
Keterlibatan China dalam Pembangunan dan Kerjasama dengan Afrika
Informasi dokumen
Penulis | Zainuddin Djafar |
Sekolah | Universitas Indonesia (UI-Press) |
Jurusan | Tidak Tersebut Secara Eksplisit |
Tempat | Tidak Tersebut Secara Eksplisit |
Jenis dokumen | Kajian atas pasar dan politik domestik, relevansi perjanjian Cotonou, dan marketing power diplomasi piala dunia 2010 |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 293.42 KB |
- Hubungan Internasional
- Kerjasama China-Afrika
- Forum On China Africa Cooperation
Ringkasan
I.Hubungan Ekonomi China Afrika dan Peran FOCAC
Dokumen ini membahas diplomasi ekonomi China di Afrika, khususnya hubungannya dengan Angola, melalui Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC). Keterlibatan ekonomi China di Afrika telah meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir, dengan China menjadi mitra dagang terbesar benua tersebut. FOCAC, yang didirikan pada tahun 2000, memfasilitasi peningkatan perdagangan, investasi, dan bantuan antara China dan negara-negara Afrika. Pertumbuhan perdagangan bilateral yang signifikan antara China dan beberapa negara Afrika, termasuk Angola, diulas dalam dokumen ini. Penelitian ini menitikberatkan pada bagaimana China memanfaatkan FOCAC sebagai alat diplomasi ekonomi untuk mencapai tujuan politik dan ekonomi di Afrika.
1. Pertumbuhan Hubungan Ekonomi China Afrika
Bagian ini menjelaskan peningkatan signifikan keterlibatan ekonomi China di Afrika selama beberapa dekade terakhir. Perdagangan antara China dan Afrika mencapai US$ 106,8 miliar pada tahun 2008, menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Selain perdagangan, investasi China dan bantuan pembangunan di Afrika juga meningkat secara substansial. China telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan hubungan positif dengan negara-negara Afrika, termasuk penghapusan sebagian utang negara-negara tersebut dan perluasan akses pasar. Pertumbuhan ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam hubungan internasional, dengan China memainkan peran yang semakin berpengaruh dalam ekonomi Afrika. Kenaikan tajam dalam perdagangan bilateral, mencapai hampir US$ 115 miliar pada tahun 2010, menggarisbawahi pentingnya hubungan ekonomi ini. Meskipun terdapat kritik terhadap cara China memperoleh sumber daya Afrika, dengan investasi langsung China meningkat dari US$ 500 juta pada tahun 2003 menjadi US$ 9 miliar pada tahun 2009, peningkatan ini tetap menunjukkan skala besar dari keterlibatan ekonomi China di benua tersebut. Hal ini juga menunjukkan kebutuhan China akan sumber daya alam Afrika dan kebutuhan Afrika akan investasi infrastruktur.
2. Peran Forum on China Africa Cooperation FOCAC
Sebagai respons terhadap pertumbuhan hubungan ekonomi China-Afrika, Forum on China-Africa Cooperation (FOCAC) didirikan. FOCAC, yang pertama kali diadakan di Beijing pada Oktober 2000, dihadiri oleh 80 kementerian dan 53 negara Afrika. China berkomitmen untuk menghapus utang negara-negara Afrika sebesar ¥10 miliar (US$ 1,2 juta) pada forum tersebut. FOCAC telah menjadi platform utama bagi kerjasama ekonomi antara China dan negara-negara Afrika, bertujuan untuk mempromosikan hubungan yang lebih maju antara kedua belah pihak. FOCAC telah menyelenggarakan beberapa pertemuan puncak, termasuk di Addis Ababa (Desember 2003), Beijing (November 2006), Sharm El Sheikh (November 2009), dan Beijing (Juli 2012). Tujuan utama FOCAC adalah untuk memajukan hubungan antara China dan negara-negara Afrika yang memiliki hubungan diplomatik, serta meningkatkan bantuan ke Afrika, mempromosikan resolusi konflik, dan membangun kemitraan yang setara dan saling menghormati. Peran FOCAC sebagai forum kerjasama merupakan aspek kunci dalam memahami strategi diplomasi ekonomi China di Afrika. Keberhasilan dan dampak dari komitmen FOCAC perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui implementasinya di negara-negara Afrika.
3. Perbandingan dengan Negara negara Barat
Pengaruh dan peningkatan kepentingan ekonomi China di Afrika relatif baru dibandingkan dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini terkait dengan kemajuan ekonomi China sejak bergabung dengan World Trade Organization (WTO) pada akhir Desember 2001. Negara-negara Afrika terus mengamati perilaku ekonomi China dengan seksama, khususnya dalam hal kebijakan ekonomi, investasi, dan perdagangan. China's engagement in Africa reflects a strategic shift in global economic power dynamics. The rapid growth of China's economy and its increasing need for resources, particularly oil, has driven this expansion of its economic presence in Africa. While the benefits of this economic engagement for both China and African nations are significant, it is also important to consider potential challenges and criticisms. This includes concerns about resource extraction, the impact on local industries and the overall sustainability of the economic model.
