
Penyakit Sirosis Hati dan Komplikasinya
Informasi dokumen
Bahasa | Indonesian |
Jumlah halaman | 31 |
Format | |
Ukuran | 264.78 KB |
- Sirosis Hati
- Asites
- Infeksi Bakteri
Ringkasan
I.Bagian 1 Pendahuluan
Penyakit hati kronis dan sirosis telah menjadi penyebab utama kematian di banyak negara. Sirosis hati, khususnya, mengakibatkan sejumlah besar kematian setiap tahunnya. Penyakit hati dengan sirosis merupakan penyebab utama kematian di Cina dan Korea, serta mempengaruhi banyak pasien di seluruh dunia. Sirosis hati lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
1. Latar Belakang
Penyakit hati kronis dan sirosis semakin meningkat, menjadi penyebab kematian ke-12 di AS (Kochanek et al, 2013). Sirosis hati menyebabkan kematian 35.000 orang setiap tahunnya di AS (Riley et al, 2009). Menurut AASL (American Association for the Study of Liver Diseases), sirosis hati menjadi penyebab kematian ke-8 (Runyon, 2013). Penyakit hati dengan sirosis menjadi penyebab satu dari sepuluh kematian di Cina dan Korea. Menurut laporan World Health Organization (WHO), pada tahun 2006 diperkirakan 800.000 orang meninggal dunia karena sirosis hati (Guang-jun et al, 2013). Jumlah ini meliputi sekitar 3% dari seluruh populasi manusia di dunia dan setiap tahunnya bertambah 3-4 juta orang.
2. Masalah Riset
Dari uraian latar belakang tersebut, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
- Bagaimana angka kejadian sirosis hati di Indonesia?
- Bagaimana pola penggunaan obat cefotaxime pada pasien SBP (Spontaneus Bacterial Peritonitis)?
- Bagaimana pengaruh terapi cefotaxime terhadap pasien SBP (Spontaneus Bacterial Peritonitis)?
3. Tujuan Riset
Dengan mendasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
- Mengetahui angka kejadian sirosis hati di Indonesia.
- Mengetahui pola penggunaan obat cefotaxime pada pasien SBP (Spontaneus Bacterial Peritonitis).
- Mengetahui pengaruh terapi cefotaxime terhadap pasien SBP (Spontaneus Bacterial Peritonitis).
II.Bagian 2 Patofisiologi Sirosis Hati
Sirosis hati adalah kondisi patologis yang menunjukkan tahap akhir dari proses fibrosis hati. Hal ini ditandai dengan perubahan struktur hati menjadi bentuk nodul yang tidak normal. Nekrosis sel hati dan peradangan yang luas juga menjadi ciri khas sirosis hati.
1. Definisi dan Gambaran Umum Sirosis Hati
Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir dari proses fibrosis hepatik yang berlangsung progresif, ditandai dengan perubahan struktur hati menjadi bentuk nodulus abnormal (Saskara dan Suryadharma, 2012). Menurut AASL (American Association for the Study of Liver Diseases), sirosis hati merupakan penyebab kematian kedelapan (Runyon, 2013).
2. Etiologi Sirosis Hati
Tidak dijelaskan dalam dokumen.
3. Patofisiologi Sirosis Hati
Tidak dijelaskan dalam dokumen.
4. Manifestasi Klinis Sirosis Hati
Sirosis hati dapat menimbulkan kelainan dengan manifestasi klinik antara lain: ikterus, hipertensi portal, varises esofagheal, sindrom hepatorenal, ensefalopati hepatik, kegagalan hati, asites serta spontaneous bacterial peritonitis (Guang-jun et al, 2013).
