
Makna Materi Komedi dalam Tayangan Stand Up Comedy Show Metro TV
Informasi dokumen
Penulis | Ary Dwi Febriyanto |
instructor | Dr. Muslimin Machmud, M.Si |
Sekolah | Universitas Muhammadiyah Malang |
Jurusan | Ilmu Komunikasi |
Tempat | Malang |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 257.39 KB |
- Stand Up Comedy
- Resepsi
- Ilmu Komunikasi
Ringkasan
I.Latar Belakang Penelitian Studi Resepsi Materi Komedi Stand Up Comedy Show Metro TV
Penelitian ini menelaah pemaknaan khalayak terhadap materi komedi dalam Stand Up Comedy Show Metro TV. Kebanyakan acara komedi di televisi menggunakan komedi slapstick, namun Stand Up Comedy menawarkan komedi cerdas dengan kritik sosial. Penelitian ini ingin memahami bagaimana khalayak (khususnya komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang) menafsirkan materi komedi tersebut. Hal ini penting karena materi komedi yang disajikan memiliki pesan dan sudut pandang yang berbeda-beda.
1. Dominasi Komedi Kekerasan Slapstick di Televisi Indonesia
Latar belakang penelitian ini berangkat dari fenomena komedi di televisi Indonesia yang didominasi oleh komedi slapstick, yaitu komedi yang mengandalkan kekerasan fisik sebagai sumber humor. Kondisi ini dinilai kurang mendidik dan menghibur. Sebagai respon terhadap hal ini, Metro TV meluncurkan Stand Up Comedy Show, sebuah program yang menampilkan stand up comedy yang lebih cerdas dan kritis. Stand up comedy diposisikan sebagai komedi yang lebih pintar, menggunakan materi komedi yang kaya akan pesan dan kritik sosial. Komedian lebih mengandalkan kualitas materi komedi daripada penampilan fisik atau tingkah laku yang aneh untuk mendapatkan tawa penonton. Penelitian ini terdorong oleh keinginan untuk memahami bagaimana khalayak menafsirkan materi komedi dalam konteks Stand Up Comedy Show Metro TV, sebuah fenomena yang menarik mengingat perbedaannya dengan jenis komedi yang umum dijumpai. Penelitian ini fokus pada bagaimana khalayak menerima dan menginterpretasikan pesan-pesan yang disampaikan dalam materi komediStand Up Comedy Show Metro TV.
2. Penelitian Studi Resepsi Pendekatan dan Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif interpretatif melalui studi resepsi (reception studies) untuk menggali pemaknaan khalayak terhadap materi komedi dalam Stand Up Comedy Show Metro TV. Penelitian ini memfokuskan diri pada studi resepsi karena ingin memahami bagaimana khalayak secara aktif membangun makna dari pesan media. Objek penelitian difokuskan pada komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang, dengan lima informan terpilih melalui purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam dan observasi, sedangkan analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Uji validitas data dilakukan melalui triangulasi sumber untuk memastikan keakuratan dan kredibilitas hasil penelitian. Penelitian ini mengambil sudut pandang studi resepsi untuk memahami bagaimana khalayak menerima dan menginterpretasikan materi komedi dari Stand Up Comedy Show Metro TV, sebuah program komedi yang unik di tengah dominasi komedi slapstick di televisi Indonesia. Penelitian menekankan pada peran aktif khalayak dalam membentuk makna dari pesan media, bukan hanya sebagai penerima pasif.
3. Perbedaan Stand Up Comedy dan Komedi Tradisional serta Tujuan Penelitian
Penelitian ini membandingkan Stand Up Comedy dengan jenis komedi lain yang dominan di televisi Indonesia, yaitu komedi slapstick. Stand Up Comedy dipandang sebagai komedi yang lebih cerdas karena materi komedi nya seringkali mengandung kritik sosial dan pesan-pesan tersirat. Berbeda dengan komedi slapstick yang mengandalkan kekerasan fisik untuk memancing tawa, Stand Up Comedy lebih menekankan pada kecerdasan dalam penyampaian materi komedi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami perbedaan pemaknaan khalayak terhadap materi komediStand Up Comedy dibandingkan dengan jenis komedi lain. Penelitian ini ingin mengungkap bagaimana pengalaman dan pemahaman khalayak tentang Stand Up Comedy, serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi interpretasi mereka terhadap Stand Up Comedy Show Metro TV. Dengan demikian, penelitian ini bukan hanya sekedar menilai kualitas Stand Up Comedy Show Metro TV, tetapi lebih jauh lagi berusaha untuk memahami bagaimana proses resepsimateri komedi terjadi pada khalayak yang berbeda.
II.Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif interpretatif melalui studi resepsi. Lima informan dari komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang dipilih menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi, dengan analisis data menggunakan model Miles dan Huberman serta uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang didirikan pada 23 Oktober 2011 dan berperan penting sebagai sumber data penelitian ini.
