
Peran dan Dinamika Politik Kyai dalam Masyarakat
Informasi dokumen
Jurusan | Ilmu Politik, Studi Agama, atau Sosiologi |
Jenis dokumen | Skripsi, Tesis, atau Makalah |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 0.94 MB |
- politik kyai
- perilaku politik
- partisipasi politik
Ringkasan
I.Peran Kyai dalam Politik Praktis di Kabupaten Probolinggo
Penelitian ini meneliti afiliasi politik kyai di Kabupaten Probolinggo menjelang Pemilu 2009. Penelitian ini berfokus pada keterlibatan kyai dalam partai politik, baik secara langsung (mencalonkan diri) maupun tidak langsung (penggalangan massa). Studi ini penting karena kyai memiliki pengaruh besar sebagai pemimpin religius dan sosial di masyarakat, khususnya di daerah dengan budaya patronase yang kuat seperti Probolinggo. Kharisma dan wibawa kyai sering dimanfaatkan oleh partai politik untuk meraih suara. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana budaya politik mempengaruhi perilaku politik kyai dan dampaknya terhadap dinamika politik lokal.
1. Peran Ganda Kyai dalam Masyarakat Probolinggo
Di Kabupaten Probolinggo, kyai memegang peran ganda. Mereka dihormati sebagai pemimpin spiritual dan figur moral, sekaligus sebagai pemimpin sosial dan politik non-formal. Wibawa dan kharisma kyai sangat kuat, khususnya menjelang Pemilu 2009. Masyarakat Probolinggo, yang mayoritas beragama Islam dengan corak tradisionalis, sangat mempercayai dan patuh pada kyai, menjadikan mereka berpengaruh dalam berbagai urusan, termasuk politik. Bahkan, kyai seringkali dilihat sebagai pihak yang melindungi umat dari pengaruh kekuasaan sekuler. Status sosial kyai yang tinggi dan kedekatannya dengan lapisan masyarakat bawah, terutama di pedesaan, semakin memperkuat pengaruh mereka dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, peran kyai dalam pemilu menjadi fokus penelitian ini, terutama bagaimana kyai mempengaruhi politik praktis dan pengaruh budaya patronase dalam hal ini.
2. Keterlibatan Kyai dalam Politik Praktis Fenomena dan Dampaknya
Keterlibatan kyai dalam politik di Probolinggo bukan hal baru. Namun, menjelang Pemilu 2009, peran mereka semakin signifikan. Banyak kyai, baik yang memimpin pesantren besar maupun kecil, aktif terlibat dalam politik praktis, memanfaatkan basis massa yang dimiliki untuk meraih posisi politik, seperti menjadi kepala daerah atau anggota legislatif. Hal ini dimanfaatkan juga oleh partai politik untuk meraih suara. Partisipasi kyai dalam politik juga dapat menimbulkan dampak yang kompleks. Di satu sisi, hal ini dapat memperluas akses politik bagi kalangan Islam. Namun, di sisi lain, perbedaan afiliasi politik kyai dapat menimbulkan fragmentasi politik dan perbedaan pendapat di antara masyarakat yang sebelumnya menjadikan kyai sebagai opinion leader. Penelitian ini akan menganalisis lebih lanjut dinamika ini, terutama kaitannya dengan politik praktis dan Pemilu 2009.
3. Kyai sebagai Sasaran Politisi dan Pengaruhnya terhadap Pemilu
Para politisi seringkali menjadikan kyai dan tokoh pesantren sebagai sasaran dalam membangun basis dukungan politik. Suara kyai dan santri menjadi rebutan, bukan hanya oleh partai-partai berbasis Islam, tetapi juga partai-partai nasionalis. Banyak partai politik menempatkan kyai dalam jajaran pengurus partai dengan harapan dapat menjadi vote getter dalam Pemilu. Hal ini mencerminkan pentingnya peran dan pengaruh kyai dalam menentukan arah politik. Di daerah Tapal Kuda, termasuk Probolinggo, kepercayaan dan kepatuhan masyarakat (patronase) kepada kyai sangat tinggi. Oleh karena itu, peran kyai dalam pemilu sangat krusial dan penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana strategi dan dampaknya pada politik lokal, khususnya menjelang Pemilu 2009.
4. Studi Kasus Kabupaten Probolinggo Karakteristik dan Masalah Penelitian
Kabupaten Probolinggo menjadi fokus penelitian karena kyai di daerah ini memiliki pengaruh kuat dalam masyarakat. Penelitian ini akan menganalisis afiliasi politik kyai di Probolinggo menjelang Pemilu Legislatif 2009. Rumusan masalah penelitian difokuskan pada peran kyai dan santri dalam politik praktis, dan instrumen yang mereka gunakan. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kyai yang terlibat dalam politik dan mereka yang tidak terlibat, serta menganalisis pola afiliasi politik kyai dalam konteks Pemilu pasca reformasi. Penelitian ini penting untuk memahami peran kyai dalam pemilu dan bagaimana dinamika politik di Kabupaten Probolinggo dipengaruhi oleh kyai dan budaya patronase yang ada.