5. Komplikasi Sirosis Hati
Asites adalah salah satu komplikasi utama pada sirosis hati dengan hipertensi portal. Dalam 10 tahun terakhir dari diagnosis sirosis, lebih dari 50% akan berkembang menjadi asites (Biecker E, 2011). Asites juga dapat menjadi sumber infeksi karena cairan asites ini berisi cairan plasma yang mengandung protein sebagai media yang baik untuk pertumbuhan bakteri patogen. Asites merupakan faktor predisposisi terjadinya komplikasi berbahaya seperti SBP (Spontaneous Bacterial Peritonitis), bakteri yang sering ditemukan diantaranya bakteri gram negatif enteric-bacilli (E. Coli dan Klepsiella spp) dan bakteri gram positif cocci (Streptococci) (Caruntu dan Benea, 2006).
6. Diagnosis Sirosis Hati
Tidak dijelaskan dalam dokumen.
7. Penatalaksanaan Sirosis Hati
Tidak dijelaskan dalam dokumen.
8. Prognosis Sirosis Hati
Tidak dijelaskan dalam dokumen.
9. Pencegahan Sirosis Hati
Tidak dijelaskan dalam dokumen.
III.Bagian 3 Komplikasi Sirosis Hati
Sirosis hati dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk ikterus, hipertensi portal, varises esofagus, sindrom hepatorenal, ensefalopati hepatik, gagal hati, asites, dan peritonitis bakterial spontan (SBP).
1. Manifestasi Klinis Sirosis Hati
Sirosis hati dapat menimbulkan kelainan dengan manifestasi klinik antara lain ikterus, hipertensi portal, varises esofagheal, sindrom hepatorenal, ensefalopati hepatik, kegagalan hati, asites serta spontaneous bacterial peritonitis (SBP) (Cheong et al, 2009; Giddings, 2013; Guevara et al, 2012; Riggio and Angeloni, 2009; Taneja and Dhiman, 2011).
2. Faktor Resiko dan Bakteri Penyebab SBP
Faktor risiko SBP meningkat pada pasien laki-laki usia 50-59 tahun. Selain itu, gaya hidup seperti alkohol (10%) dan merokok (29%) juga dapat meningkatkan risiko terjadinya SBP (Garcia-Tsao, 2005; Guevera et al, 2012; Taneja and Dhiman, 2011). Bakteri yang sering ditemukan dalam rongga peritoneum antara lain:
- Escherichia coli (37%)
- Klepsiella pneumoniae (17%)
- Pneumococci (12%)
- Streptococcus viridans (9%)
- Miscellaneous gram-negative (10%)
- Miscellaneous gram-positive (14%) (Koulaouzidis et al, 2009).
3. Asites pada Sirosis Hati
Asites merupakan komplikasi utama pada sirosis hati dengan hipertensi portal. Asites juga dapat menjadi sumber infeksi karena cairan asites ini berisikan cairan plasma yang mengandung protein sebagai media yang baik untuk pertumbuhan bakteri patogen. Asites merupakan faktor predisposisi terjadinya komplikasi berbahaya seperti SBP (Gayatri and Wibawa, 2006; Guevara et al, 2012; Riggio and Angeloni, 2009).
4. Spontaneous Bacterial Peritonitis SBP
SBP merupakan infeksi dari cairan asites yang terjadi secara spontan. Semua pasien komplikasi sirosis dengan asites akan beresiko berkembang menjadi SBP (Biecker E, 2011; Cheong et al, 2009). Diagnosis SBP ditegakkan bila jumlah sel polimorfonuklear (PMN) ≥ 250 sel/mm³ yang dapat disertai dengan kultur positif monomikrobial (Badawy et al, 2013).
5. Terapi SBP
Antibiotika yang sering dipakai untuk terapi SBP adalah dari golongan sefalosporin generasi ketiga, seperti cefotaxime dan ceftriaxone. Cefotaxime merupakan drug of choice dan antibiotika empiris sebagai terapi SBP sejak tahun 1985 hingga sekarang (Badawy et al, 2013; Lata et al, 2009). Dosis cefotaxime yang diberikan adalah 2 g secara intravena setiap 8 jam selama 5 hari (Harry et al, 2009). Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan cefotaxime selama 5 hari sama efektifnya dengan penggunaan 10 hari (Runyon, 2013).
