
Kerjasama Australia-Indonesia dalam Meningkatkan Pendidikan Melalui AusAID pada Masa SBY
Informasi dokumen
Penulis | Eni Farida |
instructor/editor | Demeiati Nur Kusumaningrum, MA |
school/university | Universitas Muhammadiyah Malang |
subject/major | Hubungan Internasional |
Jenis dokumen | Skripsi |
city_where_the_document_was_published | Malang |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 228.79 KB |
- Kerjasama Australia-Indonesia
- Pendidikan
- AusAID
Ringkasan
I.Kerjasama AusAID dalam Peningkatan Pendidikan Indonesia Masa Pemerintahan SBY 2009 2013
Skripsi ini meneliti kerjasama bilateral antara Australia dan Indonesia dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia melalui program AusAID, khususnya selama periode pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2009-2013. Fokus penelitian adalah bentuk-bentuk kerjasama yang dilakukan, meliputi dimensi sosial, budaya, ekonomi, dan politik, serta dampaknya terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Penelitian ini juga membahas kepentingan nasional Australia di balik bantuan pendidikan yang diberikan, menganalisis bagaimana AusAID berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan dan pembangunan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, mengkaji data dari berbagai sumber, termasuk literatur, jurnal, dan situs web resmi.
1. Latar Belakang Kerjasama AusAID dan Pendidikan Indonesia
Bagian ini membahas konteks kerjasama Australia-Indonesia dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (2009-2013). Ditekankan masalah rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia akibat keterbatasan sumber daya manusia, rendahnya kesadaran akan pendidikan, dan faktor ekonomi. Kerjasama internasional, termasuk kerjasama bilateral seperti dengan Australia melalui AusAID, dipandang sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan penduduk besar dan beragam etnis, memiliki posisi strategis dalam kebijakan luar negeri Australia. Hubungan bilateral kedua negara telah mengalami pasang surut, ditandai dengan peristiwa seperti lepasnya Timor Timur dan bom Bali. Namun, Indonesia tetap menjadi negara tetangga terpenting bagi Australia. Kerjasama bilateral bertujuan untuk membantu Indonesia mengatasi kemiskinan, meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan, mensejahterakan masyarakat, dan memperbaiki tata kelola pemerintahan. Kualitas sumber daya manusia menjadi kunci kemajuan suatu negara, dan pendidikan berperan sentral dalam pembangunan.
2. AusAID dan Sejarah Kerjasamanya dengan Indonesia
Bagian ini menjelaskan sejarah dan peran AusAID dalam kerjasama pembangunan dengan Indonesia. AusAID, awalnya bernama Australian Development Assistance Agency (ADAA), dibentuk pada tahun 1974 dan telah bermitra dengan Indonesia selama lebih dari 60 tahun. Kerjasama dimulai sejak awal tahun 1950-an, salah satunya dalam bidang pendidikan melalui bantuan beasiswa Colombo Plan. Kerjasama ini terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan yang selalu berubah. Pada masa pemerintahan SBY, hubungan Australia-Indonesia semakin baik dan harmonis, terlihat dari kerja sama yang erat, termasuk saat bencana tsunami Aceh tahun 2004. Australia menjadi salah satu donor utama bantuan kemanusiaan bagi Indonesia sejak krisis ekonomi akhir tahun 1990-an, dan terus berkomitmen membantu Indonesia melalui proyek-proyek kerjasama AusAID. AusAID juga berperan dalam mengatasi permasalahan HIV/AIDS di Indonesia, khususnya di Papua, sebagai bentuk keprihatinan dan kerjasama antar regional di Asia. AusAID mendukung pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, lapangan kerja, kesehatan, pendidikan, demokrasi, keadilan, dan tata kelola pemerintahan.
