Analisis Kebijakan Luar Negeri Evo Morales Terhadap Dominasi Politik Amerika Serikat di Bolivia

Analisis Kebijakan Luar Negeri Evo Morales Terhadap Dominasi Politik Amerika Serikat di Bolivia

Informasi dokumen

Penulis

Amandio Vieira Da Costa

instructor Ruli I. Ramadhoan, S.Sos, M.Si
Sekolah

Universitas Muhammadiyah Malang

Jurusan Hubungan Internasional
Tempat Malang
Jenis dokumen Skripsi
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 331.47 KB
  • Kebijakan Luar Negeri
  • Evo Morales
  • Dominasi Politik Amerika Serikat

Ringkasan

I.Kebijakan Politik Luar Negeri Evo Morales dan Penentangan terhadap Amerika Serikat di Bolivia

Skripsi ini menganalisis kebijakan politik luar negeri Evo Morales, Presiden Bolivia, yang secara tegas menentang dominasi Amerika Serikat. Penelitian ini berfokus pada Evo Morales sebagai individu, menggunakan teori psikoanalisis untuk memahami karakter dan motivasi di balik kebijakannya yang anti-Amerika Serikat. Bolivia, negara kaya akan sumber daya alam seperti kokain (dari tanaman koka), minyak, gas, dan timah, mengalami ketidaksetaraan ekonomi yang parah. Evo Morales, seorang pemimpin kiri dari suku Aymara, memimpin perlawanan terhadap kebijakan yang menguntungkan elit politik dan asing, termasuk menentang program anti-narkotika Amerika Serikat yang dianggapnya sebagai dalih intervensi militer. Ia juga melakukan nasionalisasi perusahaan tambang dan gas alam Bolivia, menguatkan hubungan dengan negara-negara seperti Kuba (Fidel Castro) dan Venezuela (Hugo Chavez), dan menantang hegemoni kapitalisme dan neoliberalisme yang dianut Amerika Serikat.

1. Kekayaan Alam Bolivia dan Perlawanan Rakyat

Bolivia, negara kaya sumber daya alam (minyak, gas, timah, dan koka), justru mengalami kesenjangan ekonomi yang besar. Rakyat tidak menikmati kekayaan alam tersebut, yang dinikmati sebagian elit politik. Hal ini memicu perlawanan dari kelas bawah terhadap kebijakan-kebijakan yang dinilai merugikan mereka. Perlawanan ini dipimpin oleh Evo Morales Ayma, pemimpin kiri Amerika Latin, yang menentang kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat di Bolivia. Pertanyaan utama penelitian ini adalah mengapa Evo Morales mengeluarkan kebijakan politik luar negeri untuk menentang dominasi politik Amerika Serikat di Bolivia? Penelitian ini menggunakan analisis tingkat individu, berfokus pada Evo Morales dan menggunakan teori psikoanalisis untuk menjelaskan karakternya. Penulis juga berencana menggunakan teori Kepribadian Pemimpin dan Kebijakan Luar Negeri untuk menjelaskan tindakan politik luar negeri Evo Morales yang menentang Amerika Serikat. Kekayaan alam Bolivia yang melimpah ironisnya tidak dinikmati rakyatnya, yang menjadi latar belakang utama munculnya perlawanan dan kepemimpinan Evo Morales.

2. Latar Belakang Politik Bolivia dan Kebangkitan Evo Morales

Skripsi ini membahas latar belakang politik Bolivia, khususnya periode setelah liberalisasi ekonomi yang gagal membawa dampak positif. Munculnya Evo Morales, pemimpin kiri dari suku Indian Aymara, yang berani dan tegas menentang kebijakan pemerintah saat itu, menjadi titik penting. Kemenangannya pada tahun 2006 dan pelantikannya sebagai presiden menjadi bukti pergeseran politik di Amerika Latin menuju arah kiri. Dalam pidato kemenangannya, Morales menekankan komitmennya untuk memberdayakan warga miskin dan menasionalisasi kekayaan minyak dan gas Bolivia. Pemerintahannya menjalankan program pro-rakyat miskin, seperti transformasi pendidikan dan pemberantasan buta huruf. Kebijakan luar negeri Morales sangat berbeda dengan pendahulunya, terang-terangan menyatakan persahabatan dengan Fidel Castro dan Hugo Chavez, dua pemimpin Amerika Latin yang anti-Amerika. Bolivia, sebagai negara termiskin di Amerika Latin, menghadapi banyak tantangan besar di bawah kepemimpinan Evo Morales, terutama dalam mengatasi kemiskinan.