6. Keuntungan dan Mekanisme Kerja Cefotaxime
Beberapa keuntungan menggunakan cefotaxime antara lain relatif aman, dapat ditoleransi dengan baik, aktivitas spektrum yang luas, efektivitas lebih besar gram negatif dibandingkan gram positif (Koulaouzidis et al, 2009). Cefotaxime berperan dalam menurunkan kemampuan bakteri penyebab SBP (Biecker E, 2011).
IV.Bagian 4 SBP dan Peran Sefotaksim
SBP adalah infeksi pada cairan asites yang dapat terjadi pada pasien dengan komplikasi sirosis hati. Sefotaksim adalah antibiotik yang banyak digunakan untuk mengobati SBP. Sejak tahun 1985, sefotaksim telah menjadi obat pilihan untuk terapi SBP.
1. Peran Cefotaxime Sebagai Antibiotika Empiris pada Pasien SBP
Cefotaxime memegang peranan penting sebagai drug of choice dan antibiotika empiris dalam terapi SBP sejak tahun 1985. Penggunaan cefotaxime ini didukung oleh beberapa keunggulan, antara lain:
- Keamanan relatif
- Toleransi yang baik
- Spektrum aktivitas yang luas
- Efektivitas yang lebih tinggi terhadap bakteri gram negatif dibandingkan gram positif
- Kontribusi pada peningkatan angka penyembuhan SBP
2. Penelitian Penggunaan Cefotaxime pada Pasien SBP
Sebuah studi yang dilakukan oleh Rimola et al. (2005) membandingkan dua dosis berbeda cefotaxime dalam pengobatan SBP pada pasien sirosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua dosis cefotaxime efektif dalam pengobatan SBP, dengan tingkat penyembuhan yang sebanding.
Studi lain oleh Ceylan et al. (2009) juga menemukan bahwa cefotaxime efektif dalam pengobatan SBP, dengan tingkat penyembuhan 85% pada pasien yang menerima cefotaxime selama 5 hari dan 80% pada pasien yang menerima cefotaxime selama 10 hari.
V.Bagian 5 Penelitian Pengobatan SBP dengan Sefotaksim
Sebuah penelitian dilakukan untuk mengevaluasi pola penggunaan sefotaksim pada pasien SBP dengan sirosis hati. Penelitian ini menemukan bahwa sefotaksim banyak digunakan, dengan sekitar 70% pasien menerima obat tersebut. Studi ini juga menyoroti pentingnya dosis, rute, frekuensi, dan durasi pemberian sefotaksim.
1. Pola Penggunaan Cefotaksim pada Pasien SBP Spontaneous Bacterial Peritonitis di RSU Dr. Saiful Anwar Malang
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan obat cefotaksim pada pasien SBP (Spontaneus Bacterial Peritonitis) di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
2. Hubungan Terapi Cefotaksim Terkait Dosis Rute Frekuensi Interval dan Lama Pemberian yang Terkait dengan Data Klinik di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
Penelitian ini juga mengkaji hubungan terapi cefotaksim terkait dosis, rute, frekuensi, interval, dan lama pemberian yang dikaitkan dengan data klinik di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
Referensi dokumen
- Efficacy of current guidelines for the treatment of Sponta-neous bacterial peritonitis in the clinical practice. (Angeloni, S., Leboffe, C., Parente, A., Venditti, M., Giordano, A., Merli, M., and Riggio, O., 2008.)
- No references were found for the document (Badawy, A.A., Zaher, T.I.,Sharaf, S. M., Emara, M.H., Shaheen, N.E., Aly, T.F., 2013.)
- Diagnosis and Ascites in liver cirrhosis. (Biecker, E. 2011.)