II.Metodologi Penelitian Pendekatan Kualitatif Deskriptif
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk memahami afiliasi politik kyai. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan kyai dan tokoh-tokoh kunci di Kabupaten Probolinggo, serta data sekunder seperti dokumen dan laporan terkait. Analisis data dilakukan dengan mengidentifikasi pola dan tema dari data yang terkumpul untuk menggambarkan peran kyai dalam pemilu.
1. Jenis Penelitian Kualitatif Deskriptif
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif, juga disebut penelitian taksonomik. Metode ini dipilih untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi fenomena atau kenyataan sosial terkait afiliasi politik kyai di Kabupaten Probolinggo. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkaitan dengan masalah dan unit yang diteliti, memberikan gambaran yang komprehensif tentang keterlibatan kyai dalam politik praktis. Dengan pendekatan ini, peneliti dapat menggali secara mendalam informasi yang relevan terkait peran kyai dalam pemilu, memahami konteks budaya, serta mengidentifikasi pola dan tema yang muncul dari data yang dikumpulkan. Penelitian kualitatif ini sangat cocok untuk memahami kompleksitas afiliasi politik kyai yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, dan religius.
2. Pengumpulan Data Data Primer dan Sekunder
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui dua sumber utama: data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan narasumber yang relevan, termasuk kyai di Kabupaten Probolinggo. Wawancara dilakukan berdasarkan panduan pertanyaan yang telah disiapkan untuk memastikan konsistensi dan kedalaman informasi yang diperoleh. Data sekunder yang digunakan sebagai data tambahan mencakup sumber tertulis, foto, dan laporan berita. Penggunaan kedua jenis data ini bertujuan untuk memperkaya analisis dan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang afiliasi politik kyai di Kabupaten Probolinggo. Penggunaan data primer yang didapat melalui wawancara memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi langsung dari sumbernya, sedangkan data sekunder memberikan konteks dan informasi pendukung yang penting. Kedua jenis data ini akan dianalisa secara sistematis untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
3. Analisis Data Mengungkap Pola dan Tema
Analisis data merupakan tahap krusial dalam penelitian ini. Prosesnya melibatkan penyederhanaan data menjadi bentuk yang mudah dipahami dan diinterpretasikan. Menggunakan metode analisis data kualitatif, peneliti akan mengorganisir data, mengkategorikannya ke dalam pola-pola, dan mengidentifikasi satuan uraian dasar. Proses ini mengacu pada konsep analisis data menurut Patton dalam Lexy J. Moleong, yaitu mengatur urutan data dan mengkoordinasikannya ke dalam kategori dan uraian. Tujuannya adalah untuk mengungkap pola dan tema yang signifikan terkait afiliasi politik kyai di Kabupaten Probolinggo. Dengan demikian, peneliti dapat memberikan deskripsi yang akurat tentang bagaimana kyai terlibat dalam politik, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan dampaknya terhadap masyarakat. Analisis ini akan menghasilkan temuan yang menjawab pertanyaan penelitian terkait peran kyai dalam pemilu dan politik praktis.
III.Pola Afiliasi Politik Kyai di Probolinggo
Penelitian ini akan mengungkap pola afiliasi politik kyai pasca reformasi di Kabupaten Probolinggo. Beberapa pertanyaan kunci yang akan dijawab meliputi: bagaimana kyai terlibat dalam berbagai partai politik? Apa instrumen yang digunakan kyai untuk mempengaruhi politik praktis? Bagaimana budaya patronase mempengaruhi keterlibatan kyai dalam politik? Hasil penelitian akan memberikan gambaran tentang bagaimana pengaruh kyai terhadap politik di Kabupaten Probolinggo dan implikasinya terhadap proses demokrasi.
1. Tingkat Keterlibatan Kyai dalam Politik
Penelitian ini akan meneliti pola afiliasi politik kyai di Kabupaten Probolinggo, khususnya menjelang Pemilu 2009. Fokusnya adalah pada variasi tingkat keterlibatan, dari kyai yang secara aktif terlibat dalam politik praktis (misalnya, mencalonkan diri sebagai pejabat publik atau menjadi aktivis partai politik) hingga kyai yang memilih untuk tidak terlibat. Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut. Perbedaan afiliasi politik kyai ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pandangan pribadi kyai, tekanan dari masyarakat, pengaruh partai politik, serta budaya politik lokal. Analisis ini akan mencakup bagaimana tingkat keterlibatan kyai tersebut berdampak pada dinamika politik lokal dan partisipasi masyarakat dalam proses pemilihan umum.
