Dinamika Ketegangan AS-Rusia dan Penempatan Sistem Pertahanan Rudal di Eropa

Dinamika Ketegangan AS-Rusia dan Penempatan Sistem Pertahanan Rudal di Eropa

Informasi dokumen

Jurusan Hubungan Internasional
Jenis dokumen Tugas Akhir/Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 257.82 KB
  • Sistem Pertahanan Rudal
  • Hubungan Internasional
  • Ketegangan AS-Rusia

Ringkasan

I.Latar Belakang Ketegangan AS Rusia

Tesis ini meneliti respon Rusia terhadap rencana penempatan rudal pertahanan Amerika Serikat di Ceko dan Polandia. Ketegangan AS-Rusia telah meningkat tajam, ditandai oleh perang antara Rusia dan Georgia di Ossetia Selatan, sebagai konsekuensi hubungan bilateral yang memburuk. Rencana AS untuk membangun sistem pertahanan rudal, yang dianggap Rusia sebagai ancaman bagi keamanan nasional mereka, semakin memperkeruh situasi. Lokasi penempatan rudal di dekat perbatasan Rusia memicu kekhawatiran akan pengepungan dan mengancam kepentingan Rusia di wilayah yang dianggap sebagai “halaman belakangnya”. AS berdalih sistem rudal tersebut ditujukan untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara dan Iran, namun Rusia memandangnya sebagai bagian dari strategi global AS untuk memperkuat supremasi militernya.

1. Perang Rusia Georgia di Ossetia Selatan

Konflik militer antara Rusia dan Georgia di Ossetia Selatan menjadi salah satu contoh nyata memburuknya hubungan AS-Rusia. Upaya AS untuk menarik Georgia ke dalam blok Barat, khususnya NATO, memicu reaksi keras Rusia yang menggunakan kekuatan militer. Perang ini merupakan puncak kemarahan Rusia terhadap kebijakan AS yang terus memperluas pengaruhnya di negara-negara bekas Uni Soviet, yang dianggap Rusia sebagai 'backyard'-nya. Ketegangan ini menjadi latar belakang utama yang melatari penelitian lebih lanjut mengenai hubungan AS-Rusia, khususnya terkait respon Rusia terhadap kebijakan AS di kawasan tersebut. Konflik ini menunjukkan betapa rapuhnya hubungan antar negara adidaya dan bagaimana ambisi geopolitik dapat memicu konflik bersenjata dengan konsekuensi yang luas.

2. Rencana Pertahanan Rudal AS di Polandia dan Ceko

Pada 8 Juli 2008, AS dan Polandia resmi menandatangani kesepakatan pembangunan sistem pertahanan rudal di Polandia. Langkah ini diperkirakan akan meningkatkan ketegangan dengan Rusia. AS berargumen bahwa sistem rudal tersebut bertujuan untuk menangkal serangan rudal dari Korea Utara dan Iran, yang dianggap sebagai ancaman serius bagi keamanan AS. Namun, Rusia memandang rencana ini sebagai ancaman besar terhadap keamanan nasionalnya. Lokasi penempatan rudal di Polandia dan Ceko, yang berdekatan dengan Rusia, dianggap sebagai upaya untuk mengepung Rusia dari berbagai arah. Persepsi Rusia tentang ancaman ini menjadi fokus utama penelitian, meneliti bagaimana Rusia merespon langkah AS tersebut. Persepsi Rusia tentang lokasi geografis yang dekat dengan sistem rudal AS sangat penting dalam memahami reaksi dan strategi mereka.

3. Supremasi Militer AS dan Strategi Global

Rencana penempatan rudal di Polandia dan Ceko merupakan bagian dari strategi global AS untuk memperkuat supremasi militernya di seluruh dunia. Sejak 2001, pasca tragedi 11 September, AS telah merencanakan pembangunan 8 sistem radar dan 3 pangkalan anti-rudal di berbagai lokasi strategis, termasuk Alaska, Inggris, Greenland, Polandia, Ceko, negara-negara Kaukasus, dan Jepang. Ekspansi militer AS ini dianggap Rusia sebagai ancaman yang sistematis dan berkelanjutan. Penolakan AS untuk menggunakan pangkalan radar Rusia di Azerbaijan, yang memiliki jangkauan hingga 6000 km mencakup Iran, Turki, India, Irak, dan seluruh Timur Tengah, semakin menguatkan persepsi Rusia tentang niat AS yang sebenarnya. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana strategi global AS dalam hal militer berpengaruh pada keputusan dan tindakan Rusia.

