibiotik

Resistensi antibiotik merupakan suatu kondisi ketika bakteri menjadi toleran terhadap obat yang dirancang untuk membunuhnya. Resistensi ini dapat terjadi karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat, seperti tidak mengikuti dosis yang ditentukan atau menghentikan pengobatan sebelum waktunya.

Bakteri yang resistan terhadap antibiotik dapat menyebabkan infeksi yang sulit diobati, bahkan mematikan. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan antibiotik secara bijak dan mengikuti petunjuk dokter dengan cermat.

Beberapa bakteri yang dapat menjadi resistan terhadap antibiotik antara lain:

  • Staphylococcus aureus (MRSA)
  • Escherichia coli (E. coli)
  • Klebsiella pneumoniae
  • Pseudomonas aeruginosa
  • Acinetobacter baumannii

IV. epidermidis

S. epidermidis, sebuah bakteri gram positif, menunjukkan tingkat resistensi yang lebih tinggi terhadap antibiotik dibandingkan S. aureus. Resistensi ini mencakup oksasilin, ampisilin, eritromisin, dan klindamisin, yang mengindikasikan adanya bakteri Methicillin Resistant Coagulase Negative Staphylococcus (MRCoNS) di antara isolat yang diuji.

Resistensi pada S. epidermidis

Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat resistensi yang lebih tinggi pada S. epidermidis dibandingkan dengan S. aureus. Dari 14 antibiotik yang diuji, S. epidermidis hanya sensitif terhadap 7 antibiotik atau sekitar 50%. Bakteri ini resisten terhadap oksasilin, ampisilin, eritromisin, dan klindamisin, yang menunjukkan kemungkinan bakteri tersebut termasuk golongan Methicillin Resistant Coagulase Negative Staphylococcus (MRCoNS).

V. aureus

S. aureus menunjukkan sensitivitas yang lebih baik terhadap antibiotik dibandingkan S. epidermidis, tetapi resisten terhadap ampisilin dan amoksisilin-asam klavulanat.

1. Sensitivitas S. aureus.

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus) mengalami resistensi terhadap dua jenis antibiotik, yaitu ampisilin dan amoksisilin-asam klavulanat. Hal ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa 90% isolat S. aureus menunjukkan resistensi terhadap ampisilin dan amoksisilin.

VI.Pentingnya Mencuci Tangan

Untuk mencegah penyebaran bakteri dari lingkungan ke tubuh dan menyebabkan penyakit, disarankan untuk selalu mencuci tangan dengan benar dan tepat waktu, seperti setelah menggunakan toilet.

1. Pentingnya Mencuci Tangan

Mencuci tangan sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi dan penyakit melalui kontak dengan kotoran dan kuman. Hal ini sangat dianjurkan, terutama saat:

  • Sebelum dan setelah makan
  • Sebelum dan setelah menyentuh makanan
  • Setelah menggunakan toilet
  • Setelah membuang ingus, batuk, atau bersin
  • Setelah menyentuh hewan atau kotoran hewan
  • Setelah memegang sampah

2. Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar

Untuk mencuci tangan dengan baik dan benar, ikuti langkah-langkah berikut:

  • Basahkan tangan dengan air bersih yang mengalir.
  • Tuangkan sabun dan gosok kedua tangan hingga berbusa.
  • Gosok seluruh permukaan tangan, termasuk punggung tangan, sela-sela jari, dan bawah kuku.
  • Cuci tangan selama minimal 20 detik.
  • Bilas tangan secara menyeluruh dengan air bersih.
  • Keringkan tangan dengan handuk bersih atau pengering udara.

Jika tidak tersedia air dan sabun, gunakan hand sanitizer yang mengandung setidaknya 60% alkohol.

3. Manfaat Mencuci Tangan

Mencuci tangan secara teratur memiliki banyak manfaat, antara lain:

  • Mencegah penyebaran infeksi dan penyakit
  • Menjaga kesehatan pribadi
  • Melindungi orang lain dari penyakit
  • Mengurangi risiko tertular penyakit kulit
  • Membuat tangan tetap bersih dan sehat