Analisis Gaya Kepemimpinan dan Hubungan Bupati dengan Masyarakat di Kabupaten Bima

Analisis Gaya Kepemimpinan dan Hubungan Bupati dengan Masyarakat di Kabupaten Bima

Informasi dokumen

Penulis

Mujamin

instructor Drs. Asep Nurjaman, M.Si
Sekolah

Universitas Muhammadiyah Malang

Jurusan Ilmu Pemerintahan
Jenis dokumen Skripsi
Tempat Malang
Bahasa Indonesian
Format | PDF
Ukuran 656.80 KB
  • kepemimpinan
  • otonomi daerah
  • hubungan masyarakat

Ringkasan

I.Rumusan Masalah Research Problem

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gaya kepemimpinan Bupati dan pola hubungannya dengan masyarakat di Kabupaten Bima pada periode 2005-2010 dan periode selanjutnya. Pertanyaan penelitian difokuskan pada bagaimana gaya kepemimpinan Bupati dan bagaimana pola hubungan Bupati dengan masyarakat selama periode kepemimpinannya dalam konteks otonomi daerah. Penelitian ini penting untuk memahami dampak kepemimpinan lokal terhadap kesejahteraan masyarakat di Bima.

1. Gaya Kepemimpinan Bupati dalam Konteks Otonomi Daerah

Bagian ini merumuskan masalah utama penelitian yaitu untuk menelaah gaya kepemimpinan Bupati di Kabupaten Bima. Fokusnya adalah pada bagaimana gaya kepemimpinan tersebut dijalankan selama periode kepemimpinan, khususnya dalam konteks kebijakan publik dan implementasi otonomi daerah. Pertanyaan kunci yang diajukan adalah bagaimana karakteristik gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Bupati dalam menjalankan roda pemerintahan daerah. Apakah gaya kepemimpinan tersebut efektif dalam mendorong pembangunan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat? Pengaruh otonomi daerah terhadap gaya kepemimpinan Bupati juga menjadi sorotan utama, melihat sejauh mana kewenangan otonomi dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat. Perbandingan dengan model kepemimpinan pada masa orde baru juga menjadi bagian penting dalam merumuskan masalah penelitian ini, khususnya untuk melihat perbedaan dan dampaknya bagi masyarakat Kabupaten Bima.

2. Pola Hubungan Bupati dengan Masyarakat di Kabupaten Bima

Rumusan masalah kedua berfokus pada pola hubungan antara Bupati dengan masyarakat Kabupaten Bima. Penelitian akan menyelidiki bagaimana interaksi dan komunikasi antara Bupati dengan masyarakat selama periode kepemimpinannya. Apakah terdapat keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik? Sejauh mana Bupati membangun hubungan yang efektif dan responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat? Masalah ini juga meneliti efektivitas komunikasi dan transparansi pemerintahan dalam membangun kepercayaan antara pemimpin dan yang dipimpin. Bagian ini akan menganalisis apakah pola hubungan yang terbangun kondusif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pembangunan daerah di Kabupaten Bima. Penelitian ini akan menyelidiki apakah terdapat kesenjangan atau hambatan dalam pola hubungan tersebut dan bagaimana hal itu mempengaruhi kepemimpinan lokal dan dinamika politik di Kabupaten Bima.

3. Periode Penelitian 2005 2010 dan seterusnya

Rumusan masalah secara eksplisit mencantumkan periode penelitian, yaitu periode 2005-2010 dan periode kepemimpinan Bupati setelahnya. Pemilihan periode ini didasari oleh konteks otonomi daerah yang sudah berjalan di Kabupaten Bima. Perbandingan gaya kepemimpinan dan pola hubungan Bupati dengan masyarakat pada kedua periode tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran yang komprehensif mengenai evolusi kepemimpinan lokal dan dampaknya terhadap pembangunan serta kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bima. Analisis perbandingan ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perubahan signifikan dalam gaya kepemimpinan dan pola hubungan Bupati dengan masyarakat setelah periode 2005-2010, serta faktor-faktor apa yang memengaruhinya. Hal ini penting untuk memahami perkembangan dan tantangan kepemimpinan lokal di Kabupaten Bima dalam era otonomi daerah.

II.Definisi Operasional Operational Definitions

Penelitian ini mendefinisikan pemimpin pemerintah daerah sebagai pemimpin yang terpilih secara demokratis melalui PILKADA, bertanggung jawab atas pembangunan daerah, dan bekerja di bawah naungan NKRI. Masyarakat didefinisikan sebagai keseluruhan hubungan antarmanusia yang berupaya memenuhi kebutuhan material dan spiritual. Gaya kepemimpinan dan pola hubungan Bupati dengan masyarakat akan diukur berdasarkan korelasi kebijakan publik dengan kesejahteraan masyarakat, keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan interaksi Bupati dengan masyarakat baik secara horisontal maupun vertikal.

