Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Industri Marmer di Kabupaten Tulungagung

Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Industri Marmer di Kabupaten Tulungagung

Informasi dokumen

Jurusan Ilmu Ekonomi/Manajemen Pembangunan Daerah
Tempat Tulungagung
Jenis dokumen Skripsi/Tesis/Makalah
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 1.73 MB
  • Pengembangan Ekonomi Lokal
  • Industri Marmer
  • Otonomi Daerah

Ringkasan

I.Latar Belakang Penurunan Produksi Industri Marmer Tulungagung dan Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal

Kabupaten Tulungagung, dikenal sebagai Kota Marmer, menghadapi penurunan signifikan produksi industri marmer sejak 2004. Hanya sekitar 30% dari 150 unit usaha yang beroperasi pada tahun 2006. Meskipun terdapat potensi besar cadangan marmer (± 9.855.000 ton), persaingan ketat dan kurangnya inovasi dalam pemasaran menjadi kendala utama. Kenaikan harga BBM juga turut berdampak negatif terhadap operasional para pengrajin Industri Kecil Menengah (IKM). Pemerintah daerah perlu melakukan strategi baru untuk pengembangan ekonomi lokal dan meningkatkan daya saing produk marmer Tulungagung di pasar domestik dan internasional.

1.1 Potensi dan Perkembangan Industri Marmer Tulungagung

Wilayah selatan Kabupaten Tulungagung kaya akan potensi bahan galian golongan C, terutama marmer. Industri marmer di Tulungagung, berpusat di Desa Besole sejak 1961, telah berkembang pesat hingga tahun 2004, menjadikan Kabupaten Tulungagung dikenal sebagai Kota Marmer. Produksi marmer meliputi berbagai macam barang dan perabotan rumah tangga, seperti lantai, dinding, meja, lampu, hingga souvenir. Keunggulan marmer Tulungagung terletak pada warnanya yang mengkilat dan indah. Namun, industri marmer ini berbasis lokal dan tradisional, menggunakan teknologi sederhana yang seringkali dikembangkan sendiri oleh pengrajin. Hal ini menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam konteks pengembangan ekonomi lokal.

1.2 Penurunan Kinerja Industri Marmer Tulungagung dan Peran Pemerintah

Sejak tahun 2004, kinerja industri marmer Tulungagung mengalami penurunan drastis. Pada tahun 2006, hanya sekitar 30% dari 150 unit usaha yang masih beroperasi (Kompas, 2006). Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, persaingan yang ketat dari produk batu alam lain yang dianggap memiliki kualitas lebih baik. Kedua, minimnya tingkat konsumsi marmer. Ketiga, pelaku rumah tangga yang dulunya mengolah limbah dari perusahaan besar kini telah berkurang karena kesulitan dalam pengolahan. Meskipun demikian, potensi marmer di Desa Besole masih melimpah, diperkirakan sekitar ± 9.855.000 ton yang dapat dimanfaatkan hingga ± 50 tahun ke depan (Herman, 2005). Kontribusi pemerintah selama ini dinilai kurang optimal, baik dari sisi bantuan teknis (pelatihan, teknologi) maupun non-teknis (pemasaran), sehingga menghambat pengembangan ekonomi lokal di sektor ini. Kurangnya motivasi dan iklim usaha yang kondusif juga menjadi masalah. Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) juga menjadi faktor eksternal yang berpengaruh signifikan terhadap biaya produksi dan daya saing industri marmer.

1.3 Kebijakan Pemerintah dan Pengembangan Ekonomi Lokal di Tulungagung

Pemerintah Kabupaten Tulungagung telah mengeluarkan Peraturan Daerah No. 11 tahun 2010 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara, yang menekankan pada pengelolaan sumber daya yang berdaya guna, berhasil guna, bertanggung jawab, dan berkelanjutan untuk kesejahteraan rakyat. Salah satu strategi yang diterapkan adalah program pemantauan, penyelidikan, dan penelitian untuk memastikan pengelolaan bahan galian yang baik dan benar. Upaya pengembangan ekonomi lokal juga dilakukan melalui berbagai pelatihan, pameran untuk memperkenalkan produk, serta pemberdayaan masyarakat (Pasal 103 Perda No. 11 Tahun 2010). Tujuannya adalah menciptakan pengelolaan sumber daya marmer yang baik, benar, bijaksana, efektif, dan efisien, menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dan penghematan sumber daya. Namun, penurunan produksi industri marmer menunjukkan perlunya evaluasi dan strategi baru dalam pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Tulungagung.