2. Instrumen dan Strategi Politik Kyai
Studi ini juga akan menelaah instrumen dan strategi yang digunakan kyai dalam politik praktis. Penelitian akan mengeksplorasi bagaimana kyai memobilisasi dukungan dan mempengaruhi opini publik. Apakah mereka menggunakan kharisma dan wibawa pribadi, jaringan sosial di pesantren, atau strategi lain untuk mempengaruhi keputusan politik masyarakat? Penelitian ini juga akan mengkaji bagaimana budaya patronase mempengaruhi strategi dan keberhasilan kyai dalam mempengaruhi politik di Kabupaten Probolinggo. Dengan memahami instrumen dan strategi yang digunakan, kita dapat lebih memahami peran kyai dalam pemilu dan bagaimana mereka memainkan peranan dalam proses politik di tingkat lokal. Pengaruh kyai ini perlu dianalisa untuk memberikan gambaran lengkap tentang dinamika politik di Kabupaten Probolinggo.
3. Pengaruh Budaya Patronase terhadap Afiliasi Politik Kyai
Budaya patronase di Kabupaten Probolinggo memiliki peran penting dalam membentuk pola afiliasi politik kyai. Hubungan antara kyai (patron) dan pengikutnya (klien) menciptakan ikatan loyalitas yang kuat. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana hubungan patron-klien ini dimanfaatkan dalam politik, baik oleh kyai maupun partai politik. Apakah kyai menggunakan pengaruh mereka untuk mendukung kandidat tertentu? Bagaimana respon masyarakat terhadap afiliasi politik kyai dalam konteks budaya patronase ini? Analisis ini akan mempertimbangkan teori patronase dari Peter Burke, James C. Scott, dan Sydel F. Silverman untuk memahami lebih dalam bagaimana sistem ini bekerja dalam konteks politik lokal dan Pemilu 2009. Pemahaman ini penting untuk mengungkap kompleksitas peran kyai dalam pemilu di Probolinggo.
4. Afiliasi Politik Kyai dan Dinamika Politik Pasca Reformasi
Penelitian ini akan menelaah pola afiliasi politik kyai dalam konteks Pemilu pasca reformasi di Kabupaten Probolinggo. Bagaimana perubahan politik pasca reformasi mempengaruhi peran kyai dalam pemilu dan politik praktis? Apakah ada perubahan signifikan dalam strategi dan tingkat keterlibatan kyai? Penelitian ini akan membandingkan afiliasi politik kyai sebelum dan sesudah reformasi untuk melihat tren dan perkembangannya. Analisis ini akan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk perubahan sistem politik, munculnya partai-partai politik baru, dan perubahan dalam lanskap sosial-budaya di Kabupaten Probolinggo. Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana kyai beradaptasi dengan perubahan politik dan bagaimana mereka terus mempengaruhi dinamika politik di daerah.
IV.Definisi Operasional dan Konsep Kunci
Penelitian ini mendefinisikan afiliasi politik kyai sebagai keterlibatan kyai dalam dunia politik, baik langsung maupun tidak langsung. Konsep budaya politik, khususnya budaya patronase, digunakan untuk memahami latar belakang keterlibatan kyai dalam partai politik. Penelitian ini juga akan membahas peran kyai sebagai pemimpin non-formal, serta pengaruh kharisma dan wibawa kyai dalam politik.
1. Definisi Operasional Afiliasi Politik Kyai
Penelitian ini mendefinisikan afiliasi politik kyai sebagai keterlibatan seorang atau lebih kyai dalam dunia politik. Keterlibatan ini bisa secara langsung, misalnya mencalonkan diri sebagai pejabat publik atau menjadi aktivis politik, atau tidak langsung, seperti memberikan dukungan politik melalui penggalangan massa. Definisi operasional ini memberikan kerangka kerja yang jelas untuk mengidentifikasi dan mengukur variabel penelitian. Dengan demikian, penelitian ini dapat secara sistematis mengkaji berbagai bentuk keterlibatan kyai dalam politik, memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang peran kyai dalam pemilu dan politik praktis. Definisi ini membedakan antara keterlibatan langsung dan tidak langsung, mempertimbangkan berbagai bentuk partisipasi kyai dalam proses politik.