1. Definisi Pemimpin Pemerintah Daerah

Definisi operasional pemimpin pemerintah daerah dalam penelitian ini sangat spesifik. Bukan sekedar pemimpin pada umumnya, melainkan individu yang dipilih secara langsung melalui PILKADA (Pemilihan Kepala Daerah) berdasarkan asas konstitusional dan demokrasi. Mereka memiliki otoritas yang diberikan oleh individu, kelompok, atau masyarakat melalui hak-hak konstitusional. Tugas utama mereka adalah melayani kepentingan umum atas nama pemerintah dan negara. Definisi ini secara tegas mengecualikan pemimpin di organisasi privat atau organisasi masyarakat lainnya. Pemimpin pemerintah daerah dalam konteks ini bertindak berdasarkan aturan-aturan pemerintah daerah dan bekerja atas nama daerah di bawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Definisi ini memastikan fokus penelitian hanya pada pemimpin yang dipilih secara demokratis dan memiliki tanggung jawab formal terhadap pemerintahan daerah, bukan organisasi lain. Dengan definisi ini, penelitian dapat terfokus pada gaya kepemimpinan dan pola hubungan yang spesifik terkait dengan peran dan tanggung jawab mereka dalam konteks otonomi daerah.

2. Definisi Masyarakat

Definisi operasional masyarakat dalam konteks penelitian ini merujuk pada keseluruhan hubungan antarmanusia yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan, baik material maupun spiritual. Definisi ini tidak sekadar melihat masyarakat sebagai kumpulan individu, melainkan sebagai jaringan hubungan sosial yang kompleks. Keterkaitan definisi ini dengan penelitian gaya kepemimpinan dan pola hubungan Bupati terletak pada partisipasi aktif masyarakat dalam memilih pemimpin daerah berdasarkan konstitusi. Oleh karena itu, diharapkan terdapat sinergi hubungan antara masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai upaya memenuhi beberapa komponen kebutuhan mereka. Definisi ini memperkuat landasan analisis penelitian, dimana masyarakat tidak hanya sebagai objek pasif, namun sebagai aktor aktif yang berinteraksi dengan pemimpin pemerintah daerah dalam menjalankan otonomi daerah. Pemahaman ini penting dalam mengkaji efektivitas pola hubungan antara Bupati dengan masyarakat dalam konteks kesejahteraan masyarakat.

3. Indikator Gaya Kepemimpinan dan Pola Hubungan Bupati dengan Masyarakat

Untuk mengukur gaya kepemimpinan dan pola hubungan Bupati dengan masyarakat, peneliti menggunakan beberapa indikator penting. Indikator-indikator tersebut antara lain melihat korelasi antara kebijakan publik yang dikeluarkan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini mencakup bagaimana Bupati memberikan ruang keterlibatan masyarakat (stakeholders) dalam pengambilan keputusan. Kemudian, penelitian juga akan melihat bagaimana cara Bupati, sebagai pejabat publik, memimpin dan berinteraksi (berkoordinasi, berhubungan, interaksi intensif) baik secara horisontal maupun vertikal dengan yang dipimpin. Perimbangan sosio-historis pemimpin dan masyarakat daerah juga menjadi pertimbangan penting dalam pengukuran indikator ini. Indikator-indikator ini memastikan pengukuran gaya kepemimpinan dan pola hubungan tidak hanya dilihat dari perspektif pemimpin saja, tetapi juga dari perspektif masyarakat yang dipimpinnya. Dengan demikian, penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif dan berimbang.

III.Jenis dan Lokasi Penelitian Research Type and Location

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menggambarkan gaya kepemimpinan Bupati dan pola hubungannya dengan masyarakat di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Lokasi penelitian difokuskan di Kabupaten Bima, bukan sebagai representasi seluruh Indonesia atau Nusa Tenggara Barat, mengingat keragaman budaya dan geografis Indonesia sesuai filosofi 'Bhinneka Tunggal Ika'. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam untuk mendapatkan perspektif yang komprehensif.

1. Jenis Penelitian Deskriptif Kualitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Jenis penelitian deskriptif dipilih karena dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala pada saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut, penelitian ini bertipe deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, menjabarkan, menjelaskan, dan menganalisis karakteristik gaya kepemimpinan dan pola hubungan Bupati dengan masyarakat. Metode kualitatif dipilih karena menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari informan dan perilaku yang diamati. Penelitian deskriptif kualitatif ini digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta-fakta yang bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian, dalam hal ini gaya kepemimpinan Bupati dan pola hubungannya dengan masyarakat di Kabupaten Bima. Pilihan metode ini sangat tepat karena memungkinkan pemahaman mendalam tentang kompleksitas kepemimpinan lokal dan interaksi sosial di daerah penelitian.