3. Penentangan Evo Morales terhadap Amerika Serikat

Evo Morales menjadi tokoh yang sangat dimusuhi Amerika Serikat, dilihat sebagai ancaman karena ideologi sosialisnya dan sikap anti-Amerika Serikat. Ia memimpin MAS (Movimiento al Socialismo), yang memperlihatkan kecenderungan anti-kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Penentangan Morales terhadap program anti-narkotika Amerika Serikat menjadi sorotan, karena program tersebut dianggapnya lebih bertujuan untuk menghancurkan petani koka daripada memberantas kokain. Namun, Morales juga menekankan pentingnya perang melawan perdagangan narkoba secara efektif. Selain itu, nasionalisasi perusahaan pertambangan timah dan gas alam Bolivia, negara dengan cadangan gas alam terbesar kedua dan cadangan lithium terbesar di Amerika Latin, merupakan kebijakan yang menimbulkan kekhawatiran blok Barat. Ironisnya, meskipun kaya sumber daya alam, 70% rakyat Bolivia hidup dalam kemiskinan, yang semakin memperkuat penentangan Morales terhadap korporasi asing. Keberanian Morales dalam menantang arogansi Amerika Serikat dan memperjuangkan rakyatnya menjadi poin penting dalam skripsi ini.

4. Peran MAS Movimiento al Socialismo dan Ideologi Evo Morales

MAS (Movimento al Socialismo), koalisi gerakan sosial yang mendukung Evo Morales, awalnya berjuang melawan privatisasi dan kemudian bertransformasi menjadi partai politik. Keberhasilan MAS dalam pemilu tahun 2005 dan terpilihnya Evo Morales sebagai presiden menandai kemenangan gerakan anti-privatisasi dan perlawanan terhadap neoliberalisme. Evo Morales dengan efektif memanfaatkan isu neoliberalisme sebagai kepanjangan tangan kapitalisme modern untuk mendapatkan dukungan rakyat. Ambisi Morales untuk memperbaiki sektor ekonomi Bolivia yang dikuasai perusahaan asing dan memiskinkan rakyatnya, serta kerja samanya dengan negara-negara Amerika Latin lainnya untuk membebaskan diri dari imperialisme Barat merupakan bagian penting dari kebijakannya. Krisis yang melanda kapitalisme global menjadi argumen tambahan bagi kebijakan Morales yang menentang sistem ekonomi kapitalis yang mengejar keuntungan semata. Penulis juga mencatat kemunculan berbagai pemerintahan kiri di Amerika Latin sejak akhir Perang Dunia II, menunjukkan tren pergeseran politik ke kiri sebagai respon terhadap ketimpangan ekonomi dan kegagalan neoliberalisme.

II.Teori Psikoanalisis dan Kepribadian Evo Morales

Analisis psikoanalisis digunakan untuk menjelaskan kepribadian Evo Morales dan pengaruhnya terhadap kebijakan luar negeri-nya. Metodologi penelitian meliputi studi psikologis (psiko-historik) dan analisis isi pidato dan tulisan Evo Morales. Teori ini mengkaji peran kesadaran dan ketidaksadaran, serta struktur kepribadian (Id, Ego, Superego) untuk memahami motivasi dan tindakan Evo Morales dalam menentang Amerika Serikat dan memperjuangkan rakyat Bolivia.