3. Manfaat dan Tujuan Penelitian serta Metodologi
Bagian ini menjabarkan manfaat teoritis dan praktis penelitian. Secara teoritis, penelitian diharapkan menjadi referensi dalam kajian Ilmu Hubungan Internasional dan tinjauan pustaka bagi akademisi. Secara praktis, penelitian memberikan informasi dan masukan untuk memecahkan masalah penelitian selanjutnya terkait kerjasama Australia-Indonesia melalui AusAID, dan menjawab latar belakang pemberian bantuan Australia kepada Indonesia. Penelitian ini membandingkan dengan studi lain, seperti penelitian Sokep Mustofa tentang kerjasama Australia-Indonesia untuk HIV/AIDS. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, mengumpulkan data melalui studi literatur dari buku, jurnal, surat kabar, internet, dan sumber lain yang relevan. Data dianalisis dengan cara memilah data penting dan tidak penting sesuai kategorinya, kemudian diinterpretasikan sesuai topik penelitian. Penelitian dibatasi pada kerjasama Australia-Indonesia dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia pada masa pemerintahan SBY (2009-2013), menjelaskan kerjasama melalui AusAID, bentuk kerjasama, dan dampaknya terhadap pembangunan pendidikan Indonesia. Konsep kerjasama bilateral dan kepentingan nasional menjadi fokus analisis.
4. Konsep Kerjasama Bilateral dan Kepentingan Nasional
Bagian ini menjelaskan konsep kerjasama bilateral dan kepentingan nasional dalam konteks hubungan internasional. Hubungan bilateral dijelaskan sebagai hubungan timbal balik antara dua pihak, dilakukan untuk mencapai kepentingan nasional masing-masing negara. Kerjasama terjadi karena ketidakmampuan suatu negara untuk memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Definisi kerjasama internasional menurut Benyamin Molan dan Joseph Grieco dijelaskan, menekankan pada aspek saling menguntungkan dan pencapaian kepentingan nasional. Kerjasama pembangunan program bantuan pemerintah Australia untuk Indonesia melalui AusAID mendukung kepentingan nasional Australia dengan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan di negara berkembang. Penelitian ini mengkaji bentuk-bentuk kerjasama AusAID yang mencakup empat dimensi (sosial, budaya, ekonomi, politik), serta bantuan lain di luar empat dimensi tersebut. Definisi pendidikan menurut Undang-Undang Dasar No. 20 Tahun 2003 juga dijelaskan untuk memperkuat pemahaman tentang tujuan kerjasama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
II.Bentuk Bentuk Kerjasama Australia Indonesia melalui AusAID
Kerjasama Australia-Indonesia melalui AusAID dalam bidang pendidikan telah berlangsung sejak tahun 1950-an, dimulai dengan pemberian beasiswa melalui Colombo Plan. Bentuk kerjasama meliputi berbagai program peningkatan kualitas pendidikan, yang berdampak pada peningkatan sumber daya manusia Indonesia. AusAID secara aktif mendukung berbagai inisiatif pendidikan yang selaras dengan kepentingan nasional kedua negara. Penelitian ini akan mengidentifikasi bentuk-bentuk kerjasama tersebut secara rinci, serta menganalisis dampaknya terhadap berbagai dimensi pembangunan di Indonesia. Program bantuanAusAID mencakup berbagai aspek, tidak hanya terbatas pada empat dimensi yang diteliti, mencakup juga aspek lain untuk mendukung tujuan kerjasama bilateral ini.
1. Sejarah Kerjasama AusAID dalam Pendidikan
Dokumen tersebut mencatat bahwa kerjasama antara Australia dan Indonesia melalui AusAID dalam bidang pendidikan telah berlangsung lama, dimulai sejak awal tahun 50-an. Kerjasama ini diawali dengan pemberian bantuan beasiswa yang dibiayai melalui Colombo Plan. AusAID sendiri didirikan pada tahun 1974, awalnya bernama Australian Development Assistance Agency (ADAA), kemudian berubah menjadi Australian Development Assistance Bureau (ADAB) sebelum akhirnya menjadi AusAID seperti yang kita kenal sekarang. Terlihat adanya evolusi dan adaptasi program AusAID terhadap kebutuhan yang selalu berubah sepanjang tahun. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, hubungan bilateral kedua negara dalam hal kerjasama ini meningkat pesat, yang ditandai dengan kerjasama yang lebih harmonis. Kedekatan pribadi antara Presiden SBY dan pemerintah Australia turut menjadi faktor pendorong keberhasilan kerjasama ini. Bahkan saat bencana tsunami Aceh 2004, Australia menjadi salah satu donor utama bantuan kemanusiaan untuk Indonesia, menunjukkan komitmen yang kuat dalam hubungan bilateral.