II.Permasalahan Tantangan Industri Marmer Tulungagung dan Peran Pemerintah

Penurunan produksi industri marmer di Tulungagung disebabkan oleh faktor internal (kurangnya kreativitas dan strategi pemasaran pengrajin) dan eksternal (teknologi, dukungan pemerintah, dan akses perbankan). Pemerintah Kabupaten Tulungagung, melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan, belum memberikan kontribusi yang signifikan, baik berupa bantuan teknis (pelatihan, teknologi) maupun non-teknis (pemasaran). Akibatnya, IKM marmer mengalami penurunan pendapatan, berdampak pula pada Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penelitian ini meneliti strategi Pemerintah Daerah dalam pengembangan ekonomi lokal, khususnya bagi IKM marmer di Tulungagung.

2.1 Faktor Internal yang Mempengaruhi Penurunan Produksi Industri Marmer Tulungagung

Salah satu permasalahan utama yang dihadapi industri marmer Tulungagung adalah penurunan produksi. Faktor internal yang signifikan adalah kurangnya pengembangan ide dan kreativitas para pengrajin dan pemilik industri. Mereka kurang mampu menyusun strategi pemasaran yang efektif untuk produk marmer mereka. Ini menunjukkan pentingnya peningkatan kemampuan manajemen dan inovasi dalam desain produk untuk meningkatkan daya saing di pasar. Kurangnya inovasi dalam mengikuti perkembangan permintaan pasar juga menjadi penyebab utama penurunan produksi. Peningkatan kreativitas dan strategi pemasaran yang tepat sasaran menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini dan mendorong pertumbuhan industri marmer di Tulungagung.

2.2 Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Penurunan Produksi Industri Marmer Tulungagung

Selain faktor internal, beberapa faktor eksternal juga berkontribusi pada penurunan produksi industri marmer Tulungagung. Terbatasnya akses terhadap teknologi modern, kontribusi pemerintah yang kurang memadai, dan keterbatasan akses perbankan menjadi kendala yang signifikan. Pemerintah daerah belum memberikan bantuan teknis yang cukup, seperti pelatihan penggunaan teknologi dan pengadaan mesin-mesin modern bagi para pengrajin Industri Kecil Menengah (IKM)marmer. Bantuan non-teknis seperti dukungan pemasaran juga masih kurang. Keterbatasan akses perbankan juga menghambat pengembangan usaha karena sulitnya mendapatkan modal. Kondisi ini menunjukan perlunya sinergi yang lebih baik antara faktor internal dan eksternal untuk pertumbuhan ekonomi industri kreatifmarmer di Tulungagung. Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) juga berpengaruh signifikan karena sebagian besar proses produksi bergantung pada BBM, sehingga meningkatkan biaya produksi dan mengurangi daya saing.

2.3 Dampak Penurunan Produksi Industri Marmer Tulungagung Implikasi Ekonomi dan Sosial

Penurunan produksi industri marmer di Tulungagung berdampak luas, tidak hanya bagi para pelaku usaha tetapi juga bagi perekonomian daerah secara keseluruhan. Penurunan penghasilan dialami oleh industri, karyawan, dan Pemerintah Daerah melalui penurunan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini terjadi karena industri marmer merupakan salah satu penopang perekonomian Kabupaten Tulungagung. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan manajemen pengembangan organisasi yang efektif, peningkatan kualitas produk, dan peningkatan daya saing. Peran pemerintah sangat krusial dalam memberikan fasilitas, pengarahan, dan memperketat peraturan daerah yang sudah ada guna mendukung pertumbuhan industri marmer dan pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan. Pemerintah juga perlu memberikan pelatihan dan bimbingan untuk meningkatkan hasil produksi dan kualitas produk marmer agar dapat bersaing di pasar nasional dan internasional.

III.Tujuan Penelitian Menganalisis Strategi Pemerintah Daerah dalam Pengembangan Industri Marmer Tulungagung

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung dalam mengembangkan Industri Kecil Menengah (IKM) di sentra industri marmer melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal. Fokus penelitian meliputi analisis kebijakan pemerintah, program, dan kegiatan yang mendukung peningkatan produksi dan pemasaran marmer. Penelitian ini juga akan mengkaji strategi dari perspektif intend to do dan eventually does dalam konteks Organisasi Manajemen Pemerintahan.