2. Konsep Budaya Politik dan Budaya Patronase
Penelitian ini menggunakan konsep budaya politik untuk memahami perilaku kolektif komunitas politik terkait afiliasi politik kyai. Mengacu pada definisi Sidney Verba dan Alan R. Ball, budaya politik meliputi sistem kepercayaan, simbol, nilai, sikap, dan emosi masyarakat yang berkaitan dengan sistem politik dan isu-isu politik. Konsep ini penting untuk memahami bagaimana budaya membentuk perilaku politik masyarakat dan kyai. Selain itu, penelitian juga mengkaji budaya patronase, berdasarkan teori Peter Burke, yang menjabarkan hubungan tidak setara antara pemimpin (patron) dan pengikut (klien). Konsep ini penting karena budaya patronase diyakini memainkan peran signifikan dalam politik di Kabupaten Probolinggo, mempengaruhi hubungan antara kyai dan pengikut mereka, dan kemungkinan besar mempengaruhi afiliasi politik kyai. Dengan demikian, pemahaman konsep ini krusial untuk menganalisis dinamika politik yang melibatkan kyai.
3. Konsep Kyai dalam Konteks Sosial Budaya Jawa
Penelitian ini juga menjelaskan konsep kyai dalam konteks sosial budaya Jawa. Mengutip Dhofier dan Teba, kyai di Jawa umumnya memiliki kharisma dan memimpin pesantren, mengajarkan kitab klasik, dan memiliki keterkaitan dengan kelompok Islam tradisional. Istilah ini berbeda di daerah lain (misalnya, ajengan di Sunda). Pemahaman konteks ini penting untuk memahami peran dan pengaruh kyai dalam politik. Kharisma dan wibawa kyai yang tinggi merupakan aset politik yang signifikan. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana status sosial dan pengaruh religius kyai membentuk afiliasi politik kyai dan berinteraksi dengan budaya politik lokal. Definisi dan pemahaman yang jelas tentang peran dan posisi kyai ini sangat penting untuk analisis yang tepat.
V.Kesimpulan Sementara Berdasarkan Ringkasan Dokumen
Di Kabupaten Probolinggo, kyai memainkan peran penting dalam politik. Pengaruh mereka yang kuat, yang berakar pada budaya patronase dan kharisma mereka, membuat mereka menjadi target utama bagi partai politik dalam meraih suara. Namun, afiliasi politik kyai beragam, dengan beberapa kyai aktif terlibat sementara yang lain memilih untuk menjauh dari politik praktis. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan perbedaan tersebut dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1. Kesimpulan Utama Peran Kyai dalam Politik Probolinggo
Berdasarkan dokumen, kyai di Kabupaten Probolinggo memegang peran penting dan kompleks dalam politik. Kharisma dan wibawa kyai, yang tertanam kuat dalam budaya politik lokal dan sistem patronase, menjadikan mereka tokoh berpengaruh yang sangat dipertimbangkan dalam politik praktis. Partisipasi mereka dalam politik, baik secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi dinamika politik lokal, terutama menjelang Pemilu 2009. Namun, penelitian juga mencatat adanya variasi dalam tingkat keterlibatan kyai dalam politik, dengan beberapa kyai aktif berpartisipasi dan yang lain memilih untuk tidak terlibat. Variasi ini kemungkinan besar disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan perlu dikaji lebih lanjut dalam penelitian yang lebih detail.
2. Perluasan Penelitian Menggali Faktor faktor Pengaruh
Kesimpulan sementara ini menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi afiliasi politik kyai di Kabupaten Probolinggo. Penelitian perlu menggali lebih dalam tentang bagaimana budaya patronase, budaya politik lokal, serta pandangan dan strategi individual kyai berinteraksi dan membentuk pola afiliasi politik kyai. Penting untuk memahami bagaimana kyai menyeimbangkan peran religius mereka dengan keterlibatan politik, dan bagaimana hal ini mempengaruhi persepsi dan respon masyarakat. Penelitian lebih lanjut juga perlu menjelajahi dampak afiliasi politik kyai terhadap stabilitas dan dinamika politik lokal, serta implikasinya bagi proses demokrasi di Kabupaten Probolinggo. Analisis yang lebih mendalam tentang instrumen dan strategi yang digunakan kyai dalam politik praktis juga sangat diperlukan.
3. Implikasi bagi Pemahaman Politik Lokal
Kesimpulan sementara ini menyoroti pentingnya kyai sebagai aktor kunci dalam politik lokal Kabupaten Probolinggo. Pengaruh mereka yang signifikan menunjukkan bahwa politik di daerah tersebut tidak dapat dipisahkan dari konteks keagamaan dan sosial budaya. Memahami peran kyai dalam pemilu dan politik praktis sangat penting untuk memahami dinamika politik di daerah tersebut. Penelitian ini membuka jalan untuk penelitian selanjutnya yang akan secara mendalam mengkaji kompleksitas afiliasi politik kyai, memperdalam pemahaman tentang budaya politik di Kabupaten Probolinggo, serta memberikan kontribusi bagi kajian ilmu politik dan studi keagamaan di Indonesia. Pemahaman ini krusial untuk analisis yang lebih komprehensif tentang bagaimana kyai berperan dalam membentuk lanskap politik di Indonesia.