1. Teori Psikoanalisis sebagai Kerangka Analisis

Penelitian ini menggunakan teori psikoanalisis untuk memahami karakter dan motivasi Evo Morales. Analisis psikoanalisis, yang menekankan peran ketidaksadaran, dipilih karena penelitian berfokus pada individu Evo Morales. Pendekatan mikro dalam analisis politik diasumsikan sebagai pengetahuan tentang manusia, bagaimana manusia berpikir, memandang dirinya, dan apa yang penting dalam hidupnya. Perilaku politik individu menjadi dasar analisis, karena negara bertindak melalui para pemimpinnya. Karakteristik individu yang kompleks, termasuk nilai, kepribadian, gaya berpolitik, dan pengalaman masa lalu, membentuk sistem keyakinan individu. Untuk memahami karakter Evo Morales, penelitian menggunakan metode studi psikologis atau psiko-historik (mempelajari sejarah hidup), analisis isi (content analysis) terhadap bahan tertulis (pidato, surat, berita), dan eksperimen laboratorium (simulasi). Namun, penelitian ini hanya menggunakan dua metode pertama untuk mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap.

2. Metode Penelitian dan Aplikasinya pada Evo Morales

Penulis menggunakan metode studi psikologis (psiko-historik) dan analisis isi (content analysis) untuk menggali kepribadian Evo Morales. Studi psikologis akan menelusuri sejarah hidup Evo Morales untuk memahami pembentukan karakternya. Analisis isi akan menelaah pidato dan tulisan-tulisan Evo Morales untuk memahami pandangan dan ideologinya. Teori psikoanalisis, yang dipopulerkan Sigmund Freud, akan digunakan untuk mengkaji kesadaran dan ketidaksadaran dalam membentuk kepribadian Evo Morales. Konsep kesadaran dan ketidaksadaran, beserta struktur kepribadian (Id, Ego, Superego) akan dikaji untuk memahami motivasi dan tindakan Evo Morales. Id mewakili dorongan primitif, Ego sebagai penengah antara Id dan realitas, serta Superego sebagai internalisasi nilai-nilai moral. Interaksi ketiga komponen ini membentuk perilaku manusia. Penggunaan teori psikoanalisis dalam ilmu politik, khususnya hubungan internasional, telah ada sejak tahun 1930-an, menunjukkan relevansi teori ini dalam memahami perilaku politik pemimpin.

3. Pembentukan Karakter Evo Morales dan Pengaruhnya pada Kebijakan Luar Negeri

Karakter Evo Morales terbentuk sejak kecil, meskipun berasal dari keluarga petani. Pengalaman penindasan pemerintah Garcia Meza terhadap petani koka, termasuk peristiwa pembakaran korban di depan Evo Morales, memberikan tekanan psikologis yang signifikan dan membentuk keinginannya untuk membantu masyarakat Bolivia yang tertindas. Inilah yang menjadi dasar psiko-historik dalam memahami tindakannya. Teori psikoanalisis membantu menjelaskan bagaimana pengalaman traumatik masa kecil dan ketidaksadaran mempengaruhi kebijakan luar negeri Evo Morales, khususnya penentangannya terhadap dominasi Amerika Serikat. Analisis isi pidato Evo Morales, yang menekankan pentingnya cara berpikir anti-imperialis dan kerja sama dengan pemimpin-pemimpin kiri seperti Fidel Castro dan Hugo Chavez, memperkuat analisis ini. Kesimpulannya, tekanan-tekanan psikologis yang dialami Evo Morales sejak kecil diimplementasikan dalam perlawanannya melalui kebijakan-kebijakan yang ia terapkan.

III.Teori Kepemimpinan dan Kebijakan Luar Negeri Evo Morales

Selain psikoanalisis, penelitian juga menerapkan teori kepemimpinan dan kebijakan luar negeri untuk menjelaskan tindakan Evo Morales. Analisis ini berfokus pada keyakinan ideologis (sosialisme, nasionalisme), motivasi, tipe pengambilan keputusan, dan gaya interpersonal Evo Morales. Latar belakang kemiskinan, pengalaman penindasan di masa kecil, dan kekaguman terhadap tokoh-tokoh sosialis seperti Fidel Castro dan Hugo Chavez turut membentuk ideologi dan kebijakan luar negeri-nya yang anti-Amerika Serikat dan pro rakyat. Kerja sama dengan negara seperti Iran dan Rusia juga dibahas.