II.Hubungan Bilateral China Angola Studi Kasus Minyak dan Investasi
Sebagai studi kasus, dokumen ini secara khusus mengkaji hubungan bilateral China-Angola. Angola, sebagai penghasil minyak utama di Afrika, berperan penting dalam memenuhi kebutuhan energi China. Kemitraan ini ditandai dengan peningkatan signifikan dalam perdagangan bilateral, yang mencapai US$ 12 miliar pada tahun 2006, menjadikan Angola sebagai mitra dagang utama China di Afrika. Investasi China di Angola, khususnya di sektor infrastruktur, juga mengalami pertumbuhan yang pesat. Pinjaman dari Export-Import Bank of China (EXIM Bank) senilai US$ 2 miliar pada tahun 2004 untuk rekonstruksi infrastruktur di Angola merupakan contoh utama dari hal ini. Hubungan ini didasarkan pada saling ketergantungan: China membutuhkan pasokan minyak mentah Angola, sementara Angola membutuhkan investasi dan bantuan infrastruktur dari China. Dokumen ini menganalisis diplomasi ekonomi yang digunakan China dalam hubungan ini.
1. Angola Produsen Minyak dan Mitra Dagang Utama China
Dokumen ini menyorot hubungan bilateral antara China dan Angola, yang ditandai oleh peningkatan perdagangan yang signifikan. Angola, sebagai penghasil minyak terbesar kedua di Afrika setelah Nigeria, memiliki cadangan minyak yang menguasai hampir 50% dari total pengeluaran ekonomi dan 90% dari total ekspor serta 80% dari pendapatan pemerintah negara tersebut. Kebutuhan China akan pasokan minyak yang terus meningkat membuat Angola menjadi mitra penting. Pertumbuhan perdagangan bilateral antara kedua negara sangat pesat; dimulai dari kisaran US$ 150 juta hingga US$ 700 juta pada tahun 1990-an, kemudian mencapai US$ 1,8 miliar pada tahun 2000, dan meningkat empat kali lipat menjadi US$ 6,9 miliar pada akhir tahun 2005. Pada tahun berikutnya, angka tersebut melonjak lagi menjadi US$ 12 miliar, menjadikan Angola sebagai mitra dagang utama China di Afrika. Ketergantungan ekonomi ini menciptakan hubungan saling menguntungkan: Angola membutuhkan bantuan pembangunan ekonomi, sementara China membutuhkan pasokan minyak mentah.
2. Investasi China di Sektor Infrastruktur Angola
Salah satu bentuk kerjasama utama antara China dan Angola adalah investasi besar-besaran China di sektor infrastruktur Angola. Puncak hubungan ini tercatat pada tahun 2004, ketika Export-Import Bank of China (EXIM Bank) memberikan pinjaman sebesar US$ 2 miliar untuk mendanai rekonstruksi infrastruktur di Angola. Sejak itu, hubungan bilateral terus diperkuat melalui kunjungan-kunjungan pejabat tinggi kedua negara. Investasi ini, selain membantu pembangunan infrastruktur Angola, juga memberikan akses bagi China terhadap sumber daya alam Angola, terutama minyak mentah. Ekspor minyak Angola dan pinjaman luar negeri dari China sangat membantu mendorong laju pertumbuhan ekonomi Angola. Meskipun terdapat potensi tantangan dan kritik terkait model kerjasama ini, investasi infrastruktur tersebut merupakan bukti komitmen China dalam hubungan ekonomi jangka panjang dengan Angola.
3. Model Kerjasama yang Menguntungkan Kedua Negara
China menawarkan bantuan kepada Angola dengan syarat yang menguntungkan, yaitu pengembalian pinjaman berupa minyak mentah. Selain itu, China memberikan jangka waktu yang cukup panjang untuk pengembalian pinjaman, dan menjanjikan bantuan yang signifikan untuk kebangkitan ekonomi Angola. Model kerjasama ini mencerminkan strategi diplomasi ekonomi China yang mengutamakan hubungan saling menguntungkan. Angola, yang membutuhkan bantuan pembangunan ekonomi, menerima investasi dan bantuan infrastruktur dari China, sedangkan China mendapat akses terhadap sumber daya alam yang penting untuk perekonomiannya. Meskipun terdapat perbedaan pandangan dan perspektif mengenai implikasi dari kerjasama ini, model kerjasama China-Angola ini terus berlanjut dengan berbagai rencana dan kesepakatan baru yang terus dikembangkan oleh kedua negara. Hal ini menunjukkan keberhasilan awal dari strategi diplomasi ekonomi China di Angola.
III.Teori Diplomasi Ekonomi dan Soft Power
Dokumen ini menggunakan berbagai teori untuk menganalisis diplomasi ekonomi China di Afrika. Konsep diplomasi ekonomi, yang meliputi penggunaan pengaruh politik dan sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan politik, dibahas secara rinci. Soft power, sebagai kemampuan untuk mempengaruhi melalui daya tarik, juga diidentifikasi sebagai elemen penting dalam strategi China di Afrika. Teori-teori ini digunakan untuk memahami bagaimana China membangun dan mempertahankan hubungan ekonomi yang menguntungkan dengan negara-negara Afrika, khususnya Angola, melalui FOCAC.
