
Dampak Globalisasi Ekonomi di Madura
Informasi dokumen
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 1.29 MB |
Sekolah | IAIN Sunan Ampel |
- globalisasi
- ekonomi
- investasi asing
Ringkasan
I.Dampak Globalisasi Ekonomi terhadap Pondok Pesantren di Madura Pasca Suramadu
Penelitian ini meneliti dampak globalisasi ekonomi, khususnya pasca pembangunan Jembatan Suramadu, terhadap pondok pesantren di Madura. Integrasi ekonomi global, ditandai dengan aturan WTO dan investasi asing, telah memicu industrialisasi di Madura. Hal ini menimbulkan tantangan dan peluang bagi pondok pesantren, yang sebelumnya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, kini juga perlu beradaptasi untuk menghadapi persaingan ekonomi dan tuntutan dunia kerja. Penelitian ini menfokuskan pada bagaimana pondok pesantren, khususnya Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata (dengan lebih dari 3700 santri laki-laki dan 2200 santri perempuan), merespon perubahan sosial dan ekonomi ini. Studi ini juga membandingkan pendekatan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata dengan pondok pesantren lain, seperti Pondok Pesantren Al-Asy’ariyah dan Pondok Pesantren Darul Hikmah Burneh Bangkalan, untuk menganalisis strategi adaptasi mereka terhadap industrialisasi Madura.
1. Globalisasi Ekonomi dan Integrasi Pasar Bebas di Indonesia
Indonesia, sebagai anggota WTO, telah terlibat dalam berbagai perjanjian perdagangan bebas. Ini telah menyebabkan peningkatan investasi asing, bahkan di sektor-sektor yang sebelumnya dilindungi negara, seperti pengelolaan air. Privatisasi perusahaan negara dan masuknya investor asing menjadi dampak nyata dari globalisasi ekonomi di Indonesia. Kondisi ini menciptakan iklim ekonomi yang kompetitif namun juga menimbulkan pertanyaan mengenai kedaulatan dan pengelolaan sumber daya alam. Geliat globalisasi ekonomi terlihat nyata dalam berbagai bentuk, dari kerjasama perdagangan bebas hingga masuknya investasi asing yang besar ke berbagai sektor. Adanya aturan mengikat dari WTO semakin memperkuat integrasi ekonomi Indonesia ke dalam pasar global. Perkembangan ini menciptakan peluang dan sekaligus tantangan bagi perekonomian Indonesia dan masyarakatnya, khususnya di daerah-daerah seperti Madura yang menjadi target investasi asing.
2. Madura sebagai Target Strategis Investasi Asing
Madura dipilih sebagai lokasi strategis bagi investasi asing karena letak geografisnya yang berdekatan dengan Surabaya, pusat industri besar di Indonesia setelah Jakarta. Meskipun tanah di Madura kurang subur dibandingkan Jawa, ketersediaan lahan kosong dan pembangunan Jembatan Suramadu yang memudahkan akses transportasi menjadi daya tarik bagi investor. Ketersediaan lahan yang luas, meskipun kualitas tanahnya beragam, menjadi potensi yang menarik perhatian investor asing. Jembatan Suramadu menjadi faktor kunci yang mempercepat masuknya investasi, menghubungkan Madura dengan pusat-pusat industri di Jawa Timur. Akibatnya, berbagai industri mulai bermunculan di Madura, seperti pabrik air minum dan perusahaan pabrik gula PT Perkebunan Nusantara (PT PN), serta mal dan hypermarket hasil kerjasama dengan investor asing. Keberadaan infrastruktur ini sangat mengubah lanskap ekonomi dan sosial di Madura.
3. Peran Pondok Pesantren dalam Menghadapi Globalisasi Ekonomi
Pondok pesantren memiliki peran penting dalam masyarakat Madura, baik dari segi pendidikan maupun budaya. Dengan legitimasi sosial yang tinggi, pesantren memainkan peran kunci dalam merespon dampak globalisasi ekonomi. Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata, misalnya, berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dan mengembangkan usaha ekonomi untuk menghadapi persaingan global, terlihat dari kerjasama pendidikan dengan universitas luar negeri (Universitas Kairo) dan rencana pengembangan usaha seperti bengkel otomotif serta ekspansi usaha koperasi dan minimarket. Pondok pesantren lainnya juga mengalami tantangan dan adaptasi, yang akan menjadi fokus pembahasan lebih lanjut. Pesantren menghadapi dilema antara mempertahankan nilai-nilai tradisional dengan kebutuhan adaptasi terhadap perubahan ekonomi. Kemampuan pesantren untuk beradaptasi akan menentukan keberlanjutan peran mereka dalam masyarakat Madura yang semakin terintegrasi ke dalam ekonomi global.