2. Lokasi Penelitian Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penting untuk ditekankan bahwa lokasi penelitian ini bukanlah generalisasi untuk menggambarkan gaya kepemimpinan pemerintah daerah di seluruh kabupaten di Indonesia. Penulis menyadari keragaman budaya dan geografis Indonesia, yang dilambangkan dengan filosofi 'Bhinneka Tunggal Ika'. Oleh karena itu, Kabupaten Bima dipilih bukan sebagai sampel yang mewakili daerah lain di Provinsi Nusa Tenggara Barat, tetapi sebagai pertimbangan untuk memperkecil wilayah penelitian agar memperoleh hasil yang lebih objektif dan akurat. Fokus pada Kabupaten Bima memungkinkan penelitian yang lebih intensif dan terarah untuk memahami dinamika spesifik kepemimpinan lokal dan interaksi sosial di daerah tersebut dalam konteks otonomi daerah. Penelitian ini berkonsentrasi pada studi kasus di Kabupaten Bima untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam dan detail.

IV.Teknik Analisis Data Data Analysis Technique

Analisis data bersifat kualitatif, bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi gaya kepemimpinan Bupati dan hubungannya dengan masyarakat. Pendekatan kualitatif dipilih karena kemampuannya untuk menangani fenomena sosial yang kompleks dan peka terhadap dinamika hubungan antara pejabat pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Bima. Hasil analisis akan disajikan secara naratif, dengan angka-angka hanya sebagai data pendukung.

1. Analisis Data Kualitatif

Teknik analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Hal ini sejalan dengan jenis penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. Analisis kualitatif dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan persepsi gaya kepemimpinan elit struktural (Bupati) di Kabupaten Bima dan hubungannya dengan masyarakat umum. Metode kualitatif dianggap lebih tepat untuk menghadapi gejala dan fenomena sosial yang kompleks dan lebih peka terhadap pola dan model hubungan antara pejabat pemerintah dan masyarakat. Data dan uraian akan disajikan secara verbal (bahasa). Angka-angka yang mungkin muncul hanya sebagai alat bantu pendukung analisis, bukan sebagai data utama. Penelitian menggunakan teknik pengumpulan data secara langsung kepada obyek yang diteliti, yaitu melalui wawancara mendalam (in-depth interview). Peneliti sendiri bertindak sebagai instrumen kunci dalam pengumpulan data, sehingga peneliti harus terjun langsung ke lapangan.

2. Alasan Pemilihan Analisis Kualitatif

Dua pertimbangan utama mendasari pemilihan analisis data kualitatif. Pertama, metode kualitatif lebih mudah dihadapkan dengan gejala fenomena sosial yang kompleks. Kompleksitas gaya kepemimpinan, pola hubungan Bupati dengan masyarakat, dan dinamika politik di Kabupaten Bima memerlukan pendekatan analisis yang mampu menangkap nuansa dan detail interaksi sosial yang rumit. Kedua, metode kualitatif lebih peka dan mudah menyesuaikan diri terhadap pola atau model yang terjadi dalam proses hubungan pejabat pemerintah dan masyarakat. Sifat dinamis dari interaksi antara Bupati dan masyarakat memerlukan analisis yang fleksibel dan mampu menangkap perubahan-perubahan yang terjadi. Dengan demikian, analisis kualitatif dianggap paling tepat untuk menghasilkan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh tentang gaya kepemimpinan Bupati dan pola hubungannya dengan masyarakat di Kabupaten Bima dalam konteks otonomi daerah.

V.Latar Belakang Background

Latar belakang penelitian menekankan pentingnya menganalisis kepemimpinan lokal di Kabupaten Bima, khususnya pasca otonomi daerah. Studi ini akan menelaah dampak gaya kepemimpinan Bupati terhadap pola hubungan dengan masyarakat, terutama dalam konteks pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Munculnya permasalahan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), konflik horisontal, dan rendahnya kepercayaan publik terhadap elit penguasa menjadi fokus utama. Perbandingan dengan gaya kepemimpinan pada era Orde Baru juga dibahas.

1. Konteks Otonomi Daerah di Kabupaten Bima

Latar belakang penelitian ini membahas konteks otonomi daerah di Kabupaten Bima. Pasca pemekaran dan berlakunya sistem otonomi daerah, Kabupaten Bima memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola pemerintahan dan pembangunan daerahnya sendiri. Namun, implementasi otonomi daerah tidak selalu berjalan optimal. Terdapat berbagai permasalahan yang muncul, termasuk maraknya praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), konflik horisontal, dan rendahnya kepercayaan publik terhadap elit penguasa. Kondisi ini menunjukkan perlunya penelitian untuk memahami dampak otonomi daerah terhadap gaya kepemimpinan dan pola hubungan Bupati dengan masyarakat. Penelitian ini ingin mengkaji apakah otonomi daerah telah memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat di Bima, atau justru menimbulkan masalah baru.