4. Implikasi Ketegangan AS Rusia terhadap Hubungan Internasional

Ketegangan AS-Rusia berdampak luas pada hubungan internasional, terutama di Eropa Timur dan Eropa Tengah, wilayah yang penting bagi kedua negara adidaya tersebut. Negara-negara lemah cenderung beraliansi dengan salah satu kekuatan besar untuk menjaga keamanan mereka, sebuah fenomena yang dikenal sebagai 'balancing' dalam teori hubungan internasional realis. Ketegangan ini memaksa negara-negara kecil untuk menentukan pilihan afiliasi dan strategi untuk menghadapi tekanan geopolitik yang muncul. Penelitian ini akan menelaah konsekuensi dari ketegangan AS-Rusia, tidak hanya pada hubungan bilateral, tetapi juga pada dinamika kekuatan global dan regional, termasuk bagaimana negara-negara lain merespon konflik tersebut. Ancaman akan hegemoni dan perebutan pengaruh menjadi isu sentral dalam menganalisis dampak ketegangan AS-Rusia terhadap stabilitas internasional.

II.Telaah Pustaka dan Konsep Keamanan

Penelitian terdahulu membahas manuver Rusia untuk mempertahankan hegemoni di Eropa, memanfaatkan isu energi dan membendung perluasan NATO ke Timur. Penelitian ini berfokus pada kajian keamanan strategis, menganalisis persepsi Rusia terhadap ancaman dan responnya, khususnya terkait modernisasi militer sebagai upaya self-defense. Konsep structural deterrence digunakan untuk menganalisis penggunaan persenjataan militer sebagai respon terhadap kebijakan negara lain. Ancaman keamanan dapat dimaknai secara objektif dan subjektif, dengan peningkatan kekuatan militer sebagai salah satu respon. Teori balance of threat Stephen M. Walt turut dibahas, yang mempertimbangkan kekuatan agregat, kedekatan geografis, kekuatan ofensif, dan niat agresif sebagai sumber ancaman.

1. Penelitian Terdahulu tentang Politik Luar Negeri Rusia

Tinjauan pustaka dimulai dengan membahas penelitian sebelumnya mengenai politik luar negeri Rusia pasca Perang Dingin. Penelitian Simaboera berfokus pada manuver Rusia dalam mempertahankan hegemoninya di Eropa, memanfaatkan isu keamanan energi Uni Eropa dan menjalin hubungan dengan negara-negara Eropa Tengah serta dunia Islam untuk membendung perluasan NATO. Akbar, dalam penelitiannya, menganalisis respon negatif Rusia terhadap gerakan separatis di Ossetia Selatan, Georgia, dan meninjau klaim Rusia atas konsep kedaulatan penuh dalam perspektif realisme hubungan internasional. Penelitian ini membandingkan temuan sebelumnya dengan fokus pada kajian keamanan strategis, meneliti bagaimana Rusia mempersepsi ancaman dan meresponnya, berbeda dengan penelitian sebelumnya yang mungkin lebih menekankan aspek politik atau ekonomi.

2. Konsep Keamanan Nasional dan Ancaman

Bagian ini membahas konsep keamanan nasional dan ancaman. Definisi keamanan, baik secara objektif maupun subjektif, dibahas. Ancaman keamanan dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk eskalasi pertahanan suatu negara, yang dapat menimbulkan dilema keamanan karena ketidakpastian tujuan dari persiapan militer tersebut. Teori 'Balance of Threat' Stephen M. Walt disebutkan, yang menjabarkan empat sumber ancaman: Aggregate Power, Geographic Proximity, Offensive Power, dan Aggressive Intentions. Persepsi ancaman, menurut Arnold Wolfers, merupakan faktor penting sebelum suatu negara melakukan respon. Studi keamanan strategis diartikan sebagai seni dalam mendistribusikan dan menerapkan alat militer untuk mencapai tujuan kebijakan, yaitu mengeliminasi ancaman terhadap kepentingan nasional.

3. Konsep Structural Deterrence

Untuk menganalisis respon Rusia, penelitian ini menggunakan konsep 'structural deterrence'. Konsep deterrence klasik, yang muncul pada era Perang Dingin, terdiri dari dua bagian: structural deterrence dan decision-theoretic deterrence. Penelitian ini memilih structural deterrence karena relevansi dengan penggunaan persenjataan militer sebagai respon Rusia. Frank C. Zagare menjabarkan faktor-faktor yang menentukan deterrence, termasuk jumlah dan karakteristik persenjataan, kebijakan strategis pengambil keputusan, dan intensitas penggunaan senjata. Teknologi nuklir, menurut Zagare, perlu untuk menunjang stabilitas internasional, meskipun seringkali digunakan sebagai instrumen defensif. Konsep ini penting karena menjelaskan bagaimana kapabilitas militer, teknologi, dan kebijakan strategis berinteraksi dalam membentuk respon Rusia terhadap ancaman.

