
Analisis Penyakit Kardiovaskuler dan Gagal Jantung
Informasi dokumen
Bahasa | Indonesian |
Jumlah halaman | 30 |
Format | |
Ukuran | 530.26 KB |
- Penyakit Kardiovaskuler
- Gagal Jantung
- Faktor Risiko Kardiovaskuler
Ringkasan
I.Sistem Kardiovaskular
Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk semua sel hidup dalam tubuh, dan juga membawa produk-produk limbah dari jaringan ke sistem tubuh hingga akhirnya dieliminasi dari tubuh. Jantung adalah organ utama dari sistem kardiovaskular dan bertanggung jawab untuk mendistribusikan darah ke seluruh tubuh manusia.
II.Penyakit Kardiovaskular
Ketika salah satu dari sistem kardiovaskular ini terganggu, maka akan memicu terjadinya penyakit kardiovaskular. Berbagai macam penyakit pembuluh darah, antara lain obesitas, dislipidemia, diabetes mellitus, aterosklerosis, hipertensi, iskemik, stroke, infark miokard, dan berakhir pada gagal jantung yang merupakan end terminal.
Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular adalah nomor satu penyebab kematian secara global. Diperkirakan 17,3 juta orang meninggal akibat CVDs pada tahun 2008, mewakili 30% dari semua kematian global. Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler. Gagal jantung adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Hal tersebut terjadi akibat adanya gangguan yang mengurangi pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokard (disfungsi sistolik).
III.Gagal Jantung
Gagal jantung adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Hal tersebut terjadi akibat adanya gangguan yang mengurangi pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokard (disfungsi sistolik).
1. Definisi dan Epidemiologi
Gagal jantung adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Prevalensi gagal jantung terus meningkat, diperkirakan lebih dari 5,8 juta kasus di Amerika Serikat dan 23 juta kasus di seluruh dunia.
2. Etiologi
Faktor risiko gagal jantung bervariasi, dengan hipertensi sebagai faktor risiko paling umum, diikuti oleh merokok, penyakit jantung koroner (CAD), dan obesitas.
3. Patofisiologi
Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokard (disfungsi sistolik). Mekanisme kompensasi dapat mempertahankan curah jantung saat istirahat, tetapi tidak cukup saat aktivitas fisik.
4. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi untuk gagal jantung meliputi diuretik (untuk mengontrol akumulasi cairan), ACEI (untuk memperlambat progresivitas gagal jantung), ARB (sebagai alternatif ACEI), dan beta-blocker (untuk memblokir reseptor adrenergik beta dan memperlambat detak jantung, mengurangi konsumsi oksigen, dan menghambat aktivasi neurohormonal).
5. Penggunaan Bisoprolol
Bisoprolol adalah beta-blocker selektif yang digunakan sebagai terapi tambahan dalam gagal jantung. Bisoprolol diberikan secara oral, dengan dosis awal 1,25 mg per hari dan ditingkatkan secara bertahap hingga dosis target 10 mg per hari.
IV.Faktor Risiko Gagal Jantung
Menurut hasil studi yang telah dilakukan oleh Dunlay et al., pada kasus gagal jantung, hipertensi merupakan faktor risiko paling sering terjadi dengan persentase 66%, yang diikuti oleh merokok 51%.
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko gagal jantung yang paling sering terjadi, dengan persentase 66%. Hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan darah dapat meningkatkan beban kerja jantung, sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri. Selain itu, hipertensi juga dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis, yang dapat memperburuk gagal jantung.
2. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko gagal jantung karena dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis dapat mempersempit pembuluh darah dan mengurangi aliran darah ke jantung, sehingga menyebabkan gagal jantung.
3. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko gagal jantung karena dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, diabetes, dan sleep apnea. Kondisi-kondisi ini dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menyebabkan gagal jantung.
4. Diabetes
Diabetes merupakan faktor risiko gagal jantung karena dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis. Selain itu, diabetes juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal, yang dapat memperburuk gagal jantung.