3.1 Menganalisis Strategi Pemerintah Kabupaten Tulungagung dalam Pengembangan IKM Marmer

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengungkap strategi Pemerintah Kabupaten Tulungagung dalam mengembangkan Industri Kecil dan Menengah (IKM), khususnya di sentra industri marmer, melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal. Penelitian akan menyelidiki bagaimana pemerintah daerah memilih kebijakan, program, dan kegiatan untuk mendukung pertumbuhan industri marmer. Analisis akan mencakup berbagai aspek, meliputi dukungan teknis seperti pelatihan dan penyediaan teknologi, serta dukungan non-teknis seperti bantuan pemasaran. Tujuannya adalah untuk memahami bagaimana strategi pemerintah daerah tersebut diimplementasikan dan sejauh mana efektivitasnya dalam meningkatkan produksi dan daya saing industri marmer Tulungagung.

3.2 Memahami Perspektif Intend to Do dan Eventually Does dalam Strategi Pengembangan Industri Marmer

Penelitian ini akan menganalisis strategi pengembangan industri marmer dari dua perspektif. Pertama, perspektif intend to do, yang mengkaji apa yang direncanakan oleh organisasi (dalam hal ini pemerintah daerah) untuk dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pengembangan ekonomi lokal. Ini mencakup analisis perencanaan kebijakan, program, dan kegiatan yang dirancang untuk mendukung IKM marmer. Kedua, perspektif eventually does, yang mengamati apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah daerah dalam praktiknya. Analisis ini akan membandingkan rencana dengan realisasi di lapangan, mengungkapkan kesenjangan antara rencana dan implementasi, serta faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas strategi pemerintah daerah dalam pengembangan industri marmer Tulungagung.

3.3 Fokus pada Industri Kecil dan Menengah IKM dalam Pengembangan Ekonomi Lokal

Penelitian ini secara khusus memfokuskan pada peran Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Tulungagung, khususnya di sektor industri marmer. Definisi IKM (Industri Kecil dan Menengah) akan dijelaskan berdasarkan kriteria jumlah tenaga kerja dan omzet penjualan. Analisis akan menekankan pada bagaimana strategi pemerintah daerah diarahkan untuk memberdayakan IKM marmer dan meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian daerah. Penelitian ini akan mengeksplorasi tantangan dan peluang yang dihadapi oleh IKM marmer dalam konteks pengembangan ekonomi lokal dan peran pemerintah dalam mengatasi kendala tersebut. Ini mencakup aspek seperti akses permodalan, pelatihan, dan pemasaran.

IV.Metodologi Penelitian Penelitian Deskriptif Kualitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tulungagung (Bapak Wahyu Tejo dan Bapak Yudha), serta pemilik IKM marmer (H. Sugiran dan Ny. Sukamti). Data sekunder berupa dokumen, peraturan daerah, dan literatur terkait juga digunakan. Teknik analisis data meliputi pengkodean, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan, dengan triangulasi data untuk meningkatkan keabsahan.

4.1 Jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Peneliti akan melukiskan, memaparkan, dan melaporkan keadaan, objek, atau peristiwa terkait strategi pemerintah daerah dalam pengembangan industri marmer di Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini mendeskripsikan strategi pemerintah daerah terkait pemilihan kebijakan, program, dan kegiatan dalam upaya pengembangan industri marmer di Kabupaten Tulungagung. Pendekatan kualitatif dipilih karena memungkinkan pemahaman mendalam tentang konteks dan nuansa yang berkaitan dengan strategi pemerintah dalam pengembangan ekonomi lokal di sektor industri marmer. Data yang dikumpulkan bersifat orisinil dan mendalam untuk memberikan gambaran komprehensif tentang fenomena yang diteliti.

4.2 Sumber Data Data Primer dan Sekunder

Penelitian ini menggunakan dua jenis data: data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui pengumpulan data sendiri, yaitu melalui wawancara dengan narasumber terpercaya. Narasumber utama meliputi Pemerintah Kabupaten Tulungagung, khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan pemilik industri marmer. Wawancara bertujuan untuk menggali informasi terkait strategi pemerintah daerah, kebijakan, program, kegiatan, dan kendala dalam pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) marmer. Data sekunder digunakan sebagai data pendukung data primer, yang meliputi buku, artikel, dokumen, peraturan daerah, dan arsip-arsip terkait kebijakan dan program pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Tulungagung, khususnya yang berkaitan dengan industri marmer.