4. Pengaruh Globalisasi Ekonomi terhadap Perubahan Sosial Budaya di Madura
Globalisasi ekonomi tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, tetapi juga memicu perubahan sosial budaya yang signifikan di Madura. Industri dan pendidikan berorientasi pada persaingan material turut membentuk mindset masyarakat, termasuk santri yang kini cenderung kurang tertarik menjadi ulama atau kyai. Kehadiran industri, yang dimungkinkan karena kebijakan global seperti yang dianut melalui WTO, telah mengubah lanskap sosial Madura. Perubahan ini mempengaruhi nilai-nilai tradisional dan menimbulkan tantangan bagi lembaga-lembaga sosial seperti pondok pesantren. Adanya penolakan terhadap globalisasi, misalnya pada awal pembangunan Jembatan Suramadu, menunjukkan adanya konflik antara nilai-nilai tradisional dan modern. Penelitian ini akan mengeksplorasi lebih dalam bagaimana perubahan sosial budaya ini memengaruhi peran dan fungsi pondok pesantren di Madura. Bagaimana pesantren merespon perubahan nilai dan perilaku masyarakat akibat globalisasi adalah hal krusial yang akan dianalisis lebih lanjut.
5. Studi Literatur dan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merujuk pada beberapa studi sebelumnya yang membahas modernisasi dan pesantren, khususnya di Madura. Penelitian-penelitian terdahulu, seperti studi tentang Pondok Pesantren Al-Asy’ariyah dan Pondok Pesantren Darul Hikmah Burneh Bangkalan, memberikan gambaran tentang tantangan modernisasi dan industrialisasi yang dihadapi pesantren. Namun, penelitian ini berfokus pada aspek sosio-religi yang dihadapi pesantren dalam menghadapi industrialisasi dan globalisasi ekonomi, dengan cakupan yang lebih luas dibandingkan studi-studi sebelumnya. Studi terdahulu lebih menekankan pada perubahan internal pesantren, baik dari segi kurikulum maupun kelembagaan. Penelitian ini akan menambahkan perspektif sosio-kultural Madura dalam memahami dampak globalisasi terhadap pondok pesantren, memberikan analisis yang lebih komprehensif tentang tantangan dan peluang yang dihadapi.
II.Studi Kasus Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata bata
Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata di Madura dipilih sebagai studi kasus utama karena ukurannya yang besar dan pengaruhnya yang signifikan di masyarakat Madura. Penelitian meninjau bagaimana globalisasi ekonomi, dipicu oleh pembangunan Jembatan Suramadu dan masuknya investasi asing (misalnya pabrik air minum dan PT Perkebunan Nusantara), mempengaruhi pesantren dalam dua fase: pra dan pasca Suramadu. Fokusnya meliputi adaptasi pesantren terhadap tuntutan ekonomi global, termasuk pengembangan usaha ekonomi pesantren (misalnya, perencanaan bengkel otomotif dan pengembangan koperasi), dan kerjasama internasional dalam bidang pendidikan (seperti kerjasama dengan Universitas Kairo).
1. Pemilihan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata bata sebagai Studi Kasus
Penelitian ini memilih Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata di Madura sebagai studi kasus utama karena beberapa alasan. Pertama, pesantren ini merupakan salah satu pesantren terbesar di Madura, dengan jumlah santri yang signifikan, lebih dari 3700 santri laki-laki dan 2200 santri perempuan. Ukurannya yang besar ini memberikan gambaran yang representatif tentang dinamika kehidupan pesantren di Madura. Kedua, pengaruh Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata sangat besar terhadap masyarakat Madura, khususnya dalam hal pandangan politik, pendidikan, dan ekonomi. Oleh karena itu, mempelajari respon pesantren ini terhadap globalisasi ekonomi akan memberikan pemahaman yang komprehensif tentang dampaknya di masyarakat Madura secara luas. Pengaruhnya yang besar ini menjadikan pesantren sebagai barometer penting dalam memahami perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi di daerah tersebut. Dengan demikian, studi kasus pada Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata diharapkan dapat memberikan wawasan berharga tentang adaptasi pesantren terhadap globalisasi dan industrialisasi di Madura.