4. Strategi Balancing Rusia

Dalam konteks keamanan internasional, negara-negara lemah sering melakukan 'balancing' dengan beraliansi dengan negara yang lebih kuat untuk mengimbangi ancaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan 'balancing' meliputi struktur tatanan dunia, kerentanan negara, ketersediaan sekutu, dan kondisi damai atau perang. Rusia tampaknya memilih strategi 'balancing' dengan merangkul negara-negara yang berposisi sama (anti-AS dan NATO) seperti Iran, Korea Utara, Kuba, dan Venezuela. Strategi ini bertujuan untuk mengimbangi AS dan NATO yang ekspansif. Penelitian ini menganalisis perilaku 'balancing' Rusia sebagai respon terhadap persepsi ancaman dari AS dan NATO, menunjukkan bagaimana Rusia mencoba membangun keseimbangan kekuatan dalam sistem internasional yang kompetitif.

III.Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan positivis dan perspektif keamanan realis, dengan negara sebagai unit analisis. Fokusnya adalah pada bagaimana Rusia merespon ancaman dari rencana penempatan rudal pertahanan AS di Ceko dan Polandia, meliputi motivasi di balik modernisasi militer dan strategi pembentukan aliansi baru. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan respon Rusia terhadap ancaman tersebut.

1. Fokus Kajian dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini berfokus pada studi keamanan strategis, menganalisis respon Rusia terhadap rencana penempatan rudal pertahanan AS di Ceko dan Polandia. Penelitian ini menggunakan perspektif keamanan realis (realisme) dengan negara sebagai unit analisis utama (state-centric analysis). Pendekatan positivis dipilih untuk menjelaskan hubungan kausal antara rencana penempatan rudal AS dan respon Rusia. Tujuannya adalah untuk menjelaskan motivasi Rusia dalam memodernisasi militernya dan penerapan strategi pembentukan aliansi baru sebagai respon terhadap ancaman yang dihadapi. Dengan pendekatan ini, diharapkan penelitian dapat memberikan jawaban yang representatif terhadap pertanyaan penelitian.

2. Analisis State Centric dan Hubungan Kausal

Metodologi penelitian menekankan analisis state-centric, yang melihat negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional dan perilaku negara ditentukan oleh kepentingan nasionalnya. Penelitian ini menelaah hubungan kausal, yaitu hubungan sebab-akibat, antara rencana penempatan rudal AS dan respon Rusia. Dengan menggunakan pendekatan positivis, peneliti berupaya mengidentifikasi hubungan sebab akibat secara empiris dan terukur. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang menghubungkan tindakan AS (penempatan rudal) dengan reaksi Rusia (modernisasi militer dan pembentukan aliansi). Dengan fokus pada hubungan kausal, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang sistematis dan objektif tentang dinamika hubungan Rusia-AS.

IV.Kesimpulan Sementara

Kesimpulan sementara menunjukkan bahwa Rusia merespon rencana penempatan rudal AS dengan memodernisasi kemampuan militernya sebagai upaya self-defense untuk menjaga keamanan nasional. Selain itu, Rusia menjalankan strategi balancing dengan menjalin hubungan dengan negara-negara yang berposisi sama (anti-AS dan NATO), seperti Iran, China, Korea Utara, Kuba, dan Venezuela, untuk mengimbangi pengaruh AS dan NATO yang semakin ekspansif di kawasan Eropa Timur.

1. Respon Rusia Modernisasi Militer dan Strategi Balancing

Kesimpulan sementara penelitian ini menunjukkan bahwa Rusia merespon rencana penempatan rudal pertahanan AS di Ceko dan Polandia dengan dua strategi utama. Pertama, Rusia memodernisasi kemampuan militernya sebagai upaya self-defense untuk mempertahankan keamanan nasional. Ini mencerminkan persepsi Rusia terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh peningkatan kapabilitas militer AS di dekat perbatasannya. Kedua, Rusia menerapkan strategi balancing dengan menjalin hubungan dan dukungan dengan negara-negara yang berseberangan dengan AS dan NATO, seperti Iran, China, Korea Utara, Kuba, dan Venezuela. Strategi ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan kekuatan dan mengurangi dominasi AS dan NATO di kawasan tersebut. Kesimpulan ini didasarkan pada analisis respon Rusia terhadap ancaman yang dipersepsi.

2. Keamanan Internal Rusia dan Kawasan Eropa Timur

Kesimpulan sementara juga menyoroti kepentingan Rusia terhadap keamanan internal dan kawasan Eropa Timur. Strategi balancing yang dijalankan Rusia, dengan merangkul negara-negara yang memiliki posisi dan kepentingan yang sama (anti-AS dan Barat), menunjukkan prioritas Rusia untuk menjaga stabilitas regional dan melindungi kepentingannya. Aliansi-aliansi baru ini berfungsi sebagai penyeimbang pengaruh AS dan NATO. Dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa respon Rusia bukan hanya semata-mata reaksi defensif terhadap penempatan rudal, tetapi juga refleksi dari strategi geopolitik yang lebih luas untuk menjaga keamanan dan pengaruh di kawasan Eropa Timur.