Pengaruh Isu Nuklir Iran Terhadap Kebijakan Politik dan Keamanan Amerika Serikat di Timur Tengah

Pengaruh Isu Nuklir Iran Terhadap Kebijakan Politik dan Keamanan Amerika Serikat di Timur Tengah

Informasi dokumen

Penulis

Arif Adi Bachtiar

instructor/editor Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si
school/university Universitas Muhammadiyah Malang
subject/major Ilmu Hubungan Internasional
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Malang
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 170.87 KB
  • Isu Nuklir Iran
  • Kebijakan Politik Amerika Serikat
  • Hubungan Internasional

Ringkasan

I.Dinamika Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat di Timur Tengah Terkait Isu Nuklir Iran

Skripsi ini menganalisis kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah, khususnya terkait isu nuklir Iran. AS memiliki kepentingan strategis di kawasan kaya minyak ini, dan perkembangan program nuklir Iran dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional Amerika. Ancaman ini direspon dengan berbagai langkah, termasuk sanksi ekonomi, tekanan diplomatik melalui KTT Keamanan Nuklir 2010 yang dihadiri oleh pemimpin dunia seperti Presiden Obama, Hu Jintao, dan Dmitry Medvedev, serta peningkatan kehadiran militer AS di wilayah tersebut, termasuk di pangkalan-pangkalan militer di Bahrain, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Irak, Oman, dan Kuwait. Penelitian ini meneliti bagaimana AS berupaya mengamankan kepentingan strategisnya dengan menggunakan konsep balance of security, terutama dalam menghadapi potensi peningkatan kekuatan militer Iran dan ketidakstabilan politik di Timur Tengah. Peran minyak dalam kebijakan luar negeri AS juga diteliti. Periode penelitian difokuskan pada tahun 2009-2012, bertepatan dengan kepemimpinan Presiden Obama.

1. Kepentingan Strategis AS di Timur Tengah dan Ancaman Nuklir Iran

Bagian ini menjelaskan landasan kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah yang terkait erat dengan kepentingan strategis negara tersebut. Kawasan Timur Tengah, dengan cadangan minyak mencapai 70% dari cadangan dunia, menjadi sangat vital bagi ekonomi AS sebagai konsumen minyak terbesar global. Keterlibatan AS tidak hanya untuk mengamankan pasokan minyak, tetapi juga melindungi investasi perusahaan-perusahaan AS di wilayah tersebut. Posisi geografis Timur Tengah yang strategis, menjadi poros jalur dunia antara Eropa, Asia, dan Afrika, semakin memperkuat kepentingan AS di kawasan ini. Namun, perkembangan program nuklir Iran menjadi perhatian utama, dianggap sebagai ancaman serius terhadap keamanan nasional AS. Ketegangan antara AS dan Iran terkait teknologi nuklir menjadi fokus utama, di mana Iran mengklaim pengembangan nuklirnya semata-mata untuk pembangkit listrik, sementara AS memandangnya sebagai potensi ancaman yang berbahaya.

2. Respon AS terhadap Isu Nuklir Iran Sanksi dan Peningkatan Kehadiran Militer

Sebagai respon atas ancaman yang ditimbulkan oleh program nuklir Iran, AS mengambil berbagai langkah. AS berupaya merundingkan sanksi terhadap Iran dengan melibatkan negara-negara anggota NPT dan OKI. Puncaknya adalah KTT Keamanan Nuklir di Washington pada 12-13 April 2010, dihadiri 47 pemimpin negara, termasuk Presiden Obama, Hu Jintao, Dmitry Medvedev, Nicolas Sarkozy, Manmohan Singh, dan Yukio Hatoyama. Pertemuan ini bertujuan untuk melobi dukungan internasional atas sanksi baru terhadap Iran, dengan dalih mencegah teknologi nuklir jatuh ke tangan yang salah, seperti kelompok teroris. Selain upaya diplomatik dan sanksi, AS juga meningkatkan kehadiran militernya di Timur Tengah. Pengiriman kapal induk USS John C. Stennis dan penempatan sekitar 15.000 pasukan AS di Kuwait menjadi contoh nyata peningkatan kekuatan militer AS di kawasan tersebut. Kehadiran militer ini juga dikaitkan dengan sejarah keluarnya Inggris dari Terusan Suez pada 1968, yang memberikan peluang bagi AS untuk memperluas pengaruhnya di Teluk Persia dan meningkatkan intervensi di Timur Tengah.