2. Karakteristik Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata bata
Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata memiliki sejarah panjang, berkembang dari pesantren salafi menjadi pesantren yang lebih modern. Secara definitif, pesantren ini dikategorikan sebagai pesantren khilafi, yang mengintegrasikan pendidikan agama dengan pendidikan umum. Perkembangan pesantren ini dibagi menjadi dua fase: pra dan pasca Suramadu. Meskipun sebelum pembangunan Jembatan Suramadu, tanda-tanda globalisasi dan modernisasi sudah terlihat, namun pasca pembangunan jembatan, pengaruh globalisasi semakin nyata. Hal ini terlihat dari minat santri yang berkurang untuk menjadi ulama atau kyai, dan bergesernya mindset santri yang lebih berorientasi pada persaingan material. Perubahan ini menunjukkan adaptasi pesantren terhadap perubahan sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh globalisasi dan industrialisasi. Studi ini akan meneliti lebih detail bagaimana karakteristik pesantren ini berpengaruh terhadap respon mereka terhadap globalisasi.
3. Strategi Adaptasi Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata bata terhadap Globalisasi
Sebagai respon terhadap tantangan globalisasi, Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata menunjukkan beberapa upaya adaptasi. Dalam bidang pendidikan, terdapat kerjasama dengan lembaga pendidikan luar negeri, seperti Universitas Kairo, yang menunjukkan keterbukaan pesantren terhadap perkembangan global. Sementara itu, di bidang ekonomi, pesantren tengah merencanakan pengembangan usaha, seperti bengkel otomotif. Usaha pengembangan koperasi yang sudah ada sebelumnya juga terus dikembangkan. Pasca pembangunan Jembatan Suramadu, pesantren juga melihat peluang bisnis baru, misalnya dengan mendirikan minimarket seperti model minimarket Sidogiri. Semua upaya ini menunjukkan komitmen pesantren dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan mengembangkan sumber ekonomi untuk menghadapi persaingan global dan memenuhi kebutuhan santri di era globalisasi. Penelitian ini akan menganalisis lebih mendalam tentang keberhasilan dan tantangan dari strategi adaptasi ini.
III.Perubahan Sosial Budaya dan Peran Pesantren
Penelitian ini juga membahas perubahan sosial budaya di Madura akibat globalisasi ekonomi. Munculnya industri dan perubahan mindset santri yang berkurang minatnya menjadi ulama menjadi fokus utama. Peran pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan dalam menghadapi tantangan globalisasi diteliti, terutama kemampuannya untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada santri agar mampu bersaing di dunia kerja yang semakin kompetitif dan global. Studi ini juga mempertimbangkan bagaimana pesantren menyeimbangkan nilai-nilai tradisional dengan tuntutan modernitas dalam konteks globalisasi.
1. Perubahan Mindset Santri dan Orientasi Material
Salah satu dampak globalisasi ekonomi di Madura adalah perubahan mindset santri di pondok pesantren. Terdapat kecenderungan penurunan minat santri untuk menekuni profesi kyai atau ulama. Hal ini disebabkan oleh peningkatan orientasi materialistik yang dipicu oleh industrialisasi dan persaingan ekonomi yang ketat. Kehidupan globalisasi dengan kebutuhan yang diciptakannya, jika tidak terpenuhi, akan menimbulkan kesulitan hidup. Oleh karena itu, santri cenderung memilih jalur karier yang lebih menjanjikan secara ekonomi. Perubahan ini mencerminkan adaptasi terhadap tuntutan zaman yang lebih pragmatis. Kondisi ini juga menjadi tantangan bagi pesantren dalam mempertahankan nilai-nilai tradisional dan peran ulama dalam masyarakat. Pesantren perlu beradaptasi untuk tetap relevan dan mampu memberikan bekal yang dibutuhkan santri dalam menghadapi realitas ekonomi global.
2. Tantangan Akulturasi Budaya dan Peran Pesantren
Globalisasi ekonomi di Madura juga memicu akulturasi budaya, yang menjadi tantangan bagi pesantren. Pesantren tidak hanya menghadapi tantangan praktis dalam metode pengajaran, tetapi juga perlu cerdas dalam merespon isu-isu sosial budaya. Jika pesantren gagal merespon dengan tepat, mereka berisiko terlindas oleh perubahan tersebut. Oleh karena itu, memahami perspektif sosial budaya Madura sangat penting dalam menganalisis peran pesantren dalam menghadapi globalisasi. Penelitian ini menekankan pentingnya pendekatan holistik yang mempertimbangkan aspek sosio-religi dalam memahami dampak globalisasi terhadap pesantren. Kemampuan pesantren dalam mengimbangi nilai-nilai tradisional dengan tuntutan modern menjadi penentu keberlanjutan peran mereka dalam masyarakat Madura. Perlu dikaji lebih lanjut bagaimana pesantren dapat mempertahankan identitasnya sekaligus beradaptasi dengan perubahan sosial budaya yang terjadi.