1. Pendekatan Kualitatif Interpretatif dan Studi Resepsi
Metodologi penelitian ini didasarkan pada pendekatan kualitatif interpretatif, yang menekankan pada pemahaman makna dan interpretasi subjektif dari khalayak. Penelitian ini secara khusus menggunakan studi resepsi (reception studies) untuk menganalisis bagaimana khalayak menafsirkan dan memberi makna pada materi komedi yang ditampilkan dalam Stand Up Comedy Show Metro TV. Pilihan ini didasarkan pada asumsi bahwa pesan media bersifat terbuka dan polysemic, memiliki banyak arti yang bergantung pada konteks dan budaya khalayak. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk memahami proses atribusi dan konstruksi makna secara individual, sesuai dengan kerangka interpretatif yang dimiliki setiap khalayak. Studi resepsi ini cocok untuk penelitian ini karena fokusnya bukan hanya pada pesan yang disampaikan oleh media (Stand Up Comedy Show Metro TV), melainkan juga pada bagaimana pesan tersebut diterima dan diartikan oleh khalayak yang terlibat. Dengan kata lain, penelitian ini tidak hanya melihat isi materi komedi, tetapi juga bagaimana khalayak berinteraksi dengannya dan membentuk pemahamannya sendiri.
2. Teknik Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data
Sampel penelitian diambil dari anggota komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini dipilih karena peneliti membutuhkan informan yang memiliki pemahaman mendalam tentang Stand Up Comedy untuk dapat menganalisis materi komedi dalam Stand Up Comedy Show Metro TV secara efektif. Komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang dipilih karena dianggap memiliki keragaman latar belakang dan perspektif, sehingga dapat memberikan data yang representatif. Terpilih lima informan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara yang fleksibel dan memungkinkan pengembangan pertanyaan sesuai kebutuhan. Wawancara direkam untuk memastikan akurasi data. Selain wawancara, peneliti juga melakukan observasi partisipan, baik secara terbuka maupun tersamar, untuk mengamati ekspresi, bahasa tubuh, dan interaksi informan dalam berbagai konteks, termasuk saat open mic dan kegiatan komunitas. Data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur yang relevan, mencakup buku, internet, dan publikasi ilmiah.
3. Analisis Data dan Uji Keabsahan
Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, sebuah model yang sistematis untuk mengolah dan menganalisis data kualitatif. Model ini dipilih karena dinilai tepat untuk menganalisis data hasil wawancara mendalam dan observasi. Tahapan analisis meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk memastikan keabsahan data, penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Hal ini berarti peneliti menggabungkan data dari berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi, dan studi literatur, untuk memastikan konsistensi dan kredibilitas temuan penelitian. Dengan menggabungkan berbagai metode dan teknik pengumpulan dan analisis data, penelitian ini berusaha untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif dan akurat tentang bagaimana khalayak (anggota komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang) menafsirkan materi komedi dalam Stand Up Comedy Show Metro TV. Penggunaan studi resepsi dan berbagai teknik pengumpulan dan analisis data bertujuan untuk menghasilkan temuan penelitian yang valid dan reliabel.
III.Hasil Penelitian Pemaknaan Materi Komedi oleh Khalayak
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan pemaknaan khalayak terhadap materi komedi Stand Up Comedy Show Metro TV. Beberapa (posisi pembaca dominan) menilai materi komedi bagus, menghargai penggalian materi dan pesan yang disampaikan para komedian profesional seperti Raditya Dhika dan Pandji Pragiwaksono. Namun, khalayak lain (posisi pembaca yang dinegosiasikan) mempertimbangkan teori Stand Up Comedy dan orisinalitas materi yang disampaikan.
1. Perbedaan Pemaknaan Materi Komedi oleh Khalayak
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan dalam pemaknaan khalayak terhadap materi komedi di Stand Up Comedy Show Metro TV. Tidak ada keseragaman dalam interpretasi pesan yang disampaikan. Temuan ini menunjukkan bahwa materi komedi, meskipun berasal dari sumber yang sama, dapat dimaknai secara berbeda-beda oleh khalayak. Hal ini menunjukkan kompleksitas proses resepsi media dan pentingnya mempertimbangkan faktor-faktor individual dalam memahami respon khalayak. Perbedaan pemaknaan ini bukan berarti materi komedi itu sendiri buruk, tetapi lebih kepada bagaimana masing-masing individu menafsirkan pesan dan nilai yang terkandung di dalamnya. Penelitian menemukan adanya dua posisi pembaca yang dominan. Pemaknaan oleh khalayak tidaklah homogen dan beragam berdasarkan latar belakang dan pengalaman masing-masing individu. Hal ini menekankan pentingnya penelitian studi resepsi untuk memahami keragaman interpretasi dalam materi komedi.