2. AusAID dan Dimensi Kerjasama dalam Pendidikan
Kerjasama Australia-Indonesia melalui AusAID dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, mencakup empat dimensi utama: sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dimensi sosial menekankan pada peran pendidikan dalam menciptakan integrasi sosial melalui pembentukan organisasi dan komunitas. Dimensi budaya menyoroti pentingnya pendidikan dalam membentuk pribadi yang toleran dan menghargai keberagaman. Dimensi ekonomi melihat pendidikan sebagai penggerak pembangunan ekonomi negara dengan menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing di tingkat internasional. Terakhir, dimensi politik menekankan peran pendidikan dalam mendukung kebijakan dan stabilitas pemerintahan. Meskipun fokus utama pada keempat dimensi ini, dokumen juga menyebutkan adanya bantuan-bantuan lain di luar empat dimensi tersebut yang turut diberikan melalui program AusAID. Hal ini menunjukan bahwa kerjasama ini memiliki cakupan yang luas dan komprehensif.
3. Bentuk bentuk Kerjasama AusAID di Bidang Pendidikan
Dokumen ini menyinggung beberapa bentuk kerjasama AusAID di bidang pendidikan, meskipun detailnya tidak dijelaskan secara mendalam. Salah satu bentuk kerjasama yang disebutkan adalah pemberian bantuan beasiswa melalui Colombo Plan sejak awal tahun 50-an. Selain itu, AusAID juga terlibat dalam berbagai proyek kerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan sumber daya manusia, dan mendukung pembangunan ekonomi bangsa. Dokumen ini juga menyinggung kerjasama lain di luar pendidikan, seperti kerjasama dalam penanggulangan HIV/AIDS, yang menunjukkan bahwa AusAID memiliki peran yang lebih luas daripada hanya berfokus pada pendidikan. Akan tetapi, fokus utama dokumen ini adalah pada kerjasama AusAID dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia selama masa pemerintahan SBY (2009-2013). Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap lebih banyak detail tentang bentuk-bentuk kerjasama tersebut.
III.Dampak Kerjasama AusAID terhadap Pembangunan Indonesia
Penelitian ini mengeksplorasi dampak program AusAID terhadap pembangunan Indonesia, khususnya dalam sektor pendidikan. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dianggap krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Studi ini menganalisis bagaimana kerjasama bilateral ini berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan, berdampak pada peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan mendukung tujuan pembangunan nasional. Penelitian juga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas kerjasama tersebut, seperti fluktuasi dalam hubungan bilateral antara kedua negara.
1. Dampak terhadap Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia SDM
Dokumen tersebut secara eksplisit menghubungkan kerjasama AusAID dengan tujuan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia. Peningkatan SDM melalui pendidikan merupakan tujuan utama kerjasama bilateral ini. Dengan meningkatkan kualitas pendidikan, diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang lebih terampil, berpengetahuan, dan mampu bersaing di tingkat global. Hal ini sejalan dengan upaya Indonesia untuk membangun bangsa yang maju, mandiri, modern, dan berkualitas. Dokumen juga menyebutkan bahwa salah satu tujuan kerjasama adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, terutama bagi negara berkembang dengan penduduk padat seperti Indonesia. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dianggap sebagai kunci utama dalam mengatasi kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kerjasama AusAID dalam hal ini diharapkan dapat berkontribusi pada terwujudnya Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.
2. Dampak pada Pembangunan di Berbagai Dimensi
Kerjasama AusAID dalam konteks pembangunan pendidikan di Indonesia tidak hanya berfokus pada satu aspek, tetapi juga mencakup berbagai dimensi. Dokumen tersebut secara spesifik menyebutkan empat dimensi, yaitu dimensi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Dimensi sosial meliputi peran pendidikan dalam menciptakan integrasi sosial, dimensi budaya menekankan pada pembentukan nilai-nilai dan norma sosial yang positif, dimensi ekonomi mengarah pada peningkatan kemampuan ekonomi bangsa, dan dimensi politik berkaitan dengan stabilitas dan kebijakan pemerintahan. Program bantuan AusAID dalam pendidikan diharapkan dapat berkontribusi pada keempat dimensi ini, secara holistik mendorong pembangunan nasional Indonesia. Selain empat dimensi tersebut, dokumen juga mengindikasikan adanya bentuk-bentuk bantuan AusAID lainnya yang tidak termasuk dalam keempat kategori tersebut, menunjukkan jangkauan kerjasama yang lebih luas dalam pembangunan Indonesia.