3. Faktor Ekonomi dan Politik dalam Kebijakan AS terhadap Iran

Kebijakan luar negeri AS terhadap Iran tidak dapat dipisahkan dari faktor ekonomi, terutama terkait minyak. Sebagai negara konsumen minyak terbesar, AS sangat berkepentingan dengan kelancaran pasokan minyak dari Timur Tengah. Adanya perusahaan-perusahaan AS yang dinasionalisasi di Iran memperkeruh hubungan dan menyebabkan AS menerapkan kebijakan yang lebih keras, seperti embargo senjata dan ekonomi. AS juga berupaya menciptakan opini internasional yang menggambarkan Iran sebagai ancaman global karena program nuklirnya, terutama selama kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad. Keterkaitan antara faktor ekonomi (minyak), keamanan nasional, dan kepentingan politik AS dalam menghadapi Iran terlihat jelas, membentuk dinamika kebijakan luar negeri AS yang kompleks dan berlapis.

II.Analisis Kerangka Pemikiran Kebijakan Luar Negeri AS dan Isu Nuklir Iran

Analisis menggunakan teori Foreign Policy Analysis dan konsep balance of security. Teori Foreign Policy Analysis menekankan bagaimana proses pengambilan keputusan (decision making process) di AS membentuk kebijakan luar negeri, yang didorong oleh kepentingan nasional. Konsep balance of security menjelaskan bagaimana AS berupaya menyeimbangkan kekuatan di Timur Tengah untuk melindungi sekutunya dan mencegah pengaruh Iran. Faktor-faktor internal dan eksternal AS yang mempengaruhi kebijakan luar negeri, termasuk opini publik internasional, peran birokrasi, karakteristik pemimpin (Presiden Obama), dan kepentingan ekonomi (minyak) dipertimbangkan. Penelitian ini menelusuri bagaimana faktor-faktor tersebut berkontribusi pada kebijakan AS terhadap isu nuklir Iran.

1. Teori Foreign Policy Analysis dan Proses Pengambilan Keputusan

Bagian ini membahas kerangka teori Foreign Policy Analysis sebagai landasan analisis kebijakan luar negeri AS. Teori ini menekankan pentingnya proses pengambilan keputusan (decision-making process) dalam membentuk kebijakan luar negeri suatu negara. Menurut Holsti, kebijakan luar negeri adalah serangkaian sikap, tindakan, atau ide yang dirancang oleh pembuat kebijakan untuk mengatasi masalah internal maupun eksternal. Kebijakan luar negeri juga merupakan upaya negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya (national interest). Dengan demikian, analisis ini menitikberatkan pada bagaimana proses pengambilan keputusan di pemerintahan AS, yang melibatkan berbagai aktor seperti Menteri Luar Negeri, Menteri Pertahanan, anggota legislatif, dan Presiden, mempengaruhi kebijakan terhadap Iran, terutama terkait isu nuklir.

2. Konsep Balance of Security dalam Hubungan AS Iran

Bagian ini menggunakan konsep balance of security sebagai kerangka analisis untuk menjelaskan keterlibatan AS di Timur Tengah. Konsep ini, yang dikutip dari Rayhan Barzegar, menjelaskan bagaimana AS berusaha mengamankan kepentingan strategisnya dengan menghindari sumber bahaya dan menjaga stabilitas politik di kawasan tersebut. Keterlibatan AS bertujuan untuk melindungi negara-negara mitra di Timur Tengah dari pengaruh Iran, terutama dalam konteks pengembangan nuklir Iran. Konsep balance of security menjelaskan dorongan AS untuk aktif menjaga hubungan dengan negara-negara mitra di Timur Tengah, terutama dalam menghadapi kekhawatiran terhadap peningkatan kekuatan militer dan pengembangan nuklir Iran. Perbedaan ideologis antara Iran dan beberapa negara Timur Tengah lainnya, serta penolakan Iran terhadap intervensi Barat, turut dipertimbangkan dalam konteks ini.

3. Faktor faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Kebijakan AS

Analisis ini mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kebijakan AS. Faktor eksternal meliputi struktur sistem internasional (bipolar, unipolar, atau multipolar), yang mempengaruhi keberpihakan negara lain; struktur ekonomi internasional (tingkat globalisasi), yang berdampak pada kepentingan ekonomi nasional AS; dan reaksi negara lain terhadap permasalahan yang dihadapi AS. Faktor internal meliputi kondisi domestik, seperti kondisi geografis dan topografi, atribut nasional (luas wilayah, populasi, sistem ekonomi), struktur pemerintahan dan filosofi, opini publik, dan peran birokrasi. Bagian ini menganalisis bagaimana faktor-faktor ini, termasuk karakter kepemimpinan Presiden Obama dan pengaruh euforia kemenangan pemilu 2009, memengaruhi kebijakan AS terhadap Iran.