3. Peran Pesantren dalam Menghadapi Globalisasi Industri
Pesantren memiliki peran penting dalam mempersiapkan masyarakat Madura menghadapi globalisasi industri. Mereka setidaknya perlu mampu mengimbangi tiga hal penting dalam globalisasi, seperti yang dijelaskan Jackson dan Sorensen: kekuatan pasar global, perkembangan norma internasional, dan kontrol terhadap ketertiban dan keamanan. Dengan menyediakan pengetahuan dan keterampilan yang relevan, pesantren dapat membantu masyarakat menghadapi tantangan globalisasi industri. Pembelajaran bahasa Inggris sebagai contoh, menunjukan upaya adaptasi yang dilakukan pesantren agar santri mampu bersaing di pasar kerja global. Kerjasama pesantren dengan lembaga pendidikan di Timur Tengah juga menunjukan upaya untuk memperluas wawasan santri. Namun, pesantren juga perlu memperhatikan keseimbangan antara mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya dengan adaptasi terhadap tuntutan globalisasi. Hal ini menjadi fokus penting dalam penelitian ini.
IV.Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara semi-terstruktur. Fokus penelitian dibatasi pada pengaruh globalisasi ekonomi terhadap pondok pesantren di Madura yang memiliki identitas tradisional atau kecenderungan salafi. Analisis data akan mempertimbangkan globalisasi ekonomi sebagai variabel independen dan pondok pesantren sebagai variabel dependen, guna memahami bagaimana globalisasi ekonomi mempengaruhi perilaku dan adaptasi pondok pesantren.
1. Metode Penelitian Studi Kasus
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus karena dianggap relevan untuk menganalisis fenomena globalisasi ekonomi di Madura dan dampaknya terhadap pondok pesantren. Metode ini memungkinkan pengkajian mendalam tentang pengaruh globalisasi terhadap paradigma masyarakat Madura, khususnya pondok pesantren yang seringkali berada di antara paradigma modernisme dan tradisionalisme. Pemilihan studi kasus ini didasari oleh fenomena penting seperti pembangunan Jembatan Suramadu, yang secara signifikan mengubah aksesibilitas dan dinamika ekonomi di Madura. Pendekatan studi kasus dipilih karena dianggap tepat untuk menggali secara intensif kompleksitas interaksi antara globalisasi ekonomi dan perubahan di pondok pesantren, khususnya dalam konteks masyarakat Madura. Pemilihan metode ini memungkinkan peneliti untuk memahami secara holistik dampak globalisasi terhadap pondok pesantren dan konteks sosial budaya yang melingkupinya.
2. Batasan Materi Penelitian
Penelitian ini membatasi cakupan materinya pada pengaruh globalisasi ekonomi terhadap pondok pesantren di Madura yang memiliki identitas pondok tradisional atau kecenderungan salafi. Batasan ini dimaksudkan untuk memfokuskan analisis pada kelompok pesantren tertentu dan menghindari generalisasi yang berlebihan. Dengan pembatasan ini, penelitian diharapkan mampu menghasilkan temuan yang lebih spesifik dan mendalam tentang bagaimana pondok pesantren dengan karakteristik tersebut merespon tantangan globalisasi ekonomi. Pembatasan ini penting untuk memastikan kedalaman analisis dan menghindari generalisasi yang kurang akurat. Fokus penelitian ini hanya pada pengaruh globalisasi ekonomi, bukan aspek lain dari globalisasi. Hal ini memastikan kedalaman analisis dalam ruang lingkup yang terdefinisi dengan jelas.
3. Teknik Pengumpulan Data Wawancara Semi Terstruktur
Teknik pengumpulan data utama dalam penelitian ini adalah wawancara semi-terstruktur. Teknik ini dipilih untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian. Mengacu pada pendapat Catherine Dawson, wawancara semi-terstruktur memungkinkan peneliti untuk mengakses data dari informan dan menggabungkannya dengan data dari informan lain melalui pertanyaan yang sama. Hal ini memungkinkan untuk memperoleh data yang komprehensif dan memperkaya analisis. Teknik ini memberikan fleksibilitas kepada peneliti dalam menggali informasi lebih dalam terkait pengalaman dan perspektif informan tentang dampak globalisasi ekonomi terhadap pondok pesantren. Data yang dikumpulkan akan dianalisis untuk mengidentifikasi pola dan tren dalam merespon globalisasi ekonomi. Dalam penelitian ini, 'globalisasi ekonomi' dianggap sebagai variabel independen dan 'pesantren' sebagai variabel dependen.