1. Teori Kepribadian Pemimpin dan Kebijakan Luar Negeri

Selain psikoanalisis, penelitian ini juga menggunakan teori kepemimpinan dan kebijakan luar negeri untuk menjelaskan tindakan Evo Morales. Teori ini, yang dirujuk dari karya Margaret G. Hermann, menjelaskan bagaimana karakteristik pribadi seorang pemimpin berpengaruh terhadap kebijakan luar negerinya. Hermann menekankan pentingnya keyakinan atau ideologi pemimpin, motivasi, tipe pengambilan keputusan, dan gaya interpersonal dalam membentuk kebijakan luar negeri. Karakteristik psikologis pemimpin, khususnya dalam situasi krisis, memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakan yang dibuat. Analisis ini akan menelaah bagaimana karakteristik pribadi Evo Morales, termasuk keyakinan ideologis, motivasi, dan gaya interaksi, membentuk kebijakan luar negerinya yang menantang Amerika Serikat.

2. Ideologi Motivasi dan Gaya Keputusan Evo Morales

Ideologi Evo Morales, yang merupakan perpaduan sosialisme dan nasionalisme, akan dikaji melalui sejarah hidupnya, sejak masa kecil hingga dewasa. Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor yang membentuk ideologi tersebut, termasuk kemiskinan yang dialaminya, penindasan pemerintah terhadap petani koka, dan kekagumannya pada Fidel Castro dan Hugo Chavez. Motivasi Evo Morales dalam mengusung ideologi tersebut juga akan di analisis. Tipe pengambilan keputusan Evo Morales, yang mencerminkan keyakinan filosofisnya tentang strategi dan cara bertindak dalam politik, akan dikaji. Gaya interpersonalnya, termasuk kecenderungan kecurigaan, paranoia, atau manipulasi dalam berinteraksi dengan pihak lain, juga menjadi fokus analisis. Penggunaan teori ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana kepribadian Evo Morales secara signifikan mempengaruhi kebijakan luar negerinya.

3. Implementasi Ideologi dan Kebijakan Luar Negeri Evo Morales

Setelah terbentuknya ideologi yang menggabungkan sosialisme dan nasionalisme, Evo Morales mulai mewujudkan cita-citanya untuk mengubah Bolivia. Ia menerapkan kebijakan luar negeri yang lebih aktif, tercermin dalam keberaniannya menentang program anti-narkotika Amerika Serikat. Gaya interpersonalnya yang tidak takut ditunjukkan melalui pendekatannya kepada negara-negara lain di dunia, misalnya kerja sama dengan Iran dalam investasi dan dengan Rusia di bidang pertahanan, energi, dan pertanian. Kebijakan luar negeri Evo Morales yang berani dan pro-rakyat ini mempengaruhi negara-negara lain di dunia. Penelitian membatasi periode analisis dari tahun 2006 hingga saat penulisan skripsi, namun tetap mempertimbangkan peristiwa sebelum 2006, terutama sejak tahun 1993 ketika pemerintah Gonzalo Sánchez de Lozada melakukan privatisasi perusahaan negara, yang memicu gerakan sosial dan perlawanan. Analisis ini bersifat reduksionis, fokus pada karakteristik individual Evo Morales dan pengaruhnya terhadap kebijakan luar negeri.

IV.Penelitian Terdahulu tentang Evo Morales dan Amerika Latin

Penelitian ini merujuk pada beberapa karya sebelumnya, antara lain “Poros Setan” oleh Robert E. Quirk dkk. yang membahas nasionalisasi sumber daya alam dan legalisasi tanaman koka oleh Evo Morales, serta penelitian tentang kebangkitan neososialisme di Amerika Latin dan pengaruh pemimpin-pemimpin kiri radikal seperti Evo Morales, Hugo Chavez, dan Fidel Castro dalam menentang Amerika Serikat. Penelitian-penelitian ini memberikan konteks yang lebih luas terhadap konteks Amerika Latin, khususnya Bolivia, dan perjuangan Evo Morales.