4.3 Teknik Pengumpulan Data Wawancara Data Sekunder dan Dokumentasi

Teknik pengumpulan data meliputi: wawancara (interview) untuk memperoleh informasi langsung dari narasumber kunci terkait strategi pemerintah daerah dalam pengembangan industri marmer; pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber seperti literatur, dokumen pemerintah, dan peraturan daerah untuk melengkapi dan memperkaya informasi; dan dokumentasi untuk mengumpulkan data dari catatan, laporan, dan administrasi yang relevan dengan penelitian. Pada awalnya, direncanakan wawancara dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, namun digantikan oleh Bapak Wahyu Tejo dan Bapak Yudha dari staf dinas yang menangani industri kimia, khususnya marmer. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan pemilik industri marmer H. Sugiran dan Ny. Sukamti dari Industri Marmer Bintang Indah dan pemilik Industri Marmer Batu Alam di Desa Besole. Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan informasi komprehensif mengenai strategi pengembangan IKM marmer dan pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Tulungagung.

4.4 Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian meliputi individu dan lembaga yang memahami permasalahan, yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertanggung jawab atas pengembangan industri dan para pengusaha industri marmer. Lokasi penelitian berpusat di kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tulungagung dan sentra industri marmer di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Tulungagung. Pemilihan lokasi ini mempertimbangkan kemudahan akses informasi dan kesesuaian dengan IKM marmer dan pengembangan ekonomi lokal yang menjadi fokus penelitian. Penelitian ini juga mencakup IKM lainnya di daerah tersebut yang relevan dengan pengembangan industri marmer.

4.5 Analisis Data Kualitatif dan Keabsahan Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan tahapan: pengkodean data untuk mengelompokkan informasi yang relevan; penyajian data dalam bentuk deskriptif yang mudah dipahami, memadukan data primer dan data sekunder; dan pengambilan kesimpulan yang terintegrasi dan valid. Untuk memastikan keabsahan data, digunakan teknik triangulasi data dengan membandingkan data dari berbagai sumber dan metode. Ini mencakup perbandingan hasil wawancara dengan informan dan key informant, serta perbandingan hasil pengamatan dan wawancara. Tujuannya untuk meningkatkan derajat kepercayaan data dan memastikan hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

V.Kesimpulan Sementara Kebutuhan Strategi Baru untuk Industri Marmer Tulungagung

Secara garis besar, penelitian ini akan mengkaji strategi Pemerintah Kabupaten Tulungagung dalam mengembangkan industri marmer sebagai bagian dari pengembangan ekonomi lokal. Temuan diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi kebijakan dan program pemerintah guna meningkatkan daya saing IKM marmer Tulungagung dan mengatasi penurunan produksi yang terjadi.

5.1 Kesimpulan Sementara Kebutuhan Strategi Baru untuk Industri Marmer Tulungagung

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan yang dihadapi industri marmer Tulungagung, penelitian ini akan menganalisis strategi pemerintah daerah dalam pengembangan ekonomi lokal, khususnya untuk Industri Kecil dan Menengah (IKM) marmer. Penurunan produksi industri marmer yang signifikan sejak tahun 2004, menunjukkan kebutuhan mendesak akan strategi baru yang komprehensif. Tantangan yang dihadapi meliputi faktor internal seperti kurangnya kreativitas dan strategi pemasaran para pengrajin, serta faktor eksternal seperti keterbatasan teknologi, dukungan pemerintah yang kurang optimal, dan kendala akses perbankan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang situasi terkini industri marmer Tulungagung dan memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat guna meningkatkan daya saing dan produktivitas IKM marmer serta mendukung pengembangan ekonomi lokal yang berkelanjutan.

Referensi dokumen

  • Pengertian Strategi (Arvie)
  • Memperkuat Negara (B. Hariwibowo)
  • Pengertian dan Definisi Strategi (Indah F.)
  • Konsep Pengembangan Ekonomi Lokal (Jawoto sih Setyono)