5. Sleep apnea
Sleep apnea merupakan faktor risiko gagal jantung karena dapat menyebabkan hipoksemia (kadar oksigen dalam darah rendah). Hipoksemia dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan menyebabkan gagal jantung.
6. Riwayat keluarga gagal jantung
Riwayat keluarga gagal jantung merupakan faktor risiko gagal jantung karena adanya kemungkinan faktor genetik yang meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung.
7. Usia lanjut
Usia lanjut merupakan faktor risiko gagal jantung karena seiring bertambahnya usia, fungsi jantung akan menurun dan lebih rentan terhadap kerusakan.
V.Tujuan Pengobatan Gagal Jantung
Tujuan pengobatan pada pasien gagal jantung yaitu untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dengan mengurangi gejala, memperpanjang usia harapan hidup, dan memperlambat progresi perburukan jantung.
1. Memperbaiki Kualitas Hidup Pasien
Tujuan pengobatan gagal jantung adalah untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dengan cara mengurangi gejala, memperpanjang usia harapan hidup, dan memperlambat progresi perburukan jantung.
2. Strategi Pengobatan
Strategi dalam pengobatan penyakit gagal jantung adalah memperbaiki kontraktilitas miokardial, menurunkan beban awal (preload), dan beban akhir (afterload).
VI.Terapi Farmakologi Gagal Jantung
Terapi farmakologi yang digunakan dalam pengobatan gagal jantung antara lain: Diuretik digunakan untuk mengontrol akumulasi cairan; Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) digunakan untuk memperlambat progresivitas gagal jantung (remodeling), menurunkan preload dan afterload, serta memperbaiki parameter hemodinamik; Angiotensin Receptor Blocker (ARB) sebagai alternatif pada pasien yang tidak dapat menoleransi ACEI; Beta bloker digunakan untuk memblokir reseptor beta adrenergic akibatnya jantung berdetak lebih lambat sehingga dapat menurunkan denyut jantung dan konsumsi oksigen, serta menghambat aktivasi neurohormonal yang menyebabkan disfungsi miosit.
1. Farmakologi pada Gagal Jantung
Tujuan Pengobatan: Memperbaiki kualitas hidup, memperpanjang usia harapan hidup, dan memperlambat progresi perburukan jantung.
2. Beta Bloker
Beta Bloker: Digunakan untuk memblokir reseptor beta adrenergic sehingga jantung berdetak lebih lambat, menurunkan denyut jantung, konsumsi oksigen, dan menghambat aktivasi neurohormonal yang menyebabkan disfungsi miosit.
3. Bisoprolol
Bisoprolol:
- Antagonis selektif β1-adrenoseptif
- Memperlambat aktivitas jantung
- Meredakan gejala pusing atau hipotensi
- Diberikan setelah pasien stabil
- Dosis awal 1,25 mg/hari, dapat meningkat hingga 10 mg/hari.
- Cara Kerja: Memblokir reseptor beta-adrenergik, menurunkan tekanan darah, memudahkan jantung memompa darah.
VII.Bisoprolol untuk Gagal Jantung
Bisoprolol merupakan antagonis selektif - β1 yang diperlihatkan pada uji CIBIS -II tahun 1999, dapat menurunkan mortalitas dengan cara ditambahkan pada terapi standar (ACEI dan diuretik). Bisoprolol biasanya diberikan sebagai terapi tambahan terhadap ACEI ataupun diuretik, dimulai dengan pemberian dosis rendah 1,25 mg per hari dan kemudian meningkat setiap beberapa minggu sampai dosis target tercapai yaitu 10 mg per hari.
1. Definisi dan Klasifikasi Gagal Jantung
Definisi Gagal Jantung: Gagal jantung adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Ketidakmampuan tersebut dapat disebabkan oleh gangguan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau gangguan kontraktilitas miokardium (disfungsi sistolik).