1. Definisi Diplomasi Ekonomi
Dokumen ini mendefinisikan diplomasi ekonomi berdasarkan pandangan Bayne dan Woolcock sebagai serangkaian aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi lintas batas seperti ekspor, impor, investasi, pinjaman, bantuan, dan migrasi. Aktivitas ini dilakukan oleh aktor negara dan non-negara. Diplomasi ekonomi meliputi penggunaan pengaruh politik dan hubungan untuk mempromosikan perdagangan dan investasi, memperbaiki fungsi pasar, mengatasi kegagalan pasar, dan mengurangi biaya serta risiko transaksi lintas batas. Selain itu, diplomasi ekonomi juga melibatkan penggunaan aset ekonomi dan hubungan untuk meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan dan stabilitas politik, guna meningkatkan keamanan ekonomi. Hal ini mencakup kebijakan struktural, perjanjian perdagangan bilateral, dan upaya untuk mengkonsolidasikan iklim politik yang tepat dalam lingkungan ekonomi politik internasional. Diplomasi ekonomi juga bisa diartikan sebagai upaya untuk menciptakan keamanan ekonomi, yang didefinisikan sebagai keamanan yang berdasar pada hubungan ekonomi internasional, seperti perdagangan barang dan jasa serta arus modal. Diplomasi ekonomi berperan dalam manajemen risiko situasi internasional yang kritis dan realitas global baru.
2. Diplomasi Ekonomi sebagai Strategi Keamanan Ekonomi
Dokumen ini menjelaskan diplomasi ekonomi sebagai sistem tiga pilar: penggunaan pengaruh politik, peningkatan biaya konflik, dan konsolidasi lingkungan politik dan ekonomi internasional yang tepat. Diplomasi ekonomi digunakan untuk menghasilkan dan meningkatkan keamanan ekonomi, karena negara tidak hanya memerlukan kekuatan militer tetapi juga kekuatan ekonomi. Bentuk baru diplomasi ekonomi adalah mengembangkan strategi pemasaran suatu bangsa berdasarkan analisis kondisi ekonominya, yang mendorong investasi dan akses pasar internasional. Diplomasi ekonomi, sebagai variasi diplomasi publik, melibatkan berbagai aktor, termasuk instansi pemerintah dan LSM yang terlibat dalam kegiatan ekonomi internasional. Dalam konteks ini, peran lembaga internasional seperti WTO dan BIS juga penting untuk dipertimbangkan. Pentingnya diplomasi ekonomi bagi negara-negara semakin terlihat karena negara-negara saling membutuhkan satu sama lain untuk pemenuhan kebutuhan warga negaranya.
3. Konsep Soft Power dalam Diplomasi Ekonomi
Dokumen ini juga membahas konsep soft power, mengacu pada definisi Joseph Nye sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai hasil yang diinginkan melalui daya tarik, bukan paksaan atau pembayaran. Soft power bergantung pada sumber daya budaya, nilai, dan kebijakan suatu negara. Diplomasi memiliki sejarah panjang dalam mempromosikan soft power dan penting dalam memenangkan persaingan geopolitik. Soft power dianggap penting dalam menghadapi terorisme transnasional, dimana memenangkan hati dan pikiran lebih efektif daripada mengandalkan hard power saja. Diplomasi yang cerdas memerlukan kredibilitas, self-kritik, dan peran masyarakat sipil dalam menghasilkan soft power. Konsep soft power digunakan untuk menganalisis bagaimana China menjalankan diplomasi ekonomi, mempertimbangkan bagaimana daya tarik dan pengaruh budaya dapat berkontribusi pada keberhasilan kerjasama ekonomi dengan negara-negara lain.
IV.Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menganalisis data sekunder dari berbagai sumber, termasuk literatur, jurnal, surat kabar, dokumen resmi, dan internet. Data ini kemudian dianalisis menggunakan kerangka teori diplomasi ekonomi dan soft power untuk memahami diplomasi ekonomi China-Afrika melalui FOCAC, khususnya hubungan China-Angola.
1. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder yang bersumber dari studi pustaka. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber seperti literatur, majalah, surat kabar, dokumen resmi (yang diterbitkan maupun tidak), internet, dan sumber-sumber lain yang dianggap relevan. Penggunaan data sekunder ini memungkinkan peneliti untuk menganalisis informasi yang telah ada dan tersedia, sehingga fokus penelitian dapat diarahkan pada analisis dan interpretasi data yang telah dikumpulkan. Proses pengumpulan data ini menekankan pada pencarian dan seleksi informasi yang relevan dengan topik penelitian, yaitu diplomasi ekonomi China ke Angola melalui FOCAC. Data yang telah dikumpulkan kemudian akan dianalisis menggunakan kerangka teori yang telah ditetapkan sebelumnya, yang akan membantu menjelaskan dan menginterpretasikan temuan penelitian.