3. Dampak Kerjasama dalam Konteks Hubungan Bilateral Australia Indonesia
Dokumen menyoroti bahwa kerjasama AusAID dalam pembangunan pendidikan Indonesia terjadi dalam konteks hubungan bilateral kedua negara. Meskipun hubungan tersebut pernah mengalami titik terendah, kerjasama ini berkontribusi pada peningkatan hubungan yang lebih harmonis, khususnya selama pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Keberhasilan kerjasama ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kedekatan pribadi antara Presiden SBY dan pemerintah Australia. Respon cepat Australia saat bencana tsunami Aceh juga memperkuat hubungan kedua negara. Bantuan Australia tidak hanya berbasis pada kepentingan nasional saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor etika dan moral sebagai anggota komunitas internasional. Dokumen menunjukkan bahwa kerjasama ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan negara lain secara berkelanjutan dan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.
IV.Kepentingan Nasional Australia dalam Kerjasama Pendidikan
Selain aspek kemanusiaan dan pembangunan, penelitian ini menelaah kepentingan nasional Australia dalam memberikan bantuan pendidikan kepada Indonesia. Meskipun didorong oleh komitmen moral dan keanggotaan dalam komunitas internasional, bantuan AusAID juga dipandang sebagai upaya untuk memperkuat hubungan bilateral, mendukung stabilitas regional, dan memperoleh manfaat ekonomi dan politik bagi Australia. Penelitian ini akan mengkaji keseimbangan antara kepentingan kedua negara dalam kerjasama bilateral ini, khususnya selama masa pemerintahan SBY dan masa jabatan PM John Howard di Australia.
1. Kepentingan Nasional Australia dalam Bantuan Pendidikan
Dokumen ini menyinggung adanya kepentingan nasional Australia di balik pemberian bantuan pendidikan kepada Indonesia melalui AusAID. Meskipun bantuan tersebut didorong oleh komitmen moral dan kewajiban sebagai anggota komunitas internasional, tersirat adanya kepentingan nasional Australia yang ingin dicapai. Salah satu kepentingan tersebut bisa dilihat dari bagaimana bantuan AusAID berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan penurunan angka kemiskinan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia di Indonesia, Australia juga secara tidak langsung meningkatkan stabilitas regional dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi kerjasama ekonomi dan politik di masa depan. Hal ini menunjukkan bahwa bantuan pendidikan bukan semata-mata tindakan filantropi, tetapi juga merupakan strategi politik dan ekonomi jangka panjang bagi Australia.
2. Analisis Kepentingan Australia pada Masa PM John Howard
Dokumen mencatat adanya penelitian yang fokus pada kepentingan Australia di balik pemberian bantuan pendidikan dan kerjasama dengan Indonesia pada masa pemerintahan PM John Howard (2005-2007). Periode ini ditandai dengan fluktuasi hubungan kedua negara. Penelitian tersebut berfokus pada kepentingan Australia dalam konteks hubungan yang dinamis ini. Dokumen menyiratkan bahwa meskipun ada faktor etika dan moral yang mendasari bantuan tersebut, kepentingan nasional Australia tetap menjadi faktor pendorong utama. Australia, dengan kemampuan ekonominya, mampu memberikan bantuan ini, namun motif di baliknya perlu dikaji lebih dalam untuk memahami dinamika hubungan bilateral Australia-Indonesia pada masa itu dan dampaknya terhadap kebijakan kerjasama di bidang pendidikan.
3. Hubungan antara Bantuan AusAID Kepentingan Nasional dan Stabilitas Regional
Dokumen menjelaskan bahwa bantuan luar negeri Australia, termasuk melalui AusAID, dipengaruhi oleh faktor-faktor nasional dan internasional, dan pada akhirnya ditujukan untuk memenuhi kepentingan nasional Australia. Bantuan AusAID di Papua, misalnya, dijelaskan sebagai bentuk keprihatinan terhadap permasalahan di Papua dan upaya membentuk kerjasama antar-regional di Asia. Hal ini menunjukkan bahwa selain tujuan kemanusiaan, bantuan tersebut juga memiliki implikasi strategis dalam menjaga stabilitas regional dan memperkuat pengaruh Australia di kawasan Asia Pasifik. Program bantuan AusAID dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia, dengan demikian, tidak hanya bermanfaat bagi Indonesia, tetapi juga berkontribusi pada kepentingan nasional Australia dalam konteks hubungan bilateral dan stabilitas regional. Keterkaitan antara bantuan, kepentingan nasional, dan stabilitas regional perlu dikaji lebih lanjut untuk memahami dampak penuh dari kerjasama ini.