Klasifikasi Gagal Jantung: Berdasarkan etiologinya, gagal jantung dapat dibagi menjadi dua jenis utama:
- Gagal Jantung Sistolik: Terjadi ketika otot jantung melemah dan tidak dapat berkontraksi secara efektif.2. Gagal Jantung Diastolik: Terjadi ketika otot jantung menjadi kaku dan tidak dapat terisi darah dengan baik.
2. Patofisiologi Gagal Jantung
Patofisiologi gagal jantung melibatkan serangkaian peristiwa kompleks yang dimulai dengan gangguan pada fungsi jantung, baik sistolik maupun diastolik. Gangguan ini menyebabkan penurunan curah jantung, yang memaksa tubuh untuk mengkompensasi dengan mengaktifkan mekanisme kompensasi, seperti:
- Peningkatan aktivitas simpatis: Menyebabkan peningkatan denyut jantung dan vasokonstriksi, yang meningkatkan tekanan darah dan curah jantung.2. Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS): Menyebabkan retensi natrium dan air, yang meningkatkan volume darah dan curah jantung.3. Peningkatan sekresi hormon natriuretik atrium (ANP) dan peptida natriuretik tipe B (BNP): Menentang efek RAAS dan menyebabkan pengeluaran natrium dan air, sehingga mengurangi volume darah dan curah jantung.
Jika mekanisme kompensasi ini tidak cukup untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat, maka akan terjadi gagal jantung.
3. Tatalaksana Gagal Jantung
Tatalaksana gagal jantung bertujuan untuk memperbaiki gejala, memperlambat perkembangan penyakit, dan mencegah kematian. Intervensi farmakologis memegang peran penting dalam tatalaksana gagal jantung, di antaranya:
- Diuretik: Digunakan untuk mengurangi kelebihan cairan dan natrium, sehingga menurunkan volume darah dan mengurangi beban kerja jantung.2. Inhibitor ACE (ACE inhibitor): Digunakan untuk menghambat enzim pengubah angiotensin, sehingga menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban kerja jantung.3. Beta-blocker: Digunakan untuk memperlambat denyut jantung dan mengurangi tekanan darah, yang dapat menurunkan beban kerja jantung dan meningkatkan efisiensi pemompaan.4. Antagonis reseptor angiotensin II (ARB): Digunakan untuk memblokir reseptor angiotensin II, sehingga menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban kerja jantung.
4. Bisoprolol untuk Gagal Jantung
Mekanisme Kerja: Bisoprolol adalah beta-blocker generasi kedua yang bekerja dengan memblokir reseptor beta-1 adrenergik di jantung. Blokade ini mengurangi denyut jantung, yang mengarah pada penurunan tekanan darah dan beban kerja jantung.
Efektivitas: Bisoprolol telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala gagal jantung dan meningkatkan kelangsungan hidup. Dalam uji klinis CIBIS-II, penggunaan bisoprolol pada pasien gagal jantung kronis menunjukkan penurunan mortalitas sebesar 12% dibandingkan dengan plasebo.
Dosis dan Cara Pemberian: Bisoprolol biasanya diberikan sekali sehari dengan dosis awal 1,25 mg. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai dosis target 10 mg per hari.
Efek Samping: Seperti beta-blocker lainnya, bisoprolol dapat menyebabkan efek samping, seperti hipotensi, bradikardi, dan pusing. Efek samping biasanya ringan dan dapat hilang seiring waktu.
VIII.Mekanisme Kerja Bisoprolol
Bisoprolol memperlambat aktivitas jantung dengan cara menghentikan pesan (neurotransmitter) yang dikirim oleh saraf simpatis ke jantung. Hal tersebut dilakukan dengan memblokir reseptor beta-adrenergik, akibatnya jantung berdetak lebih lambat sehingga tekanan darah dalam pembuluh darah berkurang dan jantung akan lebih mudah untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
1. Mekanisme Kerja Bisoprolol
- Memperlambat aktivitas jantung dengan memblokir reseptor beta-adrenergik
- Mengurangi aktivitas saraf simpatis ke jantung
- Menurunkan tekanan darah dalam pembuluh darah
- Memudahkan jantung memompa darah ke seluruh tubuh