
Analisis Pesan Moral Sosial dalam Film Soegija
Informasi dokumen
Penulis | Andy Firlani |
Sekolah | Universitas Muhammadiyah Malang |
Jurusan | Ilmu Komunikasi |
Jenis dokumen | Skripsi |
Bahasa | Indonesian |
Format | |
Ukuran | 533.98 KB |
- Film
- Pesan Moral
- Analisis Isi
Ringkasan
I.Peran Film Soegija dan Pesan Moralnya
Dokumen ini menganalisis Film Soegija, karya sutradara Garin Nugroho, yang mengangkat kisah Albertus Soegijapranata, uskup pribumi pertama Indonesia. Film ini memicu kontroversi terkait kekhawatiran akan adanya propaganda Kristenisasi. Penelitian ini berfokus pada analisis isi untuk mengungkap pesan moral dan pesan sosial yang terkandung dalam film tersebut, mengamati bagaimana film sebagai media komunikasi massa mempengaruhi penonton. Film Soegija, sebagai contoh studi kasus, menunjukkan kompleksitas pesan komunikasi dalam film Indonesia dan dampaknya pada masyarakat. Beberapa tokoh penting dalam film ini termasuk Nirwan Dewanto sebagai Soegija, Wouter Zweers dan Suzuki sebagai tentara, serta Anisa Trihaptami.
1. Sinopsis dan Latar Belakang Film Soegija
Bagian ini memperkenalkan Film Soegija, sebuah film Indonesia karya Garin Nugroho yang mengisahkan kehidupan Albertus Soegijapranata, seorang tokoh nasional yang menjadi uskup pribumi pertama di Indonesia. Film ini mengambil latar belakang masa perjuangan kemerdekaan Indonesia (1940-1949), menyoroti kisah kemanusiaan di tengah konflik. Soegija, yang diperankan oleh Nirwan Dewanto, digambarkan sebagai sosok yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan di atas perbedaan bangsa dan keyakinan. Film ini melibatkan aktor-aktor internasional seperti Wouter Zweers dan Suzuki, menambah dimensi internasional pada narasi. Produksi film ini dikerjakan oleh Studi Audio Visual Pusat Kata Ketik di Yogyakarta, didanai oleh Komunitas Warung Kopi (KWK) yang beranggotakan tokoh-tokoh ternama perfilman Indonesia. Sejak perilisannya, Film Soegija telah menuai kontroversi, dengan sebagian pihak menentang film tersebut karena kekhawatiran akan adanya propaganda Kristenisasi.
2. Kontroversi dan Reaksi Publik terhadap Film Soegija
Perilisan Film Soegija disambut dengan kontroversi dan penolakan dari sebagian masyarakat. Ajakan boikot dan penolakan film ini tersebar luas melalui media sosial seperti Blackberry Messenger dan Twitter, dengan akun seperti @BurhanMuhtadi ikut menyebarkan informasi terkait. Kekhawatiran utama yang diutarakan adalah mengenai pesan film yang dianggap sebagai propaganda Kristenisasi, terutama karena tokoh utama, Soegijapranata, awalnya beragama Islam sebelum memeluk agama Kristen. Kontroversi ini kemudian memunculkan diskusi publik yang ramai di media sosial, terutama Twitter, tentang kebebasan berekspresi dan sensitivitas keagamaan dalam perfilman Indonesia. Perdebatan ini menyoroti bagaimana film, sebagai media komunikasi massa, dapat memicu perdebatan publik dan berpengaruh terhadap persepsi masyarakat. Analisis pesan moral dan pesan sosial dalam film menjadi sangat relevan dalam konteks ini.
3. Analisis Awal Pesan Moral dan Sosial dalam Film Soegija
Film Soegija, meskipun memicu kontroversi terkait pesan Kristenisasi, pada intinya mengangkat pesan kemanusiaan universal. Tokoh-tokoh dalam film, terlepas dari latar belakang budaya dan agama yang beragam, menunjukkan berbagai dilema moral dalam konteks perang dan penjajahan. Baik tentara Jepang maupun Belanda, yang awalnya digambarkan sebagai penjajah, menunjukkan sisi kemanusiaan yang rapuh. Film ini seolah menyoroti pesan moral tentang empati dan kesamaan kemanusiaan. Penelitian ini selanjutnya akan menganalisis secara mendalam pesan moral dan pesan sosial yang lebih spesifik, dengan menggunakan metode analisis isi untuk mengungkap bagaimana pesan-pesan tersebut disampaikan dan bagaimana dampaknya terhadap penonton. Film Soegija sebagai studi kasus menawarkan kesempatan untuk memahami bagaimana pesan dalam film dapat dipengaruhi oleh interpretasi dan konteks sosial.