1. Studi Kasus Evo Morales dalam Konteks Amerika Latin

Penelitian ini berkaitan dengan fenomena kebangkitan pemerintahan-pemerintahan kiri di Amerika Latin yang berkomitmen pada perjuangan rakyat. Munculnya Evo Morales sebagai presiden Bolivia pada tahun 2006 menjadi salah satu contoh penting. Sebelum membahas analisis utama, penelitian ini menyinggung beberapa penelitian terdahulu yang relevan. Penulis mencatat berbagai penelitian yang sudah ada sebelumnya tentang negara-negara Amerika Latin yang menentang arogansi Amerika Serikat. Hal ini untuk memberikan konteks yang lebih luas dan mempertimbangkan temuan-temuan para peneliti sebelumnya. Penulis juga menekankan bahwa penelitian mengenai Evo Morales sudah banyak dilakukan, sehingga penelitian ini berupaya mengumpulkan data dari berbagai sumber dan melakukan pertimbangan yang matang.

2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Poros Setan Di Ambang Keruntuhan Amerika dan Kebangkitan Neososialisme di Amerika Latin

Tiga penelitian terdahulu dibahas sebagai referensi: pertama, 'Poros Setan' oleh Robert E. Quirk dkk., yang menjelaskan tentang Evo Morales dan kebijakannya, termasuk nasionalisasi cadangan hidrokarbon dan legalisasi tanaman koka. Quirk menggambarkan Morales sebagai mimpi buruk bagi Amerika Serikat dan menekankan hubungan dekatnya dengan Hugo Chavez dan Fidel Castro. Kedua, penelitian Mohammad Shoelhi, 'Di Ambang Keruntuhan Amerika', membahas kemunculan pemimpin-pemimpin sosialis kiri radikal di Amerika Latin, termasuk Evo Morales, yang berani menantang Amerika Serikat. Ketiga, penelitian Sukasah Syahdan, 'Tentang Kebangkitan Neososialisme di Amerika Latin', menganalisis kebangkitan neososialisme di wilayah tersebut, dengan pemimpin seperti Fernando Lugo (Paraguay), Hugo Chavez (Venezuela), dan Evo Morales (Bolivia) sebagai contoh utama. Ketiga penelitian ini memiliki fokus yang berbeda tetapi saling melengkapi, mengangkat tema serupa tentang perkembangan politik di Amerika Latin, terutama terkait dengan penentangan terhadap hegemoni Amerika Serikat dan kemunculan pemimpin-pemimpin kiri.

3. Kesimpulan dari Penelitian Terdahulu dan Relevansi dengan Penelitian Saat Ini

Ketiga penelitian yang dikaji—'Poros Setan', 'Di Ambang Keruntuhan Amerika', dan 'Kebangkitan Neososialisme di Amerika Latin'—memberikan landasan bagi penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut sama-sama membahas fenomena di Amerika Latin, termasuk gerakan-gerakan sosial yang menentang arogansi dan hegemoni Amerika Serikat. Namun, fokus masing-masing penelitian berbeda. Sukasah Syahdan menekankan pada Fernando Lugo, presiden Paraguay; Mohammad Shoelhi pada pemimpin sosialis kiri radikal dan kerja sama mereka dengan Fidel Castro; dan Quirk pada kebijakan Evo Morales terkait nasionalisasi dan tanaman koka. Penelitian saat ini menggunakan temuan-temuan dari penelitian terdahulu sebagai bahan pertimbangan dan acuan, khususnya terkait dengan gerakan-gerakan yang muncul untuk melawan dominasi imperialisme Amerika Serikat di Amerika Latin, sekaligus memberikan fokus yang lebih spesifik pada Evo Morales dan kebijakan luar negerinya.

Referensi dokumen

  • David Lange And The Anzus Crisis: An Analysis Of Leadership Personality And Foreign Policy (Kiri Anna Wilson)