2. Permasalahan Sosial dan Kepemimpinan Lokal di Kabupaten Bima

Latar belakang juga menyoroti permasalahan sosial klasik seperti pengangguran, kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan di Kabupaten Bima. Meskipun masalah-masalah ini umum di Indonesia, latar belakang berpendapat bahwa di Kabupaten Bima, permasalahan ini seharusnya dapat diatasi jika elit pengambil kebijakan (Bupati) memiliki sense of crisis dan kemauan baik yang didukung pertimbangan rasional. Kegagalan pemimpin dalam menjawab kebutuhan dan harapan masyarakat yang telah dijanjikan dalam kampanye politik juga menjadi sorotan. Contohnya, janji pembangunan infrastruktur yang belum terlaksana. Sering terjadinya konflik horisontal dan aksi demonstrasi terkait dengan kebijakan publik yang dinilai tidak berpihak pada kebutuhan masyarakat memperkuat perlunya penelitian tentang gaya kepemimpinan Bupati dan pola hubungannya dengan masyarakat. Rendahnya kepercayaan publik terhadap elit penguasa menjadi indikasi utama perlunya evaluasi terhadap kepemimpinan lokal di Kabupaten Bima.

3. Perbandingan dengan Gaya Kepemimpinan Era Orde Baru

Latar belakang menyinggung perbandingan dengan gaya kepemimpinan pada era Orde Baru. Disebutkan bahwa gaya kepemimpinan di Kabupaten Bima cenderung mengarah pada era orde baru yang otoriter, ditandai dengan intervensi dan doktrin terhadap bawahan hingga tingkat desa. Loyalitas menjadi kunci utama dalam sistem ini. Perbandingan ini memberikan konteks penting untuk menganalisis bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam era otonomi daerah berbeda, dan bagaimana hal tersebut berdampak pada pola hubungan antara Bupati dengan masyarakat. Penggunaan perbandingan ini sebagai latar belakang menunjukkan bahwa penelitian ini ingin melihat bagaimana evolusi kepemimpinan lokal dan dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bima, khususnya dalam konteks perubahan politik dan pemerintahan dari era Orde Baru hingga era otonomi daerah.

VI.Kesimpulan Conclusion

Kesimpulan akan membahas hasil analisis gaya kepemimpinan Bupati Bima dan pola hubungannya dengan masyarakat dalam konteks otonomi daerah. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pemerintahan dan memberikan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bima. Kata kunci: Gaya Kepemimpinan, Otonomi Daerah, Kabupaten Bima, Pola Hubungan, Kesejahteraan Masyarakat.

1. Kesimpulan Penelitian tentang Gaya Kepemimpinan Bupati dan Pola Hubungan dengan Masyarakat

Kesimpulan penelitian akan memaparkan temuan-temuan terkait gaya kepemimpinan Bupati dan pola hubungannya dengan masyarakat di Kabupaten Bima selama periode penelitian. Analisis akan fokus pada bagaimana gaya kepemimpinan yang diterapkan, baik secara umum maupun dalam konteks otonomi daerah, berdampak pada pola hubungan dengan masyarakat. Kesimpulan akan menjelaskan bagaimana gaya kepemimpinan Bupati mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Temuan-temuan penelitian akan dibahas secara komprehensif, mencakup aspek positif dan negatif dari gaya kepemimpinan dan pola hubungan yang terjalin. Kesimpulan juga akan membahas implikasi dari temuan-temuan tersebut bagi praktik kepemimpinan lokal dan otonomi daerah di Indonesia.

2. Kontribusi Penelitian dan Rekomendasi Kebijakan

Kesimpulan penelitian akan menekankan kontribusi penelitian terhadap pengembangan keilmuan, baik secara teoritis maupun praktis. Penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kepemimpinan lokal di Indonesia, khususnya dalam konteks otonomi daerah. Selain itu, kesimpulan juga akan memberikan rekomendasi kebijakan yang konstruktif bagi pemerintah daerah Kabupaten Bima untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Rekomendasi tersebut akan didasarkan pada temuan-temuan penelitian terkait gaya kepemimpinan Bupati dan pola hubungannya dengan masyarakat. Rekomendasi ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan kualitas kepemimpinan lokal dan tata kelola pemerintahan daerah yang lebih baik dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Kesimpulan menekankan pentingnya kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan utama kepemimpinan lokal.