II.Film sebagai Media Komunikasi Massa dan Pengaruhnya
Bagian ini membahas film sebagai media komunikasi massa yang efektif dalam menyampaikan pesan dan membentuk opini publik. Studi ini meneliti bagaimana Film Soegija berinteraksi dengan ideologi dan budaya, merefleksikan realita sosial dan mempengaruhi persepsi penonton. Penelitian mengkaji bagaimana pesan-pesan dalam film, termasuk pesan moral, dapat menciptakan efek yang mengesankan dan membentuk persepsi masyarakat. Diskusi mengenai hegemoni militer dalam perfilman Indonesia pada masa Orde Baru juga disinggung. Analisis ini relevan bagi pemahaman pengaruh film terhadap persepsi masyarakat dan pentingnya kajian komunikasi massa.
1. Film sebagai Alat Pengaruh dan Pembentukan Opini Publik
Bagian ini menekankan peran film sebagai media komunikasi massa yang efektif dalam membentuk opini publik. Film, menurut Alex Sobur (2003), mampu mempengaruhi dan membentuk masyarakat melalui pesan-pesan yang disampaikannya. Pesan tersebut, yang terwujud dalam tema, cerita, dan visualisasi, bertujuan untuk mengisi “ruang kosong” pengetahuan khalayak. Keberhasilan film dalam mempengaruhi penonton sangat bergantung pada seberapa antusias khalayak terhadap tema yang diangkat. Studi ini menunjukkan bagaimana pesan komunikasi yang kompleks dalam film, melibatkan berbagai elemen seni seperti musik, seni rupa, dan teater, dapat menjadi agen transformasi budaya (Baksin, 2003). Sehingga, analisis bagaimana film mempengaruhi khalayak menjadi penting dalam memahami dinamika komunikasi massa.
2. Film sebagai Refleksi dan Praktik Sosial
Tinjauan pustaka menjabarkan film tidak hanya sebagai ekspresi seni, tetapi juga sebagai praktik sosial yang kompleks (Irawanto, 1999). Proses produksi, distribusi, dan ekshibisi film melibatkan interaksi yang rumit antara film dengan ideologi dan budaya masyarakat tempat film tersebut diproduksi dan dikonsumsi. Film dapat merefleksikan realita sosial yang ada, menunjukkan bagaimana pesan dalam film dapat menjadi gambaran dari kondisi masyarakat. Seno Gumira Ajidarma (2000) menambahkan bahwa keberhasilan sebuah film terukur dari kemampuannya menyampaikan pesan secara mengesankan, bahkan mampu membangkitkan emosi penonton. Dengan demikian, film sebagai media komunikasi massa memiliki peran penting dalam membentuk persepsi dan pemahaman masyarakat terhadap isu-isu sosial.
3. Pengaruh Film dan Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia
Studi ini menyinggung peran film dalam konteks hegemoni kekuasaan, khususnya dalam konteks Indonesia. Budi Irawanto (1999) menunjukkan bagaimana pada masa Orde Baru, sinema Indonesia digunakan sebagai medium hegemoni militer. Film-film sejarah cenderung menonjolkan peran militer dalam perjuangan kemerdekaan, membentuk persepsi publik bahwa kemerdekaan Indonesia lebih sebagai hasil perang daripada revolusi. Hal ini menunjukkan bagaimana pesan komunikasi dalam film dapat dimanipulasi untuk tujuan politik dan membentuk narasi dominan dalam masyarakat. Askurifai Baksin (2003) menekankan pentingnya analisis terhadap pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak luas, yang terwujud dalam berbagai genre film seperti drama, action, komedi, atau horor. Pemahaman yang lebih mendalam mengenai pesan komunikasi dan pengaruhnya pada masyarakat menjadi krusial dalam konteks komunikasi massa.
III.Metodologi Penelitian Analisis Isi Film Soegija
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis isi. Unit analisis penelitian ini adalah dialog dan adegan dalam Film Soegija. Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dengan menonton film versi DVD dan menggunakan lembar koding untuk mengkategorikan data. Data dianalisis secara sistematis, objektif, dan kuantitatif untuk mengukur variabel terkait pesan moral dan pesan sosial. Reliabilitas data dijaga dengan definisi kategori yang detail dan pelatihan untuk para koder.
1. Tipe Penelitian dan Metode Analisis Isi
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, bertujuan untuk memberikan gambaran sistematis, faktual, dan akurat mengenai pesan moral dan pesan sosial dalam Film Soegija. Metode utama yang digunakan adalah analisis isi (AI), sesuai dengan definisi Kerlinger dalam Dominick (2000) sebagai metode penelitian komunikasi yang sistematis, objektif, dan kuantitatif untuk mengukur variabel. Krippendorf (1991) menambahkan bahwa analisis isi adalah teknik untuk membuat inferensi melalui identifikasi sistematis dan objektif karakteristik khusus dalam teks. Metode ini dipilih karena cocok untuk menganalisis berbagai bentuk komunikasi, termasuk film, untuk mengungkap pesan yang terkandung di dalamnya. Dengan analisis isi, peneliti dapat mengukur secara kuantitatif pesan moral dan pesan sosial yang muncul dalam film.