2. Posisi Pembaca Dominan dan Dinegosiasikan
Penelitian mengidentifikasi dua posisi pembaca utama dalam merespon materi komediStand Up Comedy Show Metro TV: posisi pembaca dominan (dominant hegemonic position) dan posisi pembaca yang dinegosiasikan (negotiated code/position). Pada posisi pembaca dominan, khalayak secara langsung menerima dan menilai positif materi komedi, mengapresiasi sudut pandang dan cara observasi komedian dalam menggali materi dan menyampaikan pesan. Mereka melihat materi komedi sesuai dengan maksud yang disampaikan media. Sebaliknya, pada posisi pembaca yang dinegosiasikan, khalayak tidak selalu langsung menerima pesan yang disampaikan. Mereka mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk aplikasi teori Stand Up Comedy dan orisinalitas materi komedi yang disampaikan. Khalayak dalam posisi ini lebih kritis dan selektif dalam menerima pesan, sehingga tidak otomatis menjadikan materi komedi tersebut sebagai referensi. Perbedaan posisi pembaca ini menunjukkan kompleksitas proses resepsi dan bagaimana khalayak secara aktif membentuk makna dari pesan media.
IV.Kesimpulan dan Saran
Media menciptakan tanda yang ditafsirkan berbeda oleh setiap khalayak. Latar belakang pemaknaan terkait erat dengan pengalaman, pemahaman teori Stand Up Comedy, wawasan, persona, dan keanggotaan komunitas. Penelitian menyarankan agar komedian pemula memperhatikan cara observasi dan penggalian materi komedi dari komedian profesional, serta memahami teori-teori Stand Up Comedy untuk menciptakan materi komedi yang lebih baik dan edukatif. Anggota komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang yang menjadi informan memberikan berbagai perspektif yang kaya akan nuansa dan pengalaman dalam memahami Stand Up Comedy di Indonesia.
1. Respon Khalayak yang Beragam terhadap Pesan Media
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan media (dalam hal ini, materi komedi di Stand Up Comedy Show Metro TV) tidak selalu diterima secara seragam oleh khalayak. Ada khalayak yang secara langsung menerima pesan tersebut, sementara khalayak lain tidak langsung menerima atau bahkan menafsirkannya secara berbeda. Hal ini menegaskan pentingnya memahami keragaman pemaknaan dalam proses resepsi media. Respon yang beragam ini bukan semata-mata karena kesalahan media, tetapi juga karena faktor internal khalayak itu sendiri, seperti pengalaman, pengetahuan, dan perspektif mereka. Keberagaman interpretasi ini menekankan pentingnya studi resepsi dalam memahami efektivitas penyampaian pesan dan bagaimana materi komedi dapat dimaknai secara berbeda oleh khalayak yang berbeda pula. Penelitian ini menyoroti bahwa pemaknaanmateri komedi adalah proses yang kompleks dan dinamis, dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari media maupun dari khalayak itu sendiri.
2. Faktor faktor yang Mempengaruhi Pemaknaan Materi Komedi dan Saran untuk Komedian Pemula
Latar belakang pembentukan pemaknaan pada khalayak terkait erat dengan beberapa faktor kunci. Pengalaman dan pemahaman teori Stand Up Comedy, wawasan, persona atau karakter panggung, dan keanggotaan komunitas seperti Stand Up Comedy Indonesia Malang (yang memiliki ciri terbuka dan materi komedi yang edukatif) semuanya memainkan peran penting. Penelitian ini menyarankan agar komedian pemula lebih memperhatikan cara observasi dan penggalian materi komedi seperti yang dilakukan oleh komedian profesional. Memahami teori-teori Stand Up Comedy juga sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan daya tarik penampilan. Dengan memahami bagaimana khalayak menginterpretasikan materi komedi, komedian dapat menyusun materi komedi yang lebih efektif dan relevan. Komunitas Stand Up Comedy seperti yang ada di Malang memiliki peran penting dalam pengembangan dan edukasi, dan observasi atas kinerja para komedian profesional dapat menjadi referensi yang berharga bagi komedian pemula. Pengembangan materi komedi yang baik membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang teori dan teknik Stand Up Comedy, juga pemahaman tentang karakteristik khalayak yang menjadi target.
V.Informan Kunci dalam Penelitian
Penelitian ini melibatkan lima informan dari komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang. Informasi detail mengenai identitas informan tidak diungkapkan secara lengkap dalam ringkasan ini, namun perlu dicatat bahwa mereka memiliki latar belakang dan pengalaman yang beragam dalam komunitas Stand Up Comedy Malang dan memiliki pemahaman yang berbeda mengenai Stand Up Comedy Show Metro TV dan materi komedi yang ditampilkan. Beberapa figur penting yang disinggung dalam konteks penelitian adalah Ramon Papana dan Ernest Prakasa.