III.Metodologi Penelitian Pendekatan Deskriptif Kualitatif

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan studi pustaka (library research) sebagai teknik pengumpulan data. Data sekunder dari buku, jurnal, koran, majalah, dan internet dianalisis untuk memahami kebijakan politik dan keamanan AS terkait isu nuklir Iran di Timur Tengah. Analisis data kualitatif menghasilkan gambaran jelas tentang bagaimana AS merespon pengembangan nuklir Iran dan upaya AS untuk memobilisasi dukungan internasional melalui sanksi.

1. Jenis dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menjelaskan kebijakan politik dan keamanan Amerika Serikat (AS) terhadap Timur Tengah terkait pengembangan nuklir Iran. Penelitian difokuskan pada bagaimana AS menerapkan kebijakan tersebut, mengingat pentingnya negara-negara Timur Tengah sebagai mitra AS agar tidak mendukung Iran secara politis, ekonomi, dan militer. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada analisis kebijakan AS terhadap pengembangan nuklir Iran di Timur Tengah, tanpa membahas isu-isu lain yang mungkin terkait. Metode deskriptif dipilih karena bertujuan untuk menjawab pertanyaan 'siapa', 'apa', 'dimana', 'kapan', dan 'berapa' terkait permasalahan yang dibahas, merupakan upaya pelaporan atas apa yang terjadi. Penelitian ini bersifat deskriptif, sebelum nantinya dilakukan analisis yang lebih mendalam.

2. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka (library research), yang berarti data yang diperoleh bersumber dari data sekunder seperti buku, jurnal, surat kabar, majalah, dan internet. Sumber-sumber tersebut dipilih karena relevan dan sesuai dengan tema dan permasalahan yang dibahas dalam penelitian. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif. Analisis kualitatif ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang objek penelitian, yaitu kebijakan AS terhadap Iran, dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Analisis ini akan menjelaskan bagaimana AS menerapkan kebijakan luar negeri di bidang keamanan, seperti pengiriman armada tempur dan personel militer, serta upaya untuk mengajak dunia internasional menyetujui sanksi terhadap Iran.

3. Batasan Waktu dan Materi Penelitian

Penelitian ini membatasi waktu penelitian pada tahun 2009-2012 untuk memfokuskan analisis pada pengaruh isu nuklir Iran terhadap kebijakan politik dan keamanan AS terhadap Iran di Timur Tengah selama periode tersebut. Pembatasan waktu ini penting karena perubahan politik luar negeri sangat dipengaruhi oleh karakteristik pemimpin yang berkuasa, dalam hal ini Presiden Obama. Batasan materi penelitian difokuskan pada kebijakan politik dan keamanan AS terhadap Iran di Timur Tengah, tidak memperluas pembahasan ke wilayah lain atau isu-isu internasional lainnya. Penelitian ini terfokus pada bagaimana AS mencoba mengamankan kepentingan strategisnya di Timur Tengah di tengah isu nuklir Iran yang sangat sensitif.

IV.Asumsi Dasar dan Batasan Penelitian

Penelitian ini berasumsi bahwa kekhawatiran AS terhadap eskalasi pengembangan nuklir Iran dan dampaknya terhadap stabilitas Timur Tengah adalah pendorong utama kebijakan AS. Penelitian dibatasi pada periode 2009-2012 dan berfokus pada kebijakan AS terhadap Iran di Timur Tengah, khususnya terkait isu nuklir Iran.

1. Asumsi Dasar Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa kebijakan politik dan keamanan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran di Timur Tengah, khususnya terkait isu nuklir, didorong oleh kekhawatiran AS akan meningkatnya eskalasi pengembangan nuklir Iran. Penelitian berasumsi bahwa pengembangan nuklir Iran telah menyebabkan peningkatan anggaran militer Iran untuk pertahanan, khususnya untuk melindungi fasilitas pengayaan uranium. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di negara-negara tetangga Iran yang hubungannya dengan Iran tidak harmonis. Dengan kata lain, penelitian ini berangkat dari premis bahwa kekhawatiran AS terhadap potensi ancaman militer dan ketidakstabilan regional yang disebabkan oleh program nuklir Iran menjadi faktor utama dalam membentuk kebijakan AS.

2. Batasan Waktu dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membatasi ruang lingkup dan waktu penelitian. Secara temporal, penelitian difokuskan pada periode 2009-2012, dengan alasan bahwa perubahan kebijakan luar negeri sangat dipengaruhi oleh karakter pemimpin yang berkuasa pada saat itu, yaitu Presiden Obama. Secara substansial, penelitian ini hanya menganalisis kebijakan politik dan keamanan AS terhadap Iran di Timur Tengah, tidak memperluas analisis ke wilayah geografis lain atau isu lain yang mungkin berkaitan dengan hubungan AS-Iran. Fokus utama tetap pada bagaimana AS merespon pengembangan nuklir Iran dan dampaknya terhadap stabilitas regional.