2. Unit Analisis dan Teknik Pengumpulan Data
Unit analisis dalam penelitian ini adalah dialog dan adegan dalam Film Soegija karya Garin Nugroho. Setiap dialog dan adegan akan dikategorikan berdasarkan kerangka yang telah ditentukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, dimana peneliti menonton film versi DVD. Untuk mempermudah proses pengkategorian, dibuat lembar koding dengan alternatif jawaban “√” dan “-”. Pemilihan unit analisis dialog dan adegan membantu membatasi ruang lingkup penelitian dan memastikan kejelasan dalam pengkategorian data. Teknik dokumentasi dianggap tepat karena data primer penelitian berasal dari film itu sendiri. Lembar koding memudahkan proses pengkodean dan meningkatkan reliabilitas data.
3. Teknik Analisis Data dan Reliabilitas
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi (AI), yang dilaksanakan secara sistematis, objektif, dan kuantitatif. Tujuannya adalah untuk mengukur beberapa variabel yang berkaitan dengan pesan moral dan pesan sosial dalam film. Untuk memastikan reliabilitas data, penelitian melakukan pendefinisian batasan kategori secara detail, memberikan pengertian, dan pelatihan kepada koder. Reliabilitas antar koder dihitung menggunakan rumus Holsty untuk data nominal. Proses ini memastikan objektivitas dan keakuratan dalam analisis data, sehingga hasil penelitian dapat diandalkan. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan metodologi yang tepat dan terukur dalam menganalisis pesan dalam Film Soegija sebagai media komunikasi massa.
IV.Kategorisasi Pesan Moral dan Sosial dalam Film Soegija
Penelitian ini mengkategorikan pesan moral dan pesan sosial dalam Film Soegija berdasarkan hubungan antar manusia dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Kategorisasi yang digunakan meliputi tindakan-tindakan moral dan amoral yang dilakukan tokoh-tokoh dalam film, dengan memperhatikan aspek-aspek seperti kekerasan, hubungan antar manusia, dan tingkat ketaatan pada nilai-nilai agama. Kategorisasi yang jelas dan terstruktur ini penting untuk analisis isi yang sistematis dan objektif.
1. Sistem Kategorisasi sebagai Jantung Analisis Isi
Bagian ini menjelaskan pentingnya sistem kategorisasi dalam analisis isi. Ketepatan kategorisasi sangat menentukan kejelasan topik penelitian (Dominick, 2003). Sistem kategorisasi yang tepat akan menghasilkan analisis yang lebih akurat dan relevan. Penelitian ini menggunakan sistem kategorisasi untuk mengklasifikasikan isi Film Soegija, membantu mengidentifikasi dan mengukur pesan moral dan pesan sosial yang terdapat dalam film tersebut. Sistem ini memungkinkan peneliti untuk secara sistematis mengorganisir dan menganalisis data yang dikumpulkan dari film. Dengan kategorisasi yang terstruktur, peneliti dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai pesan yang ingin disampaikan oleh sutradara dalam Film Soegija.
2. Kategorisasi Pesan Moral Berdasarkan Hubungan Antar Manusia
Penelitian ini mengkategorikan pesan moral dalam Film Soegija berdasarkan dua aspek utama: hubungan antar manusia dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Untuk hubungan antar manusia, kategorisasi meliputi berbagai aspek kehidupan sosial, misalnya: melakukan tindakan yang menguntungkan atau merugikan orang lain, memelihara atau merusak alam, dan melakukan tindak kekerasan. Kategorisasi ini memungkinkan peneliti untuk menganalisis bagaimana film menggambarkan berbagai interaksi sosial dan nilai-nilai moral yang terkait. Kompleksitas hubungan antar manusia dalam masyarakat menuntut penilaian moral yang seksama dan rinci. Oleh karena itu, kategorisasi yang spesifik diperlukan untuk mengungkap pesan moral yang terdapat dalam film.
3. Kategorisasi Pesan Moral Berdasarkan Hubungan Manusia dengan Tuhannya
Aspek kedua dari kategorisasi pesan moral dalam Film Soegija adalah hubungan manusia dengan Tuhannya. Kategorisasi ini mengukur tingkat ketaatan atau sebaliknya dari karakter-karakter film dalam beribadah dan menjalani kehidupan keagamaan. Contohnya, penelitian akan menganalisis bagaimana film menggambarkan perilaku umat Kristen yang rutin berdoa atau bagaimana mereka merespon tindakan penghancuran gereja oleh penjajah. Kategorisasi ini membantu menganalisis pesan moral yang berkaitan dengan spiritualitas dan keyakinan agama, serta bagaimana hal tersebut ditampilkan dalam film. Dengan menggabungkan kedua kategorisasi ini, peneliti berharap dapat memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai pesan moral dan pesan sosial yang terkandung